Share

Episode 8

"Hentikan! jangan menyerangnya!" sergah Ran Xieya.

Sorak keributan dari para pelayan itu berasal dari luar aula utama. Beberapa tamu yang penasaran pun turut keluar. “Baise!” teriak Ra Xieya pada Rubah itu. Ran Xieya tak bergeming karena melindungi sosok Rubah yang justru tampak jinak padanya padahal Rubah berukuran besar itu dua kali lipat darinya. 

Ran Rinyou bergegas mendekati kerumunan usai mendengar hal Ran Xieya memanggil nama rubah kesayangannya dengan setengah berteriak yang segera berlari. “Ran Xieya jangan mendekat ke sana!” teriak sang Kakak yang turut mencegahnya.

"Grrrghhhh," erang Rubat itu.

Rubah itu tampak terpojok karena beberapa prajurit menodongnya dengan ujung tombak. Dia bisa saja menyerang namun Baise masih mengingat tuannya yang berhati lembut. Apalagi rubah itu melihat usaha Ran Xieya yang menghadang todongan ujung tombak yang mengarah padanya. 

“Sie! kamu tidak terluka, kan?" tanya Ran Xieya disela-sela terpojoknya. Ran Xieya berdiri di depan rubah putih berukuran besar itu. “Sejak kapan kau tumbuh sekeren ini Sie?” Ran Xieya masih sempat terkekeh melihat perubahan Baise dari bola salju yang lemah menjadi rubah besar dengan sembilan ekor yang menyibak dengan luas.

Kini Ran Xieya giliran menatap para prajurit dan ratusan pasang mata bangsawan yang tengah melototinya. Ran Xieya tak akan membiarkan Rubah ini jadi korban akibat seluruh orang yang tampak mewaspadainya. Ran Xieya tahu jika sosok Rubah ini masih sosok yang sama di dunia asalnya. Anak kecil yang menemani dirinya dulu. “Dia tidak akan menyerang kalian! dia bukan rubah yang jahat!” bentak Ran Xieya tegas.

“Xieya! roh gelap bisa menyamar menjadi apapun!” suara teriakan seorang pemuda seusianya membelah keheningan. Pria muda itu menatap dengan yang haus akan mangsanya. Pemuda itu dengan serta merta mengangkat pedangnya untuk menyerang rubah itu. Dia bahkan tak main-main untuk melayangkan serangannya meskipun Ran Xieya ada menghadangnya. 

Ran Xieya juga dengan spontan menarik tusuk gioknya. Benda itu langsung berubah menjadi pedang kemudian Ran Xieya gunakan untuk melawan Pria itu. Kilatan cahaya pedang Ran Xieya dengan tepat menangkis ujung pedang pemuda itu.

Trangggg!

“Siapa yang memberikan Si Bodoh ini senjata? Menyingkirlah!” bentak pemuda itu sembari mengeraskan rahangnya.

Ran Xieya tak bergeming. Dia semakin tak gentar untuk melindungi Baise. “Tidak akan! aku akan melindunginya," ucap Ran Xieya dengan kilatan di mata magentanya. Magenta membara milik seorang ksatria bukan seorang putri.

“Yu sudahlah." Seorang pria muda lain berucap sembari menarik sang adik dengan paksa.

“Kak Chiyou! Dia itu membawa siluman masuk kedalam istana kita," elak Pemuda itu.

“Itu bukan siluman jahat.” Han Xue Tian berucap dengan tenang membuat panasnya situasi menjadi reda. Sosoknya sebagai ksatria tingkat tinggi turut meredakan keributan. Han Xue Tian masuk dalam kerumunan kemudian menghadap Ran Xieya. 

Yu anak dari Selir kedua mau tak mau menurunkan pedangnya. Dia pun pergi dengan tatapan yang kesal. "Awas saja kau Xieya," ancamnya pada Ran Xieya.

Ran Xieya tak lagi memperdulikan ancaman Yu. Dia langsung memeluk tubuh berbulu putih Baise dengan erat. “Sie kau tak apa-apa?” tanya Ran Xieya cemas.

Sang rubah hanya mengangguk membalas ucapan tuannya itu. "Tidak, Nona," sahut Baise. 

“Syukurlah." Bulir air mata Ran Xieya lolos begitu saja. Betapa dia sangat menyayangi peninggalan sang neneknya itu. Rubah dan tusuk rambut giok ini.

Melihat hal itu Han Xue Tian langsung berdiri didekat Ran Xieya. Dia menyodorkan sapu tangan dari saku jubahnya. Tatapannya bisa saja dingin kemudian wajah Tuan Muda Kedua Han itu datar sehingga membuat rancu sikapnya yang sebenarnya perduli pada Ran Xieya.

Ran Xieya segera meraih sapu tangan itu dengan ragu-ragu. "Terima kasih," ucap Ran Xieya.

“Ini adalah mahluk spiritual yang sudah terikat denganmu dan kau memiliki pedang yang sudah diberkati oleh surga, pedang Sen Ya,” ucap Han Xue Tian kepada Ran Xieya.

“Hiks ... aku tidak tahu ... aku tidak tahu," ucap Ran Xieya disela-sela tangisnya. "Kalian tidak boleh membunuh Sie, hiks, kau juga Xue Tian! tidak boleh! tidak boleh menyakiti Sie!” Ran Xieya memukuli dada Han Xue Tian dengan pelan. Ran Xieya itu hanya sedang kesal karena semua orang hendak menyakiti Rubah kesayangannya jadi ia lampiaskan pada Han Xue Tian yang kebetulan mendekatinya.

Han Suiren Hua menatap Putri Kerajaan Ran yang sedang memukuli adiknya. Pria itu tak marah justru ikut menenangkan situasi. “Tuan Putri ... Tidak ada yang akan melukai rubahmu,” ucap Han Suiren Hua hanya bisa tersenyum saat melihat tingkah lucu Ran Xieya kepada sang adik sedangkan Han Xue Tian sudah kebingungan menatap seorang gadis yang tengah menangis. Han Suiren Hua menikmati pemandangan ini.

Seluruh keributan langsung hening. Kerumunan orang-orang membelah menampaki kharisma sang raja yang datang menghampirinya bersama sang Permaisuri. “Xieya istirahatlah sebentar," perintah Raja.

Ran Xieya menatap waspada ayahnya. Dia takut jika sampai Raja ikut-ikutan memburu Baise. Ran Xieya pun segera menggeleng. Dia kembali menghadang Raja menghadap Rubah putih ini.

“Aku tak akan melukai rubahmu," ucap Raja dengan lembut. "Namun untuk meredakan keributan ini sementara itu rubahmu akan berdiam diri di kuil," ujar Raja. 

Han Xue Tian yang ada disamping Ran Xieya langsung memengang pundak Gadis itu. "Xieya, tidak apa," sahut Han Xue Tian. 

Raja menatap Ran Xieya yang bermata sembab itu. Tak ia sangka Putrinya menangisi Rubah suci yang kehadiranya misterius. Raja menatap Han Xue Tian. "Xue Tian, tolong antar Xieya ke kamarnya," suruh Raja.

"Baik, yang mulia," sahut Han Xue Tian.

Jika sudah Han Xue Tian. Ran Xieya langsung percaya. Ran Xieya pun mengangguk. "Pokoknya jika sampai ada orang yang menyakiti Baise, akan aku hukum," ancam Ran Xieya dengan bibir manyunnya. Gadis itu beranjak lebih dulu meninggalkan aula istana diikuti oleh Han Xue Tian yang masih sempat memberi hormat pada Raja. 

Sepeninggalan Ran Xieya. Raja melirik Pemimpin Klan Han. "Han Suiren Hua, bagaimana menurutmu?" tanya sang Raja. 

“Yang Mulia." Han Suiren Hua memberi hormat pada sang Raja. "Selamat, Putri Ran Xieya tampaknya memiliki beberapa syarat untuk jadi terpilih," ucap Han Suiren Hua.

Sang raja hanya mengangguki ucapan Han Suiren Hua. “Aku tak menyangka orang yang terpilih itu adalah puteriku sendiri.” Raja pun berucap sembari beranjak. "Bubar, sudah tidak ada keributan lagi di depan aula istana," perintah Raja. 

Di sisi tempat yang berbeda. Ran Xieya berjalan di koridor istana bersama Han Xue Tian yang mengekorinya dari belakang. Beberapa langkah lebih lamban dari Ran Xieya yang masih membungkam. Ran Xieya masih cemas dengan keadaan Baise.  

"Xieya," ucap Han Xue Tian.

Ran Xieya menghentikan langkahnya kemudian membalikkan tubuhnya. "Apa? apa kau mau menghakimiku juga?" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status