Home / Romansa / Menikah Karena Visa / BAB 117 : Pewaris

Share

BAB 117 : Pewaris

Author: Kim Hwang Ra
last update Last Updated: 2025-08-24 20:23:54

Rapat baru saja selesai. Elena keluar lebih dulu, menunggu Daniel yang masih berbicara sebentar dengan salah satu tim. Saat Daniel akhirnya keluar, Elena mencoba membuka percakapan.

“Daniel…” ia menatap ragu. “Kalau kamu masih kesal soal tadi, aku bisa jelaskan lebih—”

Belum sempat ia lanjutkan, ponsel Daniel berdering. Nomor ibunya terpampang di layar. Daniel segera mengangkatnya.

“Ya, Bu?”

Suara ibunya terdengar tergesa-gesa. “Daniel, ayahmu… dia tiba-tiba berangkat ke Molgrad pagi ini. Tanpa bilang apa-apa. Kami baru tahu setelah sopir melapor.”

Daniel terperanjat. “Apa? Ke Molgrad? Untuk apa?”

“Itu dia… tidak ada yang tahu. Tolong segera cari dia, Nak. Ibu khawatir.”

Daniel mengepalkan tangannya, wajahnya menegang. “Baik, Bu. Aku akan langsung ke bandara.”

Sambungan telepon terputus. Elena menatapnya bingung.

“Ada apa, Daniel?”

Daniel menghela napas panjang, menatap Elena dengan serius.

“Ayah pergi ke Molgrad tanpa bilang siapa pun. Aku harus menyusulnya seka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menikah Karena Visa   BAB 162 : Mereka Berdua Cemburu

    Ruang kopi sore itu cukup sepi. Hanya terdengar suara mesin pembuat kopi yang menderu pelan. Elena menaruh cangkir di meja kecil, duduk sebentar sambil memijat pelipisnya. Daniel masuk sambil membawa dua gelas kertas. “Aku tahu kamu nggak bakal sempat bikin kopi sendiri. Nih, pesanan tetapmu—hitam tanpa gula.” Elena menoleh sekilas, sedikit terkejut. “Kamu ingat?” Daniel terkekeh kecil. “Aku asistennya, ingatanku soal detail kayak gini lumayan.” Elena menghela napas panjang, menyeruput kopi panas itu. “Hari ini rasanya padat banget. Tapi, aku lega… setidaknya investor setuju kamu ikut pegang proyek.” Daniel menyender ke meja, menatapnya sebentar. “Aku juga lega kamu nggak sendirian. Aku bakal pastikan kamu nggak jatuh sendirian dalam tekanan kayak gini.” Elena menunduk, bibirnya menahan senyum tipis. “Hm… jangan sok pahlawan.” Suasana terasa hangat, hingga suara langkah heels terdengar mendekat. Alicia masuk dengan wajah sumringah, tangannya memegang setangkai bunga sega

  • Menikah Karena Visa   BAB 161 : Pura-pura Lagi

    Alicia menatap mereka bergantian dengan tatapan curiga, sebelum akhirnya menurunkan bahunya dan tertawa kecil. “Kalian ini… ekspresinya kayak habis ketahuan sesuatu. Padahal kan cuma vacuum cleaner.” Daniel langsung nyengir kaku. “Hehe… iya, memang. Debu kan juga masalah serius.” Elena, dengan wajah memerah, dengan cepat mengalihkan perhatian. “Ponselmu ada di meja, Alicia. Untung ingat kalau ngga, susah kan nelpon Daniel.” Ucap Elena sembari melirik Daniel dengan sindiran kecil. Alicia mengambil ponselnya sambil masih menatap mereka berdua. “Oke, aku pulang beneran.Bersihkan semua debunya dan jangan… berdebu lagi, ya.” Nada suaranya seperti bercanda, tapi matanya sempat menyipit penuh arti sebelum akhirnya benar-benar melangkah keluar. Begitu pintu tertutup, Elena langsung menoleh ke Daniel. “Vacuum cleaner? Serius?” Daniel menepuk jidatnya sendiri. “Ya ampun… Cuman itu yang kepikiran di kepalaku.” Mereka berdua akhirnya tertawa kecil, meski dalam hati tetap merasa deg-de

  • Menikah Karena Visa   BAB 160 : Hampir Ketahuan

    Sesampainya di depan pintu apartemen, Elena dan Daniel saling melirik kaget. Di sana, berdiri Alicia dengan senyum lebar, tangannya penuh kantong makanan. “Oh, kalian baru pulang?” Alicia menyapa ceria. “Kebetulan banget, aku bawain makanan. Aku rasa Daniel mungkin belum makan.” Elena langsung menegakkan tubuh, mencoba menahan ekspresi wajahnya. Ia menoleh cepat ke arah Daniel, lalu bergumam pelan, “Aku masuk duluan aja…” seolah-olah berniat pura-pura pergi ke arah lain. Namun Daniel segera meraih pelan lengannya, menahannya tetap di tempat. “Nggak usah,” katanya singkat, sebelum menoleh pada Alicia dengan senyum ramah. “Kebetulan banget, Alicia. Kalau Elena nggak keberatan, gimana kalau kita makan bareng aja?” Elena menoleh cepat, menatap Daniel dengan sorot tak percaya. Namun Daniel menambahkan, kali ini lebih pelan seperti bisikan yang hanya Elena dengar, “Biar dia nggak curiga.” Elena menghela napas tipis, lalu tersenyum kaku. “Ya… baiklah.” Alicia tampak senang se

  • Menikah Karena Visa   BAB 159 : Kencan Kedua

    Pelukan itu akhirnya mencair jadi keheningan. Elena pura-pura sibuk membetulkan rambutnya, sementara Daniel kembali ke sofa, menyandarkan tubuh sambil menatap langit-langit. Suasana masih kaku, sampai akhirnya Elena berdeham kecil. “Besok… akhir pekan, kan?” tanyanya pelan, padahal jelas-jelas ia tahu. Daniel melirik, sudut bibirnya terangkat. “Iya. Kenapa? Kamu mau aku nemenin Alicia lagi?” godanya. Elena langsung mendengus. “Jangan mulai lagi, Daniel. Aku cuma tanya biasa.” Daniel tertawa kecil, lalu duduk lebih tegak. “Kalau gitu… kita kencan. Anggap aja kencan kedua kita.” Elena terdiam sebentar, jantungnya berdetak lebih cepat. “Kencan kedua?” gumamnya, seperti tak percaya dengan apa yang baru didengar. Daniel mencondongkan tubuh, menatap Elena serius kali ini. “Iya. Besok. Karena…” ia menarik napas, suaranya merendah, “…besok juga hari terakhir kontrak kita.” Elena spontan menoleh penuh, wajahnya campur aduk. “Hari terakhir…?” Daniel mengangguk pelan. “Aku nggak

  • Menikah Karena Visa   BAB 158 : Pelukan Balasan

    Pagi pun tiba. Elena terbangun lebih dulu, membersihkan diri, lalu bersiap dengan setelan kerjanya. Daniel masih duduk di ujung kasur lipat, memainkan ponsel sambil melirik Tango yang belum juga bangun dari efek bius. “Ke kantor?” tanya Daniel ketika Elena keluar dari kamar mandi. Elena mengangguk sambil mengancingkan jas kerjanya. “Iya. Hari ini ada rapat penting. Tapi aku mikir, kamu jangan ikut dulu.” Daniel mengernyit. “Kenapa?” Elena berjalan mendekat, menaruh map di meja. “Tango butuh diawasi. Aku lebih tenang kalau kamu di sini. Aku bisa bilang ke Pak Grant nanti kalau kamu lagi aku tugasin urus data laporan dari apartemen. Jadi bukan alasan aneh-aneh.” Daniel diam sebentar, lalu menatap Elena dengan sorot yang sedikit lebih lembut. “Jadi aku libur dengan izin atasan langsung, gitu maksudnya?” Elena tersenyum samar. “Kurang lebih.” Daniel tertawa kecil. “Kamu ini… masih aja bikin alasannya terdengar resmi.” Elena menghela napas singkat sambil meraih tasnya. “Ya harus. K

  • Menikah Karena Visa   BAB 157 : Tango Seperti Anak

    Suara gesekan hanger terdengar saat Elena menata pakaian di dalam lemari. Gerakannya cepat tapi matanya kosong, pikirannya masih bercampur aduk. Sementara itu, Daniel duduk di sofa dengan laptop terbuka, jemarinya mengetik cepat merangkum beberapa dokumen pekerjaan. Tidak ada kata yang keluar dari mulut mereka sejak masuk ke apartemen tadi. Hening itu pecah ketika suara pelan seperti meong kesakitan terdengar. Tango berjalan terpincang-pincang dari arah balkon, bulu berantakan, dan Elena langsung memalingkan wajah. “Tango?” Elena cepat menghampiri. Matanya melebar begitu melihat ada bercak merah di lantai. “Astaga… Daniel, kakinya berdarah!” Daniel sontak menutup laptop tanpa pikir panjang. “Ya Tuhan… sini, aku lihat.” Ia mendekat, berjongkok di samping Tango, lalu mengangkat pelan tubuh kucing itu. “Kelihatannya kena pecahan sesuatu… ayo cepat kita bawa ke dokter hewan.” Elena panik, mengambil tas kecil dan kunci mobil. Tangannya bergetar saat membuka pintu. “Kita harus seger

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status