Kalisa yang tak tau apa apa hanya menuruti ucapan orang tua dan juga mertuanya yang menyuruhnya menaiki mobil yang akan dinaiki suaminya.
Dari jauh Bram memperhatikan adik kesayangannya yang akan pergi bersama suaminya. Dia tidak menyangka jika adiknya yang barbar dan nakal namun sayang amat disayanginya, akan secepat ini menjadi istri orang dan pergi meninggalkan rumah untuk mengikuti suaminya.
''Semoga kamu bisa mendapatkan kebahagian yang berlimpah bersama suami mu, adik barbarku tersayang," lirih Bram.
Tampak para saudara dari keluarga Kalisa dan juga Jonathan melepas sepasang pengantin yang akan pergi menuju suatu tempat yang sudah disiapkan dengan matang oleh Anisa.
Kalisa berusaha mati matian menahan tangis saat Mamanya melepaskan pelukan hangat. "Ingat pesan Mama, jadilah istri yang baik dan nurut dengan suamimu. Karena surga istri ada pada suami," ucap ibunya Kalisa dan diganggu Kalisa.
"Jonathan, Mama serahkan tanggungjawab Kalisa sama kamu. Tegurlah dia jika melakukan kesalahan, dan bimbinglah dia menjadi sosok isteri yang berbakti untuk kedepannya," ujar ibunya Kalisa.
"Mama tenang saja, saya pasti akan menjaga dan membimbingnya dengan baik," jawab Jonathan tulus.
"Terima kasih, dengan begini mama bisa tenang menyerahkan Kalisa sama kamu," ucap ibunya Kalisa yang pada akhirnya menangis dan langsung dipeluk oleh Riyadi papanya Kalisa.
"Sebaiknya kalian cepat berangkat, dan berbahagialah kalian menikmati masa bulan madu yang indah. Dan satu hal yang perlu kalian ingat, kami semua menantikan kehadiran junior dari kalian berdua," ujar papanya Kalisa dan seketika membuat Kalisa melotot ke arah papanya.
"Jika soal itu kami tidak bisa menjanjikannya," jawab Jonathan tenang.
“Kalian tidak perlu menjanjikan apapun untuk kami semua, kami hanya berharap jika kami akan segera mendapatkan cucu yang unyuk seperti Kalisa dan tampan seperti kamu,” ujar ibunya Kalisa. Jonathan hanya menjawab dengan anggukan kepala kemudian masuk kedalam mobil dan diikuti Kalisa.
Sepanjang jalan menuju bandara Kalisa hanya diam dan melihat kearah jendela. Dirinya tidak tahu akan pergi kemana, yang dia tau hanya akan pergi. Bulan madu dan menuju tempat yang paling romantis yang sudah diatur oleh Anisa.
“Kita sudah sampai bandara, Aden,” ujar mang Jaja supir pribadi Jonathan.
Jonathan yang dari tadi sibuk dengan ponselnya menoleh ke arah Kalisa yang lebih dulu turun dan membantu Mang Jaja mengambil kursi rodanya.
“Biar saya saja yang membantunya, mang Jaja tolong keluarkan kopernya saja ya,” ucap Kalisa sopan.
“Iya neng,” jawab mang Jaja kemudian dengan cepat mengeluarkan dua koper ukuran sedang dan menaruhnya di troli yang sudah disiapkan di bandara untuk mengaku barang bawaan penumpang.
Kalisa menyiapkan kursi roda Jonathan dan memeriksanya apakah sudah benar apa belum sebelum membantu suaminya berpindah ke kursi roda. “Kursinya sudah siap,” ujar Kalisa lembut dan ditanggapi gumaman oleh Jonathan.
Mang Jaja yang berdiri di belakang mobil memperhatikan Kalisa yang membantu Jonathan untuk berpindah duduk ke kursi rodanya tanpa ada kesulitan.
“Terima kasih,” ujar Jonathan setelah merasa dirinya sudah duduk dengan nyaman di kursi rodanya. “Iya,” jawab Kalisa.
“Kamu bisakan membawa troli yang berisi koper untuk cek in terlebih dulu?” Ujar Jonathan.
“Tentu saja,” jawab Kalisa dan berjalan ke arah Mang Jaja. “Terima kasih ya Mang, sudah mengantar kami.
“Iya Neng. Hati-hati dijalan dan semoga selamat sampai tujuan. Aden juga jaga kesehatannya,” ujar Mang Jaja.
“Iya, Mang Jaja langsung pulang aja ya?” Jawab Jonathan.
Tak mau membuang waktu terlalu lama, Jonathan dan Kalisa segera masuk bandara untuk cek in barang bawaan Mereka.
“Selamat sore, ibu,” sapa pegawai bandara yang bertugas.
“Iya selamat sore,” jawab Kalisa dan menunjukkan dua tiket kepada petugas yang sedang bertugas.
“Untuk dua orang ya ibu?” Ucap petugas bandara.
“Iya,” jawab Kalisa singkat sambil melihat ke arah Jonathan yang kebetulan melihat ke arahnya. Kalisa dengan cepat memutus tatapannya dan kembali fokus melihat ke arah petugas bandara yang nampak sedang mengecek data pada komputernya.
Setelah selesai cek in Kalisa dan Jonathan menuju ruang tunggu bersama para penumpang lainnya.
Kalisa yang bingung dan merasa bosan hanya bisa diam dan memperhatikan beberapa penumpang yang nampak mengobrol dengan anggota keluarganya sambil menunggu waktu keberangkatan. Tak seperti dirinya yang hanya duduk diam tanpa mengobrol dengan suami dinginnya.
Jonathan yang melihat Kalisa merasa bosan memberikan satu kotak kecil permen mint. “Apakah kamu bosan, Kalisa?”ucap Jonathan sambil menyodorkan kotak permen Mentos keara Kalisa.“Sedikit,” jawab Kalisa dan mengambil kotak permen.
“Tung— belum selesai Jonathan mengucapkan kalimatnya, terdengar operator bandara yang mengumumkan jika pesawat yang akan ditumpangi Kalisa dan Jonathan akan berangkat dan meminta para penumpang segera menaiki pesawat.
Kalisa langsung berdiri dan dengan luwes dirinya mendorong kursi roda Jonathan dan berjalan mengikuti penumpang lainnya.
Selama 1 jam lebih perjalanan menuju Bali, Kalisa yang merasa lelah akhirnya tertidur pulas. Jonathan melirik dari sudut matanya memperhatikan Kalisa yang nampak pulas dalam tidurnya.
Akan tetapi tanpa Jonathan sadari ada seseorang yang sedang menatapnya dengan tatapan merendahkan.
Kalisa mengerjapkan matanya ketika dibangunkan oleh Jonathan. “Kalisa Kalisa, bangunkita sudah sampai dan akan lepas lenting sebentar lagi.
Mmh. Guman Kalisa kemudian meregangkan badannya yang terasa kaku semua.
“Kita nanti ada yang jemput atau naik taksi?” Tanya Kalaisa.
“Akan ada orang yang jemput dan mengatar kita menuju hotel yang akan kita tempati selama tinggal disini.
“Akhirnya turun juga dari pesawat yang bikin pusing,” ujar Kalisa tenang sambil mendorong Jonathan. “Kamu tunggu disini ya, aku ambil kopernya dulu,” ujar Kalisa kemudian berjalan mengantri mengambil koper milinya.
Jonathan yang melihat Kalisa menarik dua koper menjalankan kursi rodanya mendekati Kalisa. “Berikan handbag mu padaku," Kalisa yang tidak mengerti dengan ucapan suaminya malah bengong.
“Aku hanya ingin meringankan barang bawaan mu. Lagian kursi roda berjalan menggunakan remot, jadi aku tidak kesulitan jika memangku handbag milikmu,” ujar Jonathan.
Dengan senang hati Kalisa menyerahkan handbag miliknya kepada suaminya. “Terima kasih,” ujar Kalisa dan tak lupa dia memberikan senyum khasnya.
Mereka berjalan keluar dan diluar sudah langsung disambut orang suruhan Anisa untuk menjemput mereka.
“Kita akan langsung ke hotel terlebih dahulu apakah ingin jalan-jalan sebentar, tuan?” Ujar orang suruhan Anisa.
“Langsung ke hotel saja,” Jawab Jonathan. Sedangkan Kalisa hanya duduk dan menyadarkan kepalanya pafa pintu mobil. Jonathan bisa melihat jika Kalisa sangat kelelahan dan dia sangat membutuhkan untuk istirahat saat ini.
Setibanya di hotel mereka langsung menuju kamar yang sudah dipesan khusus oleh Anisa untuk mereka tempati selama menikmati bulan madu selama di Bali.
Kalisa menghempaskan badannya ke kasur dan hal itu tak luput dari perhatian Jonathan. “Apakah kamu tidak ingin makan malam terlebih dulu, Kalisa?” Ujar Jonathan.
“Tidak. Aku ingin mandi dan langsung istirahat. Apakah kamu lapar? Jika kamu lapar bisakah kamu makan sendiri?” Ucap Kalisa pelan terdengar jika dirinya sangat kelelahan.
“Aku juga akan langsung istirahat setelah membersihkan diri,” ujar Jonathan.
“Apakah kamu perlu bantuanku,” ucap Kalisa yang langsung duduk mendengar ucapan Jonathan yang ingin membersihkan diri.
“Tidak perlu, aku bisa melakukan sendiri," ucap Jonathan dingin.
'Ck, dingin sekali ucapannya itu. Aku Kan hanya ingin melakukan tugasku sebagai istri yang berbakti," gerutu Kalisa dalam hati.
Sedangkan Jonathan yang sudah berada dalam kamar mandi hanya diam menatap gambarnya dirinya di cermin.
"Apakah aku terlihat sangat lemah di depannya? Dan apakah karena itu juga dia menerima pernikahan ini?" lirih Jonathan sambil mentap duplikat dirinya di cermin
Jonathan melihat istrinya yang berbalik dan menunjukan wajah yang penuh harap dan sangat menantikan jawabannya. Melihat suaminya yang malah terlihat bingung dan tak kunjung menjawab membuat Kalisa mengerti kemudian menghela nafas berat dan menyimpulkan jika suaminya masih belum menemukan nama untuk si kembar yang sebentar lagi akan segera lahir. “Sudah aku duga jika Mas Nathan masih belum menemukan nama untuk si kembarkan?” ujar Kalisa dengan nada kecewa dan memejamkan matanya untuk menutupi kekecewaannya serta kesedihannya. Mendengar nada suara kecewa dari istrinya membuat Jonathan menjadi tak tega.“Sebenarnya aku sudah menemukan nama untuk si kembar, akan tetapi aku masih ragu apakah nama itu akan cocok dan juga bagus untuk mereka nanti,” ujar Jonathan ragu.“Benarkah kamu sudah menemukan nama untuk mereka? Coba katakan padaku nama apa yang sudah Mas buat untuk si kembar?” ucap Kalisa yang kembali ceria lagi dan mengusap lembut wajah suaminya.Jonathan menelan ludahn
Kesal karena ucapannya dipotong begitu saja disaat dirinya ingin meluapkan kegelisahannya semenjak menonton serial tv yang saat ini tengah naik daun. Dengan tak berperasaan Kalisa menggigit jari telunjuk suaminya yang ditempelkan pada bibirnya.“Argh!” erang Jonathan dan tangan satunya mengepal kuat untuk menahan rasa sakit pada jari telunjuknya akibat perbuatan istrinya.Mawar yang menyaksikannya hanya bergidik ngeri melihat putranya yang sedang kesakitan. ‘Aduh kasihan benar kamu Jonathan. Semoga kamu bisa menjadi lebih sabar lagi menghadapi sikap Kalisa yang mudah marah semenjak mengandung buah hatimu,” batin Mawar yang menatap iba putranya yang sedang menahan sakit pada jarinya akibat gigitan dari menantunya.Kalisa bukannya merasa bersalah melihat suaminya yang kesakitan dengan mimik muka memerah sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Dia malah cuek dan hendak berdiri dari
Perlahan mata mata sipit yang sudah tertutup kini sudah terbuka dan langsung mendapati sosok Dimas yang tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Bulu lentik yang sudah lama tidak bergerak mengikuti kelopak matanya kini bergerak naik turun. Baik Nana dan juga Dimas hanya diam dan saling melihat tanpa mengucapkan sepatah kata.Nana yang melihat wajah khawatir Dimas menjadi menarik sudut bibir tipisnya dengan sorot mata seolah-seolah mengatakan jika dirinya baik-baik saja.Firda yang merasa heran dengan sikap Dimas yang tak biasanya tidak menjawabnya saat diajak bicara akhirnya memutuskan mendekatinya. ‘Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka berdua sih? Yang satunya berlari keluar dan yang satunya lagi hanya berdiri dan menatap serius ke arah Nana,” batin Firda kemudian menoleh ke putrinya.Terkejut sudah pasti saat melihat anak bungsunya yang sudah lama tidak membuka matanya kini sudah membuk
“Apa kau tidak punya mulut untuk menjawab pertanyaanku, Dimas? Asalkan tau saja ya, sebenarnya aku sangat muak setiap akhir pekan selalu melihat wajah cuek dan sangat menjengkelkan darimu,” ucap Robert dengan ketus.“Ini anak udah dewasa tapi sifat dan pemikirannya masih saja seperti anak kecil. Pantas saja Desi selalu menolakmu karena sifat kekanak-kanakan mu ini,” ucap Firda dan menjewer telinga putranya.“Aw …. Sakit ini telingaku, Mah,” ucap Robert sambil memegangi telinga yang masih saja dijewer oleh mamanya.Dimas yang melihat Robert mendapat jeweran dari mamanya menjadi tersenyum puas kemudian dia menoleh pada sosok Nana yang masih tetap betah memejamkan matanya selama tujuh bulan lebih. Rasa rindu ingin melihat mata hitam berbinar yang selalu ditunjukkan oleh Nana dan juga senyum manis nan menggoda menghiasi bibir tipisnya.‘Cepatl
Sebelum menjawab pertanyaan dari mantan suaminya Santi menarik nafas dan membuangnya perlahan. “Aku pikir kamu sudah melupakan Zian dan juga Rian karena sebentar lagi akan mendapatkan anak dari rahim wanita lain,” ucap Santi dingin dan terdengar tajam. Mendengar penuturan mantan istrinya membuat Jefry terkejut. Karena selama delapan tahun menjalani rumah tangga dengannya, ini pertama kalinya dia mendengar Santi berkata dingin dan juga terdengar tajam. “Mana mungkin aku melupakan mereka, Santi? Mau bagaimanapun mereka berdua darah dagingku dan aku tidak akan pernah melupakan mereka walaupun aku sudah memiliki anak lagi dari Serli. Bahkan aku berharap di masa depan mereka bisa rukun walaupun tidak tinggal satu rumah dan berbeda ibu,” ujar Jefry. “Baguslah jika kamu tidak akan pernah melupakan mereka. Selama istrimu tidak mengacau dan membuat kerusuhan di rumahku lagi, aku akan menutupi dan mengatakan pada anak-ana j
“Aku tidak menyangka jika istrinya Jonathan ternyata berhati dingin dan juga sombong sama seperti suaminya. Aku ingin melihat sampai dimana kalian berdua bisa bersikap sombong terus menerus seperti itu,” ucap Serli kemudian berjalan meninggalkan kediaman Rahendra dengan hati yang panas karena emosi menggebu-gebu yang menguasainya. Kalisa menjadi bengong mendengar perkataan Serli yang mengatainya berhati dingin dan juga sombong. “Kenapa aku merasa tidak suka mendengar perkataan wanita tadi? Dasar pelakor tak tau malu, berani-beraninya dia mengataiku wanita berhati dingin dan juga sombong! Lihat saja jika sampai aku bertemu lagi dengannya, pasti bakal aku hajar sampai babak belur tuh pelakor,” gerutu Kalisa yang tak terima dan merasa kesal. Jonathan yang berada di lantai dan melihat istrinya yang menggerutu menjadi tersenyum dan menggelengkan k
Kalisa menelan saliva melihat suaminya yang memejamkan matanya dengan tangan bergerak maju-mundur mengocok juniornya. ‘Apakah ini yang dilakukan Mas Nathan jika sedang berlama-lama dikamar mandi dalam beberapa hari ini?” batin Kalisa. “Sstt oohh, Kalisa,” desis Jonathan sambil memanggil nama istrinya. Tak tahan melihat keseksian dan pesona roti sobek yang milik suaminya yang sangat menggoda, senyum jahil terukir indah di bibir ranum Kalisa dan berjalan mendekati suaminya yang masih belum menyadari kehadirannya. Jonathan terperanjat dan membuka matanya ketika istrinya dengan diam-diam mendekatinya dan memeluk dari belakang dengan tangan merabai perut sispeknya hingga turun ke pangkal dan memainkan dua bolanya. “Kenapa kamu melakukannya sendiri, Mas? Apakah aku udah tidak menarik lagi sampai kamu mastubasi dikamar mandi?” ucap Kalisa. Jonathan menelan saliva dan seluru
Andrew membuka lebar paha istrinya dan mulai memasukan juniornya yang sudah siap untuk bertempur dan menyemburkan saus kental mayones kedalam rahim istrinya. Oohh…. Desis Andrew saat juniornya perlahan memasuki gua hangat dan licin milik istrinya yang selalu memberikannya kenikmatan dan juga kepuas. Mira menggigit bibirnya dan menikmati momen hangat saat junior suaminya memasuki area paling sensitifnya. “Aku menagih janjimu, Honey,” bisik Andrew kemudian mencium telinga istrinya dan sedikit memberi tiupan untuk membangkitkan gairah istrinya. ‘Memangnya aku punya janji apa dengan pria sinting ini? Perasaan aku tidak pernah menjanjikan apapun padanya,” pikir Mira. “Jangan menggigit bibirmu sendiri, Honey,” ucap Andrew kemudian melumat dengan lembut bibir istrinya dan kedua tangannya meremas gunung kembar. Aahh…. Suara desahan k
Anisa menyenggol Kalisa yang tak berkedip melihat dua orang yang berdiri tak jauh dari mereka. Sedangkan Andrew hanya melihat sekilas wanita yang memiliki mata biru cerah yang mirip dengannya akan tetapi itu bukan warna asli karena wanita itu menggunakan soflen sedangkan Andrew asli yang mewarisi dari papanya. “Kemarilah Abigail,” ucap Andrew pada adiknya dan menyuruh duduk disebelahnya. Wanita bule yang tak lain adalah keponakan dari ibu sambung Andrew pun mengikuti Abigail dan hendak duduk disebelahnya, namun sayang Anisa dengan cepat bergeser duduk disebelah Abigail. “Ternyata kamu udah besar ya, Abigail,” ucap Anisa berbasa-basi dan menguap lembut kepala Abigail. Melihat apa yang dilakukan Anisa tentu saja membuat Arsila geram dan mengepalkan tangan nya unt