Home / Romansa / Menikah Karena Visa / BAB 76 : Masa Lalu Yang Usai

Share

BAB 76 : Masa Lalu Yang Usai

Author: Kim Hwang Ra
last update Last Updated: 2025-08-01 23:57:38

Pagi itu, suasana apartemen terasa agak berbeda. Tidak sehangat biasanya.

Elena duduk di meja makan, mengaduk kopi dalam diam. Di seberangnya, Daniel menyendok nasi goreng buatannya sendiri, tapi dari tadi hanya disentuh sedikit.

Tidak ada obrolan. Hanya bunyi sendok dan detik jam dinding.

“Elena...” suara Daniel akhirnya terdengar.

Elena menoleh pelan. “Hm?”

“Aku minta maaf soal semalam.”

Elena menunduk, menahan napas sejenak. “Lupakan saja. Mungkin kamu cuma lagi butuh seseorang buat dengar cerita.”

Daniel mengangguk. “Makasih... udah nggak marah.”

Elena hanya menjawab dengan senyum tipis. Tapi tetap saja, rasa canggung itu belum sepenuhnya hilang.

Setelah sarapan selesai, mereka sama-sama diam saat membereskan piring. Tidak ada kehangatan seperti biasanya.

Mereka berangkat bersama seperti biasa, tapi mobil pun terasa sunyi. Bahkan radio pun sengaja dimatikan.

Daniel memecah kesunyian setelah sepuluh menit di jalan. “Kamu yakin nggak apa-apa?”

“Yakin. Aku cum
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menikah Karena Visa   BAB 78 : Nenek Rose Rindu

    Setelah beberapa menit, Elena menata ayam goreng yang sudah matang di atas piring saji. Warnanya keemasan, garing di luar dan menguar aroma rempah yang menggoda. Ia menambahkan semangkuk kecil sambal dan sepiring nasi hangat di meja makan. Daniel yang sedari tadi duduk santai di sofa langsung bangkit begitu melihat Elena memanggil. “Makan dulu sebelum kamu mulai ngeluh lapar,” ujar Elena sambil menarik kursinya. Daniel duduk di seberangnya, mengambil nasi dengan cepat. Begitu ia menyentuh sepotong ayam goreng pertama, matanya langsung membelalak setelah menggigitnya. “Elena…” katanya perlahan, masih sambil mengunyah. “Ini…” Elena menahan senyum. “Kenapa? Nggak enak?” Daniel menggeleng cepat. “Justru enak banget! Kamu serius bikin ini sendiri?” Elena mengangkat bahu santai. “Ya siapa lagi. Kucing?” Daniel tertawa, lalu dengan semangat menyambar potongan ayam lainnya. “Kalau tahu kamu bisa masak begini, harusnya dari awal aku minta ayam goreng aja tiap hari.” “Eh, eh—j

  • Menikah Karena Visa   BAB 77 : Cinta yang Tersembunyi

    Elena melangkah pelan menuju mejanya, beberapa berkas di tangan dan pikirannya masih sibuk dengan pertemuan barusan bersama CEO. Saat tiba di mejanya, langkahnya terhenti sejenak. Di atas meja, tergeletak kantong belanja berisi pakaian. Elena menatapnya dalam diam, lalu menariknya pelan dan membuka isinya. Blus lembut warna pastel dan rok hitam. Ukurannya... pas. Gayanya... mirip pilihannya sendiri. Elena menoleh refleks ke seberang—ke meja kerja Daniel. Tapi pria itu hanya duduk menatap layar laptopnya. Tak menoleh, tak bicara, seolah kehadirannya tak penting. Elena diam sesaat, lalu mengambil ponsel dan mengetik pesan singkat: Elena: Bisa bicara sebentar di ruang kopi? Daniel membaca pesannya beberapa menit kemudian, lalu berdiri dan berjalan ke arah yang ditentukan. Di ruang kopi yang sepi, hanya ada suara mesin kopi dan denting sendok dari cangkir yang ditinggalkan. Elena berdiri sambil menyilangkan tangan di depan dada. Tatapannya tajam tapi tak sengaja menahan s

  • Menikah Karena Visa   BAB 76 : Masa Lalu Yang Usai

    Pagi itu, suasana apartemen terasa agak berbeda. Tidak sehangat biasanya. Elena duduk di meja makan, mengaduk kopi dalam diam. Di seberangnya, Daniel menyendok nasi goreng buatannya sendiri, tapi dari tadi hanya disentuh sedikit. Tidak ada obrolan. Hanya bunyi sendok dan detik jam dinding. “Elena...” suara Daniel akhirnya terdengar. Elena menoleh pelan. “Hm?” “Aku minta maaf soal semalam.” Elena menunduk, menahan napas sejenak. “Lupakan saja. Mungkin kamu cuma lagi butuh seseorang buat dengar cerita.” Daniel mengangguk. “Makasih... udah nggak marah.” Elena hanya menjawab dengan senyum tipis. Tapi tetap saja, rasa canggung itu belum sepenuhnya hilang. Setelah sarapan selesai, mereka sama-sama diam saat membereskan piring. Tidak ada kehangatan seperti biasanya. Mereka berangkat bersama seperti biasa, tapi mobil pun terasa sunyi. Bahkan radio pun sengaja dimatikan. Daniel memecah kesunyian setelah sepuluh menit di jalan. “Kamu yakin nggak apa-apa?” “Yakin. Aku cum

  • Menikah Karena Visa   BAB 75 : Kilas Balik

    Elena masih menatap Daniel dengan senyuman kecil, lalu akhirnya membuka suara, suaranya ringan seolah tak bermaksud apa pun. “Dia adalah...” Sebelum Elena melanjutkan, salah satu anggota tim mereka menyela dengan cepat, matanya membulat antusias. “Artis ternama di kota Molgrad, kan? Aku pernah lihat dia di iklan parfum sama satu drama kriminal di TV lokal. Cantik sih, tapi katanya sombong.” Daniel—yang sempat menahan napas—segera menghela napas lega begitu mendengar arah pembicaraan menjauh dari kenyataan yang ia khawatirkan. Ia menyembunyikan keterkejutan di balik tawa kecil yang dipaksakan. “Iya ya, aku juga kayaknya pernah lihat sekilas mukanya,” sahut Daniel dengan nada santai, mencoba ikut arus. Elena hanya mengangguk sambil menatap makanannya. Tapi di balik ekspresi datarnya, pikirannya sibuk menyusun ulang potongan-potongan yang ia lihat dan dengar di parkiran tadi. ‘Isabel... jadi dia bukan sekadar masa lalu biasa ya, Daniel?’ pikirnya dalam hati. Sementara tim

  • Menikah Karena Visa   BAB 74 : Pertemuan Isabel

    Ruang rapat kecil sudah penuh. Tim Elena duduk satu sisi, tim promosi di sisi lain. Daniel duduk di dekat pintu, membawa laptop dan map dokumen. Elena berdiri di depan layar. “Kita targetkan fase desain selesai akhir minggu. Setelah itu, masuk ke pengujian dan materi promosi,” ucap Elena singkat. “Tim promosi tinggal menyesuaikan.” Ketua tim promosi menggangguk. “Kami siap tunggu file final-nya.” Elena melirik Daniel. “Pak Daniel, update layout-nya sudah dikirim?” Daniel bengong sebentar, lalu buru-buru buka laptop. “Oh, iya. Maksud saya... belum. Itu baru draft, file final masih saya perbaiki.” Elena menatapnya tajam. “Lain kali fokus, ini bagian penting.” Daniel diam, angguk pelan. Suasana jadi agak canggung sejenak sebelum rapat dilanjutkan.Ketua tim promosi berdeham pelan, mencoba mencairkan suasana. “Kalau begitu, kami tunggu file finalnya paling lambat besok pagi ya, Pak Daniel.” “Iya, siap,” jawab Daniel cepat, masih menunduk. Elena kembali melihat ke layar.

  • Menikah Karena Visa   BAB 73 : Masa Lalu

    Suara notifikasi itu terdengar jelas di antara keheningan. Elena ikut melirik ke arah ponsel Daniel yang tergeletak di meja dekat sofa. Daniel buru-buru membalikkan layarnya, seakan tidak ingin siapa pun melihat isinya. Tapi Elena sudah menangkapnya. Wajah Daniel berubah. Tidak seperti sebelumnya. Ada sesuatu yang berbeda dalam sorot matanya—gelisah… takut? "Itu siapa?" tanya Elena hati-hati, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang. "Bukan siapa-siapa," jawab Daniel cepat, lalu bangkit dari duduknya. Elena menyipitkan mata. "Dan kamu pikir aku akan percaya jawaban kayak gitu?" Daniel tak membalas. Ia mengambil gelas kosong di atas meja dan berjalan ke dapur, pura-pura sibuk. Elena mengikuti. "Daniel, ada apa sebenarnya? Kamu berubah. Dari tadi malam kamu murung setelah lihat ponsel, dan sekarang juga begitu. Siapa yang kirim pesan itu?" Daniel menyalakan keran air. Suaranya mengalahkan suara Elena beberapa detik. "Daniel..." suara Elena melembut, berdiri di sis

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status