“Bima, bagaimana bisa kamu memukulnya?! Apa kau lupa apa yang aku ajarkan padamu setiap hari? Lagipula, kita sudah kehilangan kekuatan kita sekarang, dan aku sudah menjadi orang yang tidak berguna. Kita tidak bisa kembali seperti dulu!”
kata Ainsley sambil menepuk-nepuk sandaran tangan kursi roda dengan marah, terlihat seperti dia kecewa dengan asistennya. Bima menundukkan kepalanya dan berkata, "Maafkan saya, Tuan Ketiga, saya benar-benar tidak bisa menahannya. Saya tidak tahan melihat orang-orang mengatakan hal-hal buruk tentang Tuan." "Kamu harus bisa menanggungnya! Mereka adalah anggota keluargaku. Dan kamu harus berjanji kepadaku bahwa kamu tidak akan pernah memukul orang lagi di masa mendatang. Meskipun mereka mengejek Tuanmu ini, mengerti?" Bima mengangguk dan langsung menghadap Anatasya. Dia membungkuk untuk meminta maaf, "Nyonya, saya minta maaf. Ini salah saya. Ini tidak ada hubungannya dengan Tuan Ketiga. Jika Nyonya ingin menyalahkan seseorang, salahkan saya. Jangan salahkan Tuan Ketiga!" Anatasya sama sekali tidak marah. Sebaliknya, dia merasa sangat bahagia, perasaan terbaik yang pernah dia rasakan. Namun dia tidak bisa menunjukkannya, jadi dia hanya mengangguk ringan dan tidak memberi tahu Bima untuk tidak bersikap impulsif lain kali. Anatasya merasa dirinya sudah menjadi orang jahat juga. Mulut Ainsley tersenyum diam-diam, dan dia menatap Arthur, "Ayah mertua, anak buahku memang salah kali ini. Namun, bagaimanapun juga, aku adalah Kakak ipar Audrey. Hari ini, izinkan aku sebagai Kakak iparnya untuk memberikan pelajaran kepada adik iparku yang tidak tahu tata krama dan menghina kakaknya ini atas namaku." Adeline merasa tercekat dan tidak bisa berbicara. Ainsley melirik barang-barang antik yang berserakan di lantai dan berkata, "Karena sudah seperti ini, hadiah pertunangan sudah dibayarkan, jadi aku tidak akan mengganggu Ayah mertua dan Ibu mertua untuk membersihkan rumah. Aku akan mengunjungi kalian lain kali." Arthur merasa semakin patah hati saat mendengar ini. Tidak ada hadiah pertunangan. Dia juga menghancurkan semua barang antik di ruang tamu. Semua barang antik ini adalah harta karunnya! Jika dia tidak memiliki seseorang yang mendukungnya di rumah, bagaimana dia bisa mengundang teman untuk datang? Aduh~~~ Arthur langsung sakit kepala dan sakit hati. Anatasya tersenyum jahat dan dengan cepat mendorong kursi roda Ainsley. Bima menatap Arthur dan Adeline sebelum pergi dan memperingatkan mereka, "Tuan Ketiga memintaku untuk meninggalkan pesan untuk kalian. Istrinya bukanlah seseorang yang bisa dipermalukan begitu saja. Sebaiknya kalian berpikir dua kali sebelum berbicara di masa mendatang." Setelah mengatakan itu, Bima berbalik dan pergi. Di ruang tamu, Audrey adalah orang pertama yang bereaksi dan menghentakkan kakinya karena marah. "Ibu! Si jalang itu, apa haknya? Bagaimana mungkin dia menikahi seorang pria cacat dan mendapatkan hadiah pertunangan lebih dari 90 juta, serta rumah dan tanah! Ibu, aku sangat marah! Ini seharusnya milikku!" Arthur juga sangat marah, sementara Adeline menyipitkan matanya dengan aneh dan menghibur putri kecilnya. "Sayang, jangan marah. Waktu pemberitahuan transparan uangnya di ponsel jalang itu tadi, ibu. Mengintipnya tadi. Jumlahnya nggak banyak, pasti nggak sampai puluhan juta." Audrey menatap ibunya dengan curiga, "Ibu yakin?" "Ibu yakin! Mungkin paling banyak lebih dari 900.000." Arthur menyipitkan matanya dan menatap istrinya, "Kamu benar-benar melihatnya dengan jelas?" "Ya." Adeline mengangguk dengan berat. Dia tidak percaya bahwa bintang malang itu memiliki kehidupan yang begitu baik. Dia berkata dengan tegas, "Mereka hanya bekerja sama untuk menipu kita! Coba pikirkan, kekuasaan Ainsley dirampas setelah kecelakaan mobil. Bagaimana dia bisa punya begitu banyak uang untuk diberikan?" "Lalu tanah..." Arthur merasa bahwa uang adalah masalah kecil, dan tanah adalah masalah besar. Adeline tertawa sinis, "Mungkin itu tanah kosong yang tidak bisa dikembangkan dan tidak berguna. Dan mereka bilang akan memberikannya kepada jalang itu. Mereka bilang akan mengalihkan kepemilikannya, tapi siapa yang melihatnya? Itu hanya sandiwara!" Arthur menganggapnya masuk akal dan mengangguk. "Ainsley sekarang menjadi orang yang tidak berguna. Dia sendiri mengatakan bahwa dia sudah kehilangan kekuasaannya dan meminta bawahannya untuk berperilaku baik. Kamu juga mendengarnya tadi." Semakin Adeline meremehkan pasangan Anatasya, semakin kesal perasaannya. Arthur tidak menanggapinya, dan merasa sangat rumit. Adeline mengusap bahu Audrey dan berkata, "Sekarang Kakakmu sudah menikah dengan pria cacat itu. Kamu harus bekerja lebih keras. Tunggu Brylee kembali, perlakukan dia dengan baik, dan cobalah untuk memenangkan hatinya." Audrey mengangguk malu-malu. Di luar Mansion. Begitu Anatasya masuk ke dalam mobil, dia mendengar suara lembut Ainsley. "Maafkan aku karena sudah berbuat salah padamu. Aku tidak mampu membayar mahar sebesar itu sekarang... Aku akan memberimu 90.000 yuan untuk biaya bulanan. Sisanya... Aku akan membayarmu nanti." Sebelum dia sempat menyelesaikan perkataannya, Anatasya buru-buru menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak apa-apa. Aku tahu kamu melampiaskan kemarahanku kepada mereka, dan kamu tidak ingin keluargaku memandang rendah diriku di masa depan. Aku sangat berterima kasih padamu. Terima kasih sudah membantuku. Dari masa kecil sampai aku dewasa, tidak ada seorang pun yang pernah membelaku." Bahkan Brylee tidak pernah melakukan ini untuknya. Brylee adalah seorang pria terpelajar yang terobsesi dengan arkeologi. Ia selalu menasihatinya untuk bersabar dengan situasinya dan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja setelah ia menikah dengannya. Anatasya belum pernah merasakan kebahagiaan seperti ini sebelumnya. Seolah-olah semua kesialan yang sudah terkumpul dalam hatinya selama bertahun-tahun tersapu bersih. Sambil berbicara, Anatasya menyerahkan dokumen tanah, "Aku juga tidak membutuhkan ini, terima kasih." Ainsley melirik dokumen itu dan mengambilnya, "Jika kamu mau, langsung hubungi aku." "Oke." Setelah Bima mengirim Anatasya ke perumahan Bund bay, dia mengirim Ainsley ke Mansion lama. Begitu Ainsley didorong masuk ke ruang kerja, dia mendengar suara berat lelaki tua itu. "Kau sudah datang!" "Ya." Kakek Lucas melambaikan tangannya, Bima dan kepala pelayan tua itu langsung menyadari isyaratnya dan mundur. Ketika hanya Kakek Lucas dan Ainsley yang tersisa di ruang kerja, Kakek Lucas berjalan menuju brankas, memasukkan kata sandi, mengeluarkan sebuah dokumen, dan melemparkannya kepada Ainsley. "Untukmu. Itu disiapkan untuk pernikahanmu." Ainsley membuka dokumen itu, melirik buku transfer ekuitas, dan mengangkat sudut mulutnya, "Ayah tidak berpikir aku menikah untuk ini, kan?" Kakek Lucas meliriknya dan mendengus, "Apakah kau benar-benar berpikir Ayahmu ini pikun? Ayah tidak tahu apakah Ayah bisa bekerja sama denganmu?" Saat dia mengatakan itu, Kakek Lucas tidak bisa menahan diri untuk tidak melirik punggungnya, "Apa kau baik-baik saja?" "Aku tidak akan mati." Ainsley berkata dengan acuh. Kakek Lucas menghela napas dalam-dalam, dan berkata dengan ekspresi agak serius, "Setelah tanah kakak ipar keduamu disiapkan untuk kerja sama, kau harus memberinya peringatan. Beri tahu dia dengan jelas siapa yang bertanggung jawab dalam keluarga Addison." Saat ini, keluarga Addison akan mengontrak proyek pengembangan energi tenaga nuklir. Ini adalah proyek bagus yang ramah lingkungan dan bermanfaat bagi negara dan rakyat. Tetapi proyek tersebut kehilangan sebidang tanah milik keluarga kakak ipar keduanya. Ini pula sebabnya mengapa Kakek Lucas tahu orang macam apa menantu keduanya itu, tetapi dia tidak bisa memarahinya terlalu keras. Ainsley memahami kepentingan yang terlibat dan mengangguk dengan tenang, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang kulakukan." "Lagipula, Anna adalah gadis yang baik, jangan ganggu dia." Ainsley melirik Ayahnya dan berkata dengan sinis, "Apa aku perlu Ayah memberitahuku hal ini?" Anna adalah harta karun yang sudah dia simpan di dalam hatinya selama bertahun-tahun! Setelah meninggalkan Mansion lama, Ainsley dalam suasana hati yang baik dan memanggil kedua temannya untuk pergi ke klub. Klub Dynsty adalah klub terken di Jiangcheng. Ini adalah klub orang-orang ternama, dan orang biasa tidak biasa masuk, dan ketika kita masuk harus memperlihatkan kartu Dynsty. Di Jiangcheng, memiliki kartu Dynasty adalah simbol status. Namun tidak seorang pun tahu bahwa bos di balik klub Dynsty sebenarnya adalah Ainsley dan dua orang besar lainnya yang sama berkuasa di Jiangcheng. Ainsley memasuki klub Dynsty dan naik keatas melalui lift pribadi. Lantai ini merupakan lantai pribadi dia dan kedua temannya, ada KTV, billiard, fitness, bioskop, restoran, dan lain-lain. Begitu dia tiba, Ainsley berdiri dan berjalan langsung menuju ruangan itu. Dia melihat dua pria berjas yang terlihat sangat mulia, sedang duduk di dalam ruangan itu. Seorang pria berusia tiga puluhan, dengan bekas luka dangkal di sudut matanya dengan ekspresi kejam, dikenal sebagai Bobby Albern di dunia bawah. Salah satu dari mereka relatif lebih muda, mengenakan setelan jas putih, kemeja bermotif bunga, dan rambutnya ditata dengan hairspray. Dia adalah anak bungsu dari keluarga Adhitama, Adhitya Edmund. Begitu Ainsley masuk ke dalam, Bima menyerahkan dua amplop merah besar kepada mereka berdua. Keduanya menerima amplop merah itu dan membukanya, ternyata isinya kosong. “Apa maksudmu?” Adhitya memiliki tanda tanya di wajahnya. Ainsley berjalan ke sofa dan duduk, sambil mengangkat sudut mulutnya tanda dia sangat bahagia. "Aku akan menikah, kalian berdua harus memberiku sejumlah uang sebagai hadiah." Bobby... Adhitya... "Aku akan memberikan angpao ini kepada istriku. Jangan memberi terlalu banyak, itu akan membuatnya takut, dan jangan memberi terlalu sedikit, itu sangat tidak pantas untuk status kalian." Bobby... Ainsley....Dalam sekejap, pipi Anatasya memerah. Ia terlalu malu untuk menatap Ainsley.“Kalau begitu, izinkan aku meminta maaf dengan tulus pada Istriku. Aku pasti membuatmu takut saat itu, bukan? Aku benar-benar salah.”Anatasya menggigit bibir dan berkata pelan, “Tidak… tidak perlu minta maaf. Itu bukan salahmu.”“Tidak, itu kesalahan suamimu. Aku tidak berhasil membuatmu jatuh cinta padaku untuk kedua kalinya. Itu kesalahanku, dan aku akan terus memperbaikinya.”Pipi Anatasya makin panas mendengarnya. Ia menunduk sedalam mungkin, nyaris menyembunyikan wajahnya.Segera ia mengulurkan tangan, menutup mulut Ainsley dengan panik. “Sudah, jangan bicara lagi!”Ainsley justru menarik tangannya perlahan, lalu mengecup pipi merahnya dengan lembut. Sudut bibirnya terangkat senang.“Tenang saja, istriku. Serahkan semuanya padaku. Aku akan bertanggung jawab untuk menyembuhkan trauma psikologismu di masa depan.”Anatasya mendadak ingin menghilang dari dunia. Rasanya dia tidak ingin bertemu siapa pun.Ia
Ainsley menatap Anatasya lekat-lekat, ekspresinya sulit ditebak—entah sedang marah atau senang. “Ada yang ingin kamu katakan padaku?”Anatasya menggenggam cangkir susu dengan gugup, lalu menyesapnya cepat-cepat. “Bukankah Keitlyn sudah memberitahumu semua yang perlu kamu ketahui?”“Tidak.” Suara Ainsley terdengar tenang, nyaris tanpa emosi, tapi justru karena itulah terdengar dalam dan tulus. “Aku ingin mendengarnya darimu langsung. Aku tak ingin mengenalmu dari cerita orang lain.”Dia menatap Anatasya dengan lembut. “Kalau kamu yang mengatakannya, aku akan percaya. Tapi kalau kanu belum siap, aku akan menunggu. Sampai kamu benar-benar percaya padaku sepenuhnya.”Jantung Anatasya bergetar. Jemarinya mencengkeram cangkir susu begitu erat hingga nyaris retak.Beberapa detik kemudian, sebuah pikiran muncul di benaknya. Ia meletakkan cangkirnya dan menatap Ainsley dengan sungguh-sungguh. “Kudengar kamu tidak suka orang lain menyentuh barang-barangmu. Apakah itu benar?”“Ya,” jawab Ainsley
"Ahh!"Jenderal menggigitnya dengan keras, lalu mengeram dan menggigit lagi."Ahh!"Berulang kali."Jangan bergerak. Kalau kau bergerak, Jenderal akan menggigit tulangmu sampai remuk."Suara tenang seseorang menggema dari arah pintu.Dia adalah Kai, pria berwajah tampan dengan rambut dicat kuning menyala. Ia berjalan santai, memegang cerutu di antara jari-jarinya yang pucat. Dengan tenang, ia mengendus cerutu itu seolah tengah menikmati aroma hidangan mewah.Dengan satu klik, lampu ruangan menyala terang.Tanpa banyak bicara, Kai mematikan tiga kamera pengintai di sudut ruangan. Ia mencabut memori dari masing-masing kamera, memasukkannya ke dalam sakunya, lalu menatap Keitlyn yang tengah menangis tersedu-sedu di sudut ruangan. Senyum tipis terukir di wajahnya."Ah, gadis kecil yang malang... Kamu menangis sangat menyedihkan. Kakak akan memanggil polisi untukmu," ucapnya lembut.Keitlyn menggigil ketakutan, memeluk selimut erat-erat untuk menutupi tubuhnya. Meski gemetar, dia sempat me
"Itu aku." Anatasya menatap tajam wanita di hadapannya yang membalas dengan tatapan sinis. Perasaan jijik langsung merayap di dadanya.Dengan kasar, wanita itu melemparkan kunci mobil berlogo BMW ke atas meja, disusul tas LV-nya yang jatuh dengan bunyi Buk. Ia lalu duduk dengan angkuh di hadapan Anatasya, menyilangkan kaki dan memandangnya penuh kesombongan."Aku memang tidak secantik kamu secara alami," ucapnya dengan nada mengejek. "Tapi aku punya aura manis, seperti wanita idaman pria."Ia melirik segelas limun di meja dengan ekspresi jijik, lalu mengangkat tangannya, memamerkan kuku barunya. "Bagus tidak? Baru dipasang. Aku perlu semprotin pelembap dulu."Sambil berbicara, ia mengeluarkan botol kecil dari tas dan mulai menyemprotkan cairan ke kukunya.Ck-ck-ck.Beberapa suara desisan terdengar, lalu aroma tajam memenuhi udara, menusuk hidung Anatasya. Ia refleks menahan napas. Alisnya mengernyit, bingung sekaligus waspada terhadap kelakuan aneh wanita itu."Permisi, Anda ke sini u
Anatasya tenggelam dalam pikirannya sepanjang perjalanan.'Seharusnya aku tidak takut. Bukan aku yang bersalah.'Ia harus cukup berani menghadapi ketakutannya sendiri. Terlebih lagi, kini ia memiliki Ainsley sebagai pendukung kuat di sisinya.Begitu memikirkan Ainsley, bibir anatad6 terangkat membentuk senyuman tipis.Setibanya di lokasi kompetisi, ia melangkah ke ruang ujian dengan mantap.-----Dua jam kemudian, Ainsley tiba di hotel tempat Anatasya menginap. Ia langsung menuju meja resepsionis sambil membawa kartu identitas dan surat nikah.“Saya suami dari Anatasya. Ini identitas saya. Istri saya pergi terburu-buru pagi ini dan membawa dokumen penting saya. Tolong berikan saya kartu duplikat kamar, saya harus masuk sekarang.”Resepsionis memeriksa dokumen dengan hati-hati, lalu menjawab sopan, “Maaf, Tuan, kami tetap perlu menghubungi istri Anda terlebih dahulu.”“Dia sedang mengikuti ujian dan ponselnya tidak bisa dihubungi.”Resepsionis tampak ragu. Namun tiba-tiba, seorang pria
Ainsley dan Bima refleks terkejut.Anatasya tampak linglung, seolah tidak mendengar ucapan mereka sebelumnya. Ia memaksakan senyum, menyapa seadanya, lalu berjalan menuju meja makan.Melihat kondisi Anatasya, Ainsley mengernyit dan segera mendorong kursi rodanya untuk membantunya menyiapkan sarapan.Namun saat sikunya menyentuh tubuh Anatasya secara tidak sengaja, Anatasya tersentak hebat. Ia spontan menjauh, tubuhnya gemetar.Kening Ainsley mengernyit lebih dalam."Maaf... aku tidak tahu kamu ada di belakangku," ujar Anatasya cepat-cepat, menyadari reaksinya berlebihan.Setelah itu, ia menunduk dan mulai makan sarapan dalam diam.Malam tadi, ia bermimpi buruk tentang kejadian setahun silam—dan dampaknya masih terasa. Kepalanya pusing, perutnya mual.Ainsley menatapnya cemas, lalu bertanya pelan, "Apa kamu mau aku panggilkan dokter?""Tidak perlu. Aku sudah kenyang. Aku harus pergi bekerja." Anatasya buru-buru berdiri, meraih tas, dan meninggalkan apartemen dengan tergesa-gesa.Begitu