Beranda / Romansa / Menikah Karena Visa / BAB 73 : Masa Lalu

Share

BAB 73 : Masa Lalu

Penulis: Kim Hwang Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-31 23:18:45

Suara notifikasi itu terdengar jelas di antara keheningan. Elena ikut melirik ke arah ponsel Daniel yang tergeletak di meja dekat sofa.

Daniel buru-buru membalikkan layarnya, seakan tidak ingin siapa pun melihat isinya.

Tapi Elena sudah menangkapnya.

Wajah Daniel berubah. Tidak seperti sebelumnya. Ada sesuatu yang berbeda dalam sorot matanya—gelisah… takut?

"Itu siapa?" tanya Elena hati-hati, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang.

"Bukan siapa-siapa," jawab Daniel cepat, lalu bangkit dari duduknya.

Elena menyipitkan mata. "Dan kamu pikir aku akan percaya jawaban kayak gitu?"

Daniel tak membalas. Ia mengambil gelas kosong di atas meja dan berjalan ke dapur, pura-pura sibuk.

Elena mengikuti. "Daniel, ada apa sebenarnya? Kamu berubah. Dari tadi malam kamu murung setelah lihat ponsel, dan sekarang juga begitu. Siapa yang kirim pesan itu?"

Daniel menyalakan keran air. Suaranya mengalahkan suara Elena beberapa detik.

"Daniel..." suara Elena melembut, berdiri di sis
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menikah Karena Visa   BAB 76 : Masa Lalu Yang Usai

    Pagi itu, suasana apartemen terasa agak berbeda. Tidak sehangat biasanya. Elena duduk di meja makan, mengaduk kopi dalam diam. Di seberangnya, Daniel menyendok nasi goreng buatannya sendiri, tapi dari tadi hanya disentuh sedikit. Tidak ada obrolan. Hanya bunyi sendok dan detik jam dinding. “Elena...” suara Daniel akhirnya terdengar. Elena menoleh pelan. “Hm?” “Aku minta maaf soal semalam.” Elena menunduk, menahan napas sejenak. “Lupakan saja. Mungkin kamu cuma lagi butuh seseorang buat dengar cerita.” Daniel mengangguk. “Makasih... udah nggak marah.” Elena hanya menjawab dengan senyum tipis. Tapi tetap saja, rasa canggung itu belum sepenuhnya hilang. Setelah sarapan selesai, mereka sama-sama diam saat membereskan piring. Tidak ada kehangatan seperti biasanya. Mereka berangkat bersama seperti biasa, tapi mobil pun terasa sunyi. Bahkan radio pun sengaja dimatikan. Daniel memecah kesunyian setelah sepuluh menit di jalan. “Kamu yakin nggak apa-apa?” “Yakin. Aku cum

  • Menikah Karena Visa   BAB 75 : Kilas Balik

    Elena masih menatap Daniel dengan senyuman kecil, lalu akhirnya membuka suara, suaranya ringan seolah tak bermaksud apa pun. “Dia adalah...” Sebelum Elena melanjutkan, salah satu anggota tim mereka menyela dengan cepat, matanya membulat antusias. “Artis ternama di kota Molgrad, kan? Aku pernah lihat dia di iklan parfum sama satu drama kriminal di TV lokal. Cantik sih, tapi katanya sombong.” Daniel—yang sempat menahan napas—segera menghela napas lega begitu mendengar arah pembicaraan menjauh dari kenyataan yang ia khawatirkan. Ia menyembunyikan keterkejutan di balik tawa kecil yang dipaksakan. “Iya ya, aku juga kayaknya pernah lihat sekilas mukanya,” sahut Daniel dengan nada santai, mencoba ikut arus. Elena hanya mengangguk sambil menatap makanannya. Tapi di balik ekspresi datarnya, pikirannya sibuk menyusun ulang potongan-potongan yang ia lihat dan dengar di parkiran tadi. ‘Isabel... jadi dia bukan sekadar masa lalu biasa ya, Daniel?’ pikirnya dalam hati. Sementara tim

  • Menikah Karena Visa   BAB 74 : Pertemuan Isabel

    Ruang rapat kecil sudah penuh. Tim Elena duduk satu sisi, tim promosi di sisi lain. Daniel duduk di dekat pintu, membawa laptop dan map dokumen. Elena berdiri di depan layar. “Kita targetkan fase desain selesai akhir minggu. Setelah itu, masuk ke pengujian dan materi promosi,” ucap Elena singkat. “Tim promosi tinggal menyesuaikan.” Ketua tim promosi menggangguk. “Kami siap tunggu file final-nya.” Elena melirik Daniel. “Pak Daniel, update layout-nya sudah dikirim?” Daniel bengong sebentar, lalu buru-buru buka laptop. “Oh, iya. Maksud saya... belum. Itu baru draft, file final masih saya perbaiki.” Elena menatapnya tajam. “Lain kali fokus, ini bagian penting.” Daniel diam, angguk pelan. Suasana jadi agak canggung sejenak sebelum rapat dilanjutkan.Ketua tim promosi berdeham pelan, mencoba mencairkan suasana. “Kalau begitu, kami tunggu file finalnya paling lambat besok pagi ya, Pak Daniel.” “Iya, siap,” jawab Daniel cepat, masih menunduk. Elena kembali melihat ke layar.

  • Menikah Karena Visa   BAB 73 : Masa Lalu

    Suara notifikasi itu terdengar jelas di antara keheningan. Elena ikut melirik ke arah ponsel Daniel yang tergeletak di meja dekat sofa. Daniel buru-buru membalikkan layarnya, seakan tidak ingin siapa pun melihat isinya. Tapi Elena sudah menangkapnya. Wajah Daniel berubah. Tidak seperti sebelumnya. Ada sesuatu yang berbeda dalam sorot matanya—gelisah… takut? "Itu siapa?" tanya Elena hati-hati, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang. "Bukan siapa-siapa," jawab Daniel cepat, lalu bangkit dari duduknya. Elena menyipitkan mata. "Dan kamu pikir aku akan percaya jawaban kayak gitu?" Daniel tak membalas. Ia mengambil gelas kosong di atas meja dan berjalan ke dapur, pura-pura sibuk. Elena mengikuti. "Daniel, ada apa sebenarnya? Kamu berubah. Dari tadi malam kamu murung setelah lihat ponsel, dan sekarang juga begitu. Siapa yang kirim pesan itu?" Daniel menyalakan keran air. Suaranya mengalahkan suara Elena beberapa detik. "Daniel..." suara Elena melembut, berdiri di sis

  • Menikah Karena Visa   BAB 72 : Kesabaran Daniel

    Jarum jam menunjukkan pukul dua tepat saat Daniel berdiri dari kursinya, menggenggam map laporan di tangan. Ia melangkah ringan menuju meja kerja Elena. Namun kursi itu kosong. Alisnya mengernyit. “Elena kemana?” gumamnya pelan. Ia menoleh ke arah salah satu anggota tim mereka. “Kamu lihat Bu Elena?” “Oh, barusan masuk ke ruangan Pak Grant,” jawabnya tanpa berpaling dari layar. Daniel menegang sejenak. Rahangnya mengeras. “Oh,” sahutnya pendek. Ia menunduk sebentar, lalu kembali menatap map laporan di tangannya. Awalnya, dia berjalan menuju ruang meeting untuk meletakkannya di meja Elena saja… tapi langkahnya berbelok sendiri, membawanya ke koridor tempat ruangan CEO berada. ‘Bukan urusanku…’ pikirnya sambil mencoba meyakinkan diri. Namun tubuhnya terus melangkah. Begitu sampai di depan pintu ruangan CEO, Daniel mengetuk ringan. Tapi tak menunggu jawaban—hanya mendorong pintu sedikit terbuka. “Permisi, saya mau antar—” Kata-katanya terhenti. Matanya membelalak ke

  • Menikah Karena Visa   BAB 71 : Masa Kelam Datang

    Elena menatapnya tajam, tapi kemudian mendesah pelan. “Aku ngerti, Dan. Tapi kamu harus bisa tahan. Kita nggak kerja di tempat yang bebas konflik, tahu sendiri kan reputasi kantor ini.” Daniel tak langsung menjawab. Suasana di antara mereka hening sesaat, hanya terdengar suara samar mesin AC gedung dan langkah kaki jauh di belakang. “Aku janji,” kata Daniel akhirnya. “Nggak bakal sembarangan lagi. Tapi kalau dia ganggu kamu juga, jangan suruh aku diam.” Elena mengalihkan pandangannya, tak langsung menjawab. Daniel menoleh. “Lena—eh, maksudku, Elena. Kamu tahu kan, aku... cuma nggak suka orang kayak Lukas bersikap semaunya. Apalagi ke kamu.” “Aku bisa jaga diri,” ujar Elena pelan, tapi matanya menatap Daniel dengan lebih lembut. “Tapi… terima kasih.” Daniel tersenyum samar. “Yuk pulang. Aku lapar.” “Padahal tadi kamu udah makan siang dan makan malam bareng aku,” sahut Elena sambil masuk ke dalam mobil. “Tapi makan malam bareng CEO itu penuh tekanan. Aku butuh nasi goren

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status