Home / Romansa / Menikah Dengan Pria Gila / Bab 1. Kesalahpahaman

Share

Menikah Dengan Pria Gila
Menikah Dengan Pria Gila
Author: Nychinta

Bab 1. Kesalahpahaman

Author: Nychinta
last update Huling Na-update: 2025-02-13 19:26:17

“Tidak! Tolong! Jangan! Jangan lukai dia! Tolong! Kumohon, kumohon, aku akan melakukan apapun juga!” teriak seorang pria dengan suara ketakutan, tubuhnya bergetar hebat, wajahnya berubah menjadi sangat pucat dan dia benar-benar menyedihkan.

Jeritannya semakin menjadi tatkala silaunya cahaya kilat dan guntur yang saling bersusulan menggelegar di angkasa malam ini. Hujan masih turun dengan deras di luar.

Lisa segera menghampirinya dan mencoba untuk menenangkan pria itu.

“Tenang, tenanglah, ada aku di sini,” ucap Lisa padanya dengan menepuk pelan punggungnya.

Namun, tiba-tiba saja, pria itu membalikkan tubuhnya dan menarik tangan Lisa lalu memeluknya dengan sangat erat.

“Tolong, kumohon tolong aku!” Dia berkata lirih.

Jantung Lisa berdetak cepat dan darahnya berdesir deras, pria ini memeluknya, dia bahkan belum pernah merasakan hal demikian dari pria yang bukan mahramnya, tetapi entah kenapa rasa empatinya saat ini sangat tinggi membuatnya sangat iba dengan pria ini.

“Sabarlah, kamu aman sekarang.” Suara lembut Lisa membuatnya perlahan bisa mengatur ritme napasnya menandakan pria ini sekarang sudah jauh lebih tenang.

Namun demikian, pelukannya pada Lisa masih kuat seolah tidak ingin dilepaskan. Tiba-tiba saja, seketika penerangan padam disusul dengan cahaya kilat yang memenuhi ruangan, semakin erat saja pria ini melakukannya, apalagi setelahnya suara petir seolah memecahkan tempat ini.

Jantung Lisa kembali berdetak kencang, tubuhnya yang mulai tenang tadi menjadi bergetar hebat kembali, hanya saja kali ini mulut pria itu terkunci rapat.

“Tenanglah dulu, aku akan mengambil lilin di belakang.” Lisa berkata menenangkannya.

Pria itu menggeleng lalu bersuara lirih menyanyat. “Tolong jangan tinggalkan aku.”

Baru saja Lisa ingin membujuknya lagi, kamar ini mendadak terang dengan sinar penerangan dari arah luar masuk melalui celah gorden yang masih terbuka.

Banyak pasang mata melihat mereka dalam keadaan seperti ini, yang mana semua orang pasti akan sangat salah paham dengan posisi mereka. Berpelukan di dalam sebuah kamar yang gelap dan hanya berdua saja.

“Lisa! Keluar kamu!” Teriak suara dari luar.

Lisa benar-benar terkejut, dia ingin segera melepaskan pelukannya, tetapi suara dari luar itu terdengar seperti langsung menerobos masuk ke dalam rumah dan membuat kegaduhan

“Pak Duha! Lihat, ini kelakuan putrimu!” serunya dengan lantang.

Lisa terlihat panik, dia berusaha untuk menjelaskan. “Tidak-tidak, ini salah paham ini–”

“Kita harus menikahkan mereka!” timpal yang lain lagi.

Lisa sangat terkejut dengan pernyataan barusan. Lisa menggeleng-gelengkan kepalanya, dia bermaksud untuk menjelaskan pada ayahnya, tetapi ayahnya memandang dirinya dengan tatapan kecewa.

“Tidak, kejadiannya tidak seperti yang bapak-bapak pikirkan ini. Ayah ini semua–”

“Jangan berkilah kamu! Untungnya kita cepat datang, kalau tidak kalian pasti sudah melakukan hal diluar norma agama!” Seseorang dengan janggut tebal yang berseru pertama kali tadi bicara dengan nada tinggi pada Lisa.

“Pak Duha, Bapak salah satu orang yang terhormat di kampung kita ini, jadi lebih baik kita nikahkan mereka saja malam ini!”

Mata Lisa mulai berkaca-kaca, bagaimana mungkin dia menikah dengan pria ini?!

“Pak, benar seperti yang Bapak ini bilang, kalau tidak mau Lisa mencoreng nama keluarga kita, kita harus menikahkan mereka.” Suara itu sangat dikenal oleh Lisa, dia adalah Ibu Ida, ibu sambungnya.

Lisa menjadi sangat terpojok karena hal ini, tidak ada satu pun yang bisa menjelaskan pada mereka. Lisa lalu melihat pria itu, jelas makin tidak ada harapan. Pria itu seolah-olah hidup di dunianya sendiri di saat yang segenting ini, pandangannya kosong ke arah depan dan wajahnya terlihat jelas seperti orang bodoh.

“Bener, Pak! Perbuatan Mbak Lisa ini tidak dibenarkan, lagipula, takutnya kita juga kena imbasnya! Jadi, mending Mbak Lisa dinikahkan saja sama orang itu!” Kali ini suara Yasmin, adik tiri Lisa, ikut menggema di ruangan ini.

Lisa benar-benar tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan, ada rasa sesal yang dalam atas perbuatannya sendiri pada pria itu, tetapi dia tahu, segala sesuatu yang sudah digariskan jelas tidak bisa diubah begitu saja.

“Ayah, Lisa tidak begitu, Yah, Lisa tahu batasan–”

“Halah batasan! Jangan sok suci kamu! Kalau tahu batasan ngapain kamu berduan di kamar dengan dia? Pake peluk-peluk segala. Pak, kita harus menikahkan Lisa malam ini juga, kalau tidak nama baik keluarga kita menjadi taruhannya.” Ida mendesak Duha yang masih diam melihat anaknya.

Lisa melihat ke arah Duha dengan tatapan memohon, tetapi sepertinya sang ayah tidak bisa berbuat banyak. “Baiklah, saya akan menikahkan anak saya malam ini juga dengannya,” putus Duha.

Hal ini membuat Lisa tidak bisa mengatakan apapun lagi. Dia tahu betul ayahnya ketika memutuskan sesuatu, sulit untuk ditarik kembali.

“Ayah …,” lirih Lisa pada Duha, matanya menatap sendu, tetapi pria itu seolah menulikan telinganya.

Saat ini yang ada dalam kepalanya adalah menikah dengan pria ini. Pria asing yang bahkan namanya sendiri saja dia tidak ingat!

Duha masih tetap tinggal di kamar ini, dia melihat ke arah Lisa dengan tatapan kecewanya, matanya juga melihat tajam ke arah Lisa.

“Lisa, ayah tahu kamu tidak akan melakukan apapun, tapi keadaannya cukup berbeda, semua orang bisa dengan jelas melihat kalau kamu dan dia memiliki hubungan tak biasa.” Duha berkata pada putrinya dengan suara yang berat.

“Tapi Yah, ayah tahu sendiri dia ini bagaimana, kita tidak tahu asal-usulnya, bahkan hal paling kecil saja tentang namanya dia tidak tahu. ” tunjuk Lisa dengan suara tercekat pada pria itu.

Duha hanya mengangguk dan menarik napas berat. “Menikahlah dengannya.”

Kata-kata yang keluar dari mulut ayahnya bagai sebuah godam yang memukul hatinya dengan paksa.

“Tapi ….”

“Ini yang terbaik saat ini.” Ayahnya mengelus pelan pucuk kepala Lisa sebelum akhirnya keluar dari kamar ini, meninggalkan Lisa dan pria asing itu dalam kamar ini.

Lisa hanya diam, dia tetap tak kuasa untuk meneteskan air matanya saat Ayahnya keluar dari tempat ini. Sebelum berpesan padanya agar segera bersiap-siap untuk merapikan diri.

Tiba-tiba, pria itu menghapus jejak air mata yang mengalir di pipi Lisa.

“Jangan menangis,” ucapnya dengan suara husky-nya membuat Lisa terkejut mendengarnya.

“Kamu …?” Lisa tidak bisa melanjutkan kalimatnya, tatapan pria itu sungguh dalam.

“Gandha, namaku Gandha,” ujarnya.

Lisa mengerutkan keningnya.

Pria ini mengatakan siapa namanya? Apa dia tidak salah dengar? Belum sempat dia mendekati pria itu dan bertanya lebih jauh, suara Ida kembali terdengar nyaring di kamar ini.

“Lisa! Kamu harus memakai pakaian yang rapi, biar tidak memalukan keluarga kita! Cukup kamu yang berdua-duaan dengan orang gila ini saja yang membuat keluarga kita malu!” hardik Ida.

Lisa mematung, otaknya masih mencoba untuk berpikir cepat dengan apa yang baru saja terjadi. Namun, dia kembali disadarkan saat tangan Ida menariknya paksa keluar dari tempat itu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 94. Aku Kembali

    Saat menaiki Yacht itu tetap saja perasaan Lisa sedikit gelisah, walaupun berbagai cara dilakukan oleh Gandha untuk menenangkan istrinya itu, Lisa teruse menerus terpikir apa yang akan terjadi nantinya.Yacth ini terasa berjalan sangat lambat, beberapa kali Gandha memberikan kehangatan pada istrinya itu.“Lebih baik kamu mendengarkan ini saja,” ucap Gandha lalu menempelkan air bud ke telinga Lisa. Sebuah musik yang cukup menenangkan terdengar jelas di sana.Lisa membiarkan wajahny diterpa angin dan memejamkan matanya, benar … ini cukup membuatnya tenang. Gandha memang sangat mengerti bagaimana cara membuat merasa bahagia.Tidak lama berselang, akhirnya yacht ini pun bersandar. Dengan hati-hati Gandha menuntun istrinya untuk turun dari sana, menjaganya dengan penuh perhatian.Beberapa orang terkejut melihat Gandha, hal ini dirasakan jelas oleh Lisa. Namun, hal itu tidak lama terjadi.“Tuan Gandha, ayo ikut saya.” Satria yang sudah ada lebih dulu di sana menghampiri keduanya. Bersama de

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 93. Harus Percaya Diri

    Lisa terdiam. Ada desir hangat yang menyelusup di dadanya. Ucapan Gandha mungkin sederhana, tapi cukup untuk membuatnya merasa sedikit lebih kuat.Lisa menghela napas, jemarinya mengusap keningnya yang terasa panas. "Iya, Mas... tapi …."Gandha tersenyum singkat, lalu menatap Lisa dengan penuh kelembutan. "Kamu nggak pernah berpikir seperti ini sebelumnya. Sepertinya ini efek hormon kehamilan."Lisa mengerutkan dahi. "Maksudnya?"Gandha tersenyum kecil, lalu meraih tangan Lisa dan menggenggamnya erat. "Kamu tahu nggak? Aku belakangan ini baca-baca soal kehamilan," katanya sambil menatap mata Lisa lekat-lekat. "Katanya, ibu hamil itu bakal jauh lebih sensitif, gampang cemas, terus kadang suka overthinking hal-hal kecil."

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 92. Kamu Penyelamatku!

    Lisa berdiri di depan cermin tinggi berbingkai ukiran emas, jemarinya saling meremas, seolah itu satu-satunya cara menenangkan kegelisahan yang terus menghantui. Pantulan dirinya tampak anggun dalam balutan gaun satin berwarna nude lembut, lehernya dihiasi kalung tipis berbandul mungil yang gemerlap saat terkena cahaya lampu gantung. Tapi, seanggun apa pun penampilannya, rasa canggung itu tak bisa diusir.Kamar itu terlalu mewah untuk disebut sekadar ruang ganti. Dindingnya berlapis panel kayu mahoni, dengan jendela besar yang tirainya setengah terbuka, membiarkan cahaya sore yang mulai meredup masuk ke dalam ruangan. Di sudut, sebuah kursi malas berbahan beludru krem tampak belum tersentuh, sementara aroma lembut bunga lili dari vas kristal di atas meja kecil menciptakan suasana yang justru membuat Lisa makin sadar — dia bukan bagian dari dunia ini.Baga

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 91. Rencana Kejutan

    Hal ini tentu membuat Diva terkejut, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya saat ini. Dan menurut Gandha hal itu sangat wajar sekali.Diva kembali menatap Gandha lekat-lekat, seolah berusaha membaca setiap gerak-geriknya. Sejak tadi, berbagai pertanyaan berseliweran di kepalanya, dan kali ini dia tak mau lagi menahan diri. Rasa penasaran yang sudah lama dipendam akhirnya mencapai puncaknya.Diva menarik napas, lalu bersandar sedikit ke depan, menatap Gandha tanpa berkedip."Oke, begini saja …," ucap Diva membuka suara, nadanya tegas tapi tetap terdengar santai.Tanpa menunggu respons, Diva langsung melanjutkan, matanya tetap mengunci ke arah pria itu. "Sekarang kamu tinggal di mana?" tanyanya cepat.Gandha se

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 90. Permintaan Gandha Pada Diva

    Sesaat udara sekitar mereka memang menjadi kaku lalu detik berikutnya, Gandha tak bisa menahan tawanya.“Pantas saja Elvan menyukaimu! Sangat menarik sekali ternyata.” Gandha berkata terus terang, karena dia sudah tahu persis Elvan itu orang yang seperti apa. Tidak mudah untuk menaklukan hati keponakannya itu.Wanita itu masih terlihat kebingungan.“Kamu Diva, kan?” Kembali Gandha bicara padanya.Diva hanya mengangguk cepat, terlihat dia masih berpikir sesuatu di dalam kepalanya.“Kamu … apa kamu benar-benar Gandha? Pamannya Elvan?” tanyanya lagi dengan nada tidak percaya.Gandha lalu mengeluarkan ponselnya menunjukkan pada wanita itu gambar dirinya dan Elvan, beberapa kali wanita

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 89. Menemui Wanita Elvan

    Lisa membelalak. Nama itu sudah sering ia dengar. Nama yang selalu disebut Gandha saat tidur tak sadarkan diri di masa-masa awal pernikahan mereka. “Itu… Elvan?” bisiknya.“Iya. Dan yang di sebelahnya…,” tanya Lisa.Gandha mengerutkan keningnya sejenak. “Entah siapa ... Mungkin pacarnya. Atau bahkan istrinya?”Gandha tak bisa menahan senyum tipis. Hatinya terasa lega melihat keponakan yang dulu dianggapnya seperti adik kandung sendiri, kini berdiri tegap dan terlihat lebih dewasa.Namun suasana mendadak berubah saat Gandha menyadari sesuatu.“Nico …,” gumamnya sambil meraih ponsel dan menekan nomor seseorang.Lisa memperhatikannya heran. “Kenapa, Mas?”“Aku harus cari tahu siapa wanita itu dan apa saja yang terjadi selama aku pergi.”Lisa hanya diam memperhatikan suaminya ini.“Sudah lima tahun berlalu, yang aku pantau hanya perusahaan dan siapa saja yang mengendalikannya, tapi aku … tidak sedikit pun menyelidiki kehidupan pribadi keponakanku.” Gandha berkata dengan jujur.Lalu terlih

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status