"Mama, papa, Ratu seneng banget akhirnya keluarga kita kumpul banyak lagi.. Ratu juga sekarang punya adek yang cantik.. Ya kan Naya? " Ratu menguyel wajah Naya yang tembam"Alhamdulillah ya dek kalau adek senang"Dinara dengan cekatan mengambilkan makanan kesukaan Bagas dan meletakkan piring berisi makanan penuh di meja depan Bagas langsung. Raja, Ratu sudah bisa mengambil sendiri perlahan dibantu mbok Sum dan Ayu. Giliran Naya yang diambilkan oleh Dinara. " Aku harus berpura pura baik baik saja di depan mereka, hanya istriku yang tahu aku hilang ingatan. Kalau berita ini tersebar tidak baik untuk keberlangsungan posisi saham di perusahaan" bagas mengunyah makanan dan berbicara dalam hati. Bunda datang, beliau datang bersama paman. " Nak, ada hal penting yang akan bunda bicarakan setelah selesai makan ini. Kalian berdua nanti kita bicara di ruang kerja Bagas. Karena ini hal yang sangat penting. Tentang keselamatan keluarga kita dan juga keberlangsungan perusahaanKeduanya menganggu
Suasana di perusahaan langsung hening. Semua karyawan dan staf kantor melongo melihat rombongan yang baru saja melewati mereka. Bagas sudah mulai masuk kerja tapi masih menggunakan kursi roda. Istrinya, Dinara berjalan dibelakangnya. Ia mendorong kursi roda milik Bagas. Dinara yang merasa diperhatikan cukup risih namun ia bertahan.Tidak lupa dua orang pengawal berbadan kekar selalu berjaga disampingBagas masih dalam mode siaga karena masih banyak musuh yang mengincar keselamatannya. Keduanya sudah masuk kedalam kantor utama milik direksi. Bagas dengan perlahan pindah dari kursi roda kursi kerjanya. "Sayang, kamu disini saja temanin aku kalau bisa jadi sekretaris pribadiku" Dinara diam, ia membantu Bagas berpindah. "Kenapa ya tadi para pegawai melihat kamu seperti itu? Apakah mereka kagum dengan kecantikanmu? "Dinara paham apa yang dimaksud Bagas namun ia masih diam. Sekarang ia berada di kantor sudah tidak bekerja sebagai ahli gizi lagi. Bunda bilang sudah ada ahli gizi baru ya
" Gila, tadi benar Dinara yang kemaren kita bentak? Kenapa tadi dia jalan dibelakang bos? Apa yang terjadi? Hah" Seorang wanita mengamuk, ia mengoceh sendiri mengeluarkan kekesalannyaDia adalah Sari pegawai personalia yang sempat membentak Dinara ketika Dinara ijin untuk cuti waktu itu. Dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat hari ini. berbeda dengan Mayang, yang sejak awal mengetahui kalau Dinara adalah wanita yang sedang dekat dengan Bagas.Mayang geram, hatinya panas. Ia mengumpat dalam hati. Ia sudah tau kalau hari ini pasti terjadi, namun ia tidak menyangka akan secepat ini. Pensil yang ia pegang sampai patah dalam gengamannya" Mayang, kamu kenapa? Kamu tidak kaget dengan apa yang kita lihat tadi? Kamu sudah tau ya? Hah" Seorang wanita menyerang Mayang dengan pertanyaan bertubi tubi, Mayang tersadar dan langsung merubah ekspresinya menjadi biasa saja. " Oh.. Gak mbak, saya juga kaget kok beneran.. Ternyata bos kita sekarang sudah ada yang memikat hatinya.. Waah kita kalah
Dinar dan Diana mengalami kecelakaan 6 th lalu yang menyebabkan mata Dinar tidak berfungsi dengan baik bahkan buta. Dia sempat depresi dan menjadi murung, beruntung sang nenek membawa Dinar ke Kota Batu merawat dan membesarkan Dinar remaja hingga sekarang.Dinar melanjutkan sekolah dengan home schooling. setelah itu dia tidak melanjutkan kuliah, Dinar memilih membantu nenek Sarah di kios bunganya. selama 6 tahun kedua orang tuanya sering datang bersama Diana, dan sering membujuknya untuk kembali ke Jakarta, tapi Dinar tak pernah mau. dia sudah merasa nyaman dengan suasana pegunungan yang sejuk dan menenangkan.Sejujurnya Dinar merasa minder setelah kedua matanya tak bisa lagi melihat dunia. Dia sempat merasa iri dengan Diana yang tak mengalami efek apapun setelah kecelakaan yang menimpa keduanya 6 tahun lalu. Dinar tidak tahu bahwa ternyata Diana juga mengalami efek bahkan lebih buruk.Dengan perasaan yang berdebar, Dinar membuka mata untuk pertama kalinya pasca operasi donor matanya b
"ampun deh, susah ternyata, ribet banget sih riasan nikah ini". gerutu Dinar sambil berusaha melepas atribut yang melekat di tubuhnya. " gerah banget pengen cepet mandi aku" Dinar akhirnya bisa melepas hiasan dikepalanya. "mau kubantu? " suara Bagas membuat Dinar menoleh kaget. sejak kapan mas bagas masuk kamar batinnya. " mas, ngapain disini? " kata itu yang keluar spontan dari bibir Dinar. " kenapa? " " ini kan juga kamarku malam ini?" balas Bagas datar sambil melangkah duduk di tepi ranjang. " lumayan pegal juga badan ini, seharian ribet ini itu." monolog Bagas yang bisa di dengar Dinar lirih. "mmm, maas, maaf kalo boleh minta tolong bantuin melepas peniti yang di bagian punggungku, aku sendiri gak bisa". cicit Dinar agak canggung. Bagas menoleh ke arah Dinar yang ada di depan kaca rias. wajah datar masih setia terpasang apik. melangkah pasti mendekati Dinar, tanpa kata melepas peniti kecil yang ada di baju pengantin dan jarik perlahan. dengan hati-hati dan hampir menahan n
Pagi hari di kediaman Sanjaya. jam menunjukkan pukul 4.30 adzan subuh akan segera berkumandang. sepasang pasutri baru itu masih bergelung di dalam selimut yang sama dan berpelukan. Apa yang terjadi semalam? kenapa bisa mereka berakhir dalam selimut yang sama? Flash backDinar bergumam dalam tidurnya, keningnya mengeluarkan keringat dingin, sepertinya dia bermimpi buruk. Bagas yang tidur di sebelahnya membuka mata dan ikut merasakan kegelisahan Dinar. Kenapa hmmm, kamu mimpi buruk? Bagas membelai halus surai istrinya. apa yang kamu rasakan? apakah kamu tertekan menikah denganku? gumam Bagas. Dia mengambil selimut yang ada di bawah kakinya, dan menyelimuti Dinar. bergerak mendekatkan kepala, meletakkan tangan kiri di bawah kepala istrinya, dan memeluk nya perlahan. Dia pun masuk kedalam selimut dan kembali memejamkan mata setelah dirasa istrinya kembali tidur dengan tenang. Dia berjanji besok harus bangun lebih pagi sebelum Dinar bangun agar dia tidak terciduk sedang memeluk istri b
Dinar PovMas, memangnya si kembar sekarang sama siapa? tanyaku memecah suasana sunyi di mobil. Mas Bagas memoleh kearahku sebentar kemudian kembali fokus mengemudikan mobil. ada 2 mbak yang khusus menangani si kembar, sama ada mbok Sum dan pak Joko di rumah. Bagas menjawab datar. mereka sekarang umur 1 tahun yaah, sudah bisa jalan semua? tanyakuRaja sudah mulai belajar berlari walau sering terjatuh lucu banget. Bagas menjelaskan cerita tentang Raja sambil tersenyum, ahh ganteng banget batin Dinar terpesona."kalo Ratu masih berjalan belum berani berlari lari. dia anak yang lembut seperti ibunya. mereka sudah mulai belajar berbicara 1 kata. sangat menggemaskan. makanya aku sudah kangen gak mau lama ninggalin mereka. Bagas masih semangat bercerita tentang si kembar. Dinar membayangkan tingkah kedua bayi kembar itu pasti sangat menggemaskan. Oh ya mas, nanti apa aku tidur di kamar tamu atau di kamar sikembar? aku memberanikan diri bertanya. Bagas agak terkejut dengan pertanyaanku
Dinar masuk kamar utama, kamar dia dan Bagas. "Kamu bisa menaruh pakaian mu di lemarinya Diana. Maaf bajunya belum sempat di beresin. Apa kamu keberatan atau nanti akan aku belikan lemari yang baru untukmu". Bagas menjelaskan sambil berlalu ke kamar mandi setelah mengambil beberapa baju ganti di lemarinya sendiri. Dinar masih diam, hatinya merasa kurang nyaman entahlah. melihat tumpukan baju Diana masih tersimpan rapi membuat hatinya sakit. rasa kangen dengan saudari kembarnya yang hampir 10 tahun tidak berjumpa, malah berita kematian yang mempertemukan mereka dalam keadaan berbeda dunia. Dinar menyesal sekali tidak pernah sekali pun menyanggupi keinginan kedua orang tuanya dan Diana yang sering mengajaknya pulang ke Jakarta. Alasannya menerima pernikahan ini juga karena untuk menebus kesalahannya dan berterimakasih pada Diana karena sudah memberinya kehidupan baru yang lebih berwarna dengan penglihatan matanya. Dinar akan berusaha menjaga kedua bayi kembar Diana, dan ingin mencu