Home / Romansa / Menikah Kontrak Dengan Mantan Suami / Bukan Pertemuan yang Diinginkan

Share

Bukan Pertemuan yang Diinginkan

Author: Young Lady
last update Last Updated: 2023-11-15 19:05:06

“Apa?! Leukemia?” lirih Melody yang spontan melirik nanar ke arah Nathan—putra kecilnya yang sedang terlelap di atas ranjang rumah sakit.

Melody tak menyangka jika sakit yang diderita oleh putranya akan separah ini. Rasa bersalah yang amat pekat menyelubungi dadanya. Jika saja dirinya tidak sibuk bekerja, mungkin saja kesehatan Nathan dapat terkontrol dengan baik.

Nathaniel, putranya yang baru berusia 5 tahun harus mengalami cobaan yang begitu berat. Bocah itu mengidap penyakit yang sama dengan yang diderita oleh ibu Melody dulu. Penyakit yang akhirnya merenggut sang ibu dari sisinya.

“Betul, Bu. Sayangnya, peralatan di rumah sakit ini kurang memadai dan khawatirnya akan menghambat pengobatan Nathan. Saya menyarankan agar Nathan diobati di Jakarta, agar bisa mendapatkan perawatan maksimal. Semua keputusan ada di tangan Ibu,” sahut dokter spesialis anak itu.

“Kalau Bu Melody setuju, saya akan membuatkan surat rujukan secepatnya. Saya juga memiliki beberapa rekomendasi yang bisa Ibu pilih.” Sang dokter kembali menambahkan.

“Saya akan mempertimbangkan saran Dokter. Terima kasih banyak, Dok. Saya akan memberitahu keputusan saya secepatnya,” sahut Melody setelah cukup lama terdiam.

“Kalau begitu saya permisi dulu. Panggil saya jika terjadi sesuatu. Nathan sudah boleh pulang sore ini. Tapi, Nathan tetap harus banyak beristirahat, jangan sampai terlalu lelah,” pamit dokter itu seraya melenggang keluar dari ruangan tersebut.

Melody bergerak mendekati brankar yang ditempati putra semata wayangnya. Satu-satunya sumber penyemangatan dan alasannya bertahan sampai detik ini. Hatinya berdenyut nyeri mengetahui penyakit parah yang menyerang putranya.

Melody menangis tanpa suara sembari membelai rambut hitam legam Nathan. Bocah tampan itu terlihat begitu pucat dan kuyu. Seharusnya sejak awal ia langsung memeriksakan Nathan ke rumah sakit, bukan klinik biasa hanya karena takut keberadaan putranya diketahui seseorang.

“Maafkan Mommy, Sayang. Mommy tidak memiliki banyak waktu untukmu selama ini. Kamu harus sembuh, kamu satu-satunya harapan Mommy,” bisik Melody dengan suara parau.

Dering nyaring yang berasal dari ponselnya membuat Melody sontak menegakkan tubuhnya. Melihat nama atasannya tertera di layar ponselnya, ia pun segera beranjak dari ruangan itu.

Melody berdeham pelan sebelum mengangkat telepon dari sang atasan. Ia tak ingin suaranya yang parau terdengar dari sana. “Selamat siang, Bu. Saya minta maaf karena tidak bisa menghadiri meeting hari ini dan belum sempat mengabari sebelumnya. Sekarang saya masih menemani anak saya di rumah sakit.”

Ketika melihat nama atasannya barusan, Melody baru ingat kalau seharusnya siang ini dirinya menghadiri meeting bersama para direksi. Namun, jelas saja ia tidak mungkin hadir di sana karena Nathan juga membutuhkan keberadaannya.

[“Tidak apa-apa, Melody. Lagipula meetingnya diundur besok. Semoga anakmu lekas pulih. Saya ingin menanyakan kesediaan kamu untuk dimutasi ke Jakarta, seperti yang pernah kita bahas sebelumnya. Bagaimana? Apa kamu setuju?”]

Melody terdiam selama beberapa saat, menimbang-nimbang keputusan yang harus dirinya ambil. Sekarang ia sedang membutuhkan banyak biaya untuk pengobatan Nathan. Sepertinya ini adalah jalan terbaik, meski itu artinya dirinya harus siap menerima segala konsekuensi atas keputusannya.

“Saya setuju, Bu. Tapi, sebelum itu, apa boleh saya mengurus keperluan anak saya dulu? Saya berjanji akan menyelesaikan masalah pribadi saya secepatnya,” jawab Melody pada akhirnya.

[“Tentu. Silakan selesaikan urusan pribadimu dulu, setelah itu kabari saya lagi.”]

Melody menatap layar ponselnya yang sudah berubah hitam dengan tatapan campur aduk. Meskipun keputusan ini cukup berat untuknya, tetapi ia memang harus mengambil keputusan ini.

***

Setelah kepulangan Nathan dari rumah sakit, Melody langsung mengurus kepindahannya juga sang putra. Ia pun menyetujui rekomendasi dokter untuk pengobatan putranya di ibukota. Kota yang sama dengan tempat kerjanya yang baru.

Hanya dua hari saja yang Melody perlukan untuk membereskan semuanya. Wanita itu khawatir penyakit yang diderita putranya kambuh lagi sebelum mereka sampai di sana dan memilih bergerak cepat.

Sudah terhitung seminggu berlalu sejak Melody dan Nathan resmi pindah ke Jakarta. Selama itu pula, Melody disibukkan dengan berbagai kegiatan di kantor barunya sekaligus merawat Nathan yang sebenarnya masih dalam masa pemulihan.

Dan hari ini, tepat di weekend pertama mereka di Jakarta, Melody langsung mengajak Nathan jalan-jalan di salah satu mall yang dekat dengan apartemen mereka. Sebagai apresiasi karena selama beberapa hari ke belakang, putranya benar-benar patuh dalam masa pemulihan.

“Mommy, apa aku boleh bermain di sana? Sebentar saja,” pinta Nathan sembari mengguncang lengan Melody. Bocah itu menunjuk tempat bermain anak-anak yang berada di seberang restoran yang mereka datangi.

Melody mengusap rambut Nathan yang duduk di sampingnya penuh kasih sayang. Ia tetap memasang senyum meski hatinya terasa perih melihat sang putra yang masih sangat pucat. “Untuk sekarang jangan dulu ya, Sayang? Kalau Nathan sudah benar-benar pulih, Nathan boleh bermain sepuasnya. Ingat apa yang Dokter katakan, Nathan tidak boleh kelelahan.”

“Baiklah, Mom,” balas Nathan lesu. Bocah tampan itu kembali melahap makanannya dengan wajah tertekuk.

“Hei, Boy! Jangan cemberut begitu. Bermain bersama teman-teman bisa ditunda besok-besok. Bagaimana kalau besok kita bermain lagi? Daddy akan membawakan playstation yang Nathan inginkan,” sahut lelaki bernama David yang menempati kursi di sisi kanan Nathan.

“Benarkah, Daddy?” Nathan yang semula tertunduk lesu langsung mengangkat kepalanya dengan tatapan berbinar.

“Tentu. Asalkan sekarang kamu harus menghabiskan makananmu,” timpal David dengan senyum lebar.

Melody menatap interaksi keduanya dengan senyum tipis. David selalu bisa menangani Nathan, bahkan lebih baik darinya. Selama ini, lelaki itu juga yang selalu sigap membantunya dalam hal apa pun. Entah sudah berapa banyak utang budinya pada lelaki itu.

Melody berdeham pelan. “Emm … sepertinya Mommy harus ke toilet sebentar. Nathan tunggu di sini dan jangan nakal, oke?”

Nathan mengangguk singkat dan mengacungkan kedua jempolnya. Melody mengecup kening bocah tampan itu sebelum beranjak pergi. Sekaligus berpamitan pada David lewat sorot matanya.

Tepat ketika memasuki toilet, ponsel Melody berdering. Karena tidak memperhatikan langkahnya, tak sengaja wanita itu menabrak seseorang yang baru keluar dari sana hingga ponselnya terpenta ke lantai.

“Maafkan aku, aku tidak sengaja,” ucap Melody sembari mengambil ponselnya yang sedikit retak, namun masih bisa menyala.

“Tidak apa-apa. Apa ponselmu baik-baik saj—eh, Melody? Ternyata kamu di sini juga?” tutur wanita bernama Rosetta itu.

Melody spontan mengangkat kepala dan alangkah terkejutnya ia ketika mendapati atasan barunya di kantor. “Ponsel saya baik-baik saja, Bu. Kebetulan saya sedang makan siang di dekat ini. Maaf, saya tidak sengaja menabrak Bu Rose.”

“Ya ampun, tidak apa-apa, Melody. Aku—”

“Kenapa lama sekali, aku harus menghadiri meeting penting setelah ini,” interupsi seorang lelaki yang dengan berani menerobos masuk ke toilet ini.

Suara bariton yang familiar itu membuat Melody menegang. Tanpa berani melihat siapa yang datang, wanita itu malah sengaja menundukkan kepala. Dalam hati ia berharap semoga orang yang datang ini bukanlah seseorang yang dirinya hindari mati-matian.

“Maaf, Sayang. Tunggu sebentar, Melody. Aku ingin mengenalkanmu dengan tunanganku. Dan Sayang, ini Melody, rekan kerjaku yang baru di kantor. Dia sangat cekatan dan cerdas,” beber Rosetta yang membuat Melody terpaksa mendongak.

Manik kecokelatan Melody langsung bertubrukan dengan sorot tajam milik lelaki yang kini berdiri di samping Rosetta. Khaysan Hutomo, mantan suaminya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikah Kontrak Dengan Mantan Suami   124

    “Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu bisa ada di sini? Siapa yang memberitahumu?” tanya Melody yang menatap David dengan sorot tak percaya. Melody merasa tak pernah memberitahu lokasinya pada David. Sebab, Khaysan pasti semakin kesal jika ia sampai berani memberitahu David di mana lokasi mereka. Tidak mungkin lelaki itu tiba-tiba mengetahui di mana keberadaannya. “Melody, bisakah kamu membantuku agar boleh masuk? Anak buah suamimu ini sangat menyebalkan!” gerutu David yang sedang berusaha melepaskan diri dari kedua anak buah suaminya yang menghadangnya. “Nathan yang memberitahuku tempatnya berada. Kebetulan aku ada waktu luang, jadi aku menyempatkan datang.”Melody semakin terkejut dan panik. Setelah memberikan ponselnya pada Nathan, ia tidak terlalu mendengarkan apa saja obrolan putranya dengan David. Dirinya tidak menyadari kapan Nathan memberitahu lokasi mereka dan kapan David menjanjikan akan datang kemari. Kemarin Melody membiarkan Nathan yang mematikan telepon tersebut. Seanda

  • Menikah Kontrak Dengan Mantan Suami   123

    Mata Melody terasa panas melihat pemandangan yang tersaji tepat di depan matanya. Kejadian beberapa bulan lalu kembali terulang. Di mana Lusy dengan begitu percaya dirinya langsung memeluk Khaysan tanpa basa-basi di depannya. Saat itu mungkin Lusy memang belum mengetahui jika dirinya adalah istri Khaysan. Akan tetapi, sekarang berbeda. Jelas-jelas wanita itu tahu dan baru saja melewati Melody yang membukakan pintu. Menyebabkan Melody agak meneysak telah membukakan pintu. Padahal seharusnya tidak perlu. Melody berdeham agak keras, sengaja ingin mengalihkan atensi Lusy yang masih menempeli suaminya. Ia tahu suaminya juga risih dengan pelukan mendadak itu, tetapi Lusy tak akan mengerti jika tidak diberi ultimatum secara langsung. Melody tak akan bertindak bodoh dengan meninggalkan mereka berduaan seperti tempo hari. Tungkai jenjang Melody bergerak mendekati ranjang suaminya. Tanpa basa-basi, ia langsung menarik paksa Lusy dari sisi suaminya. “Maaf sekali, tapi suamiku sedang sakit, ja

  • Menikah Kontrak Dengan Mantan Suami   122

    “Eh, bagaimana, Sayang?” Melody berbalik bertanya, takut salah dengar. Sebenarnya Melody sudah mendengar dengan jelas tentang permintaan Nathan barusan. Akan tetapi, ia tidak bisa serta merta mengikuti keinginan sang putra. Jika Nathan meminta seperti ini di tahun-tahun sebelumnya, ia pasti langsung menuruti. Sedangkan sekarang ada Khaysan yang terang-terangan tidak menyukai apa pun yang berhubungan dengan David. Sudah lama sekali Nathan tidak menanyakan tentang David. Apalagi berkomunikasi secara langsung. Namun, hanya berselang beberapa jam setelah bocah itu sadarkan diri dari tidur panjangnya, permintaan pertamanya malah seperti ini. Sepertinya Nathan sangat merindukan David karena biasanya anaknya selalu bergantung pada lelaki itu. “Nathan boleh video call sama Uncle Dave sebentar saja? Biasanya Uncle Dave yang video call duluan, tapi sekarang sudah tidak pernah lagi. Apa Uncle Dave sangat sibuk?” Nathan kembali mengulang permintaannya dengan ekspresi agak cemberut seolah kesal

  • Menikah Kontrak Dengan Mantan Suami   121

    Mata Melody terasa panas melihat pemandangan yang tersaji tepat di depan matanya. Kejadian beberapa bulan lalu kembali terulang. Di mana Lusy dengan begitu percaya dirinya langsung memeluk Khaysan tanpa basa-basi di depannya. Saat itu mungkin Lusy memang belum mengetahui jika dirinya adalah istri Khaysan. Akan tetapi, sekarang berbeda. Jelas-jelas wanita itu tahu dan baru saja melewati Melody yang membukakan pintu. Menyebabkan Melody agak meneysak telah membukakan pintu. Padahal seharusnya tidak perlu. Melody berdeham agak keras, sengaja ingin mengalihkan atensi Lusy yang masih menempeli suaminya. Ia tahu suaminya juga risih dengan pelukan mendadak itu, tetapi Lusy tak akan mengerti jika tidak diberi ultimatum secara langsung. Melody tak akan bertindak bodoh dengan meninggalkan mereka berduaan seperti tempo hari. Tungkai jenjang Melody bergerak mendekati ranjang suaminya. Tanpa basa-basi, ia langsung menarik paksa Lusy dari sisi suaminya. “Maaf sekali, tapi suamiku sedang sakit, ja

  • Menikah Kontrak Dengan Mantan Suami   120

    Meja makan yang tadinya dilingkupi oleh suasana hangat itu berubah menjadi penuh dengan kepanikan. Apalagi ketika Nathan nyaris terjatuh dari kursi karena pingsan. Untung saja Khaysan yang juga duduk bersebelahan dengan sang putra dengan sigap mengangkat bocah itu ke gendongannya. “Kita ke rumah sakit sekarang!” seru Melody panik. Mereka bergegas keluar rumah dan langsung kembali memasuki mobil yang tadi mereka tumpangi saat pulang dari rumah sakit. Kali ini Bagas lah yang mengemudi sementara Melody dan Khaysan duduk di belakang menemani Nathan yang sudah tidak sadarkan diri. Melody dan Khaysan terus berusaha membangunkan sang putra. Akan tetapi, tak ada respon sama sekali dari bocah itu. Semuanya semakin panik, apalagi mulut Nathan juga tidak berhenti mengeluarkan darah. Khaysan juga terus meminta papanya mengendarai mobil lebih cepat. Begitu sampai di rumah sakit, Khaysan langsung turun dari mobil dan melangkah cepat memasuki area rumah sakit dan berseru meminta tolong pada pet

  • Menikah Kontrak Dengan Mantan Suami   119

    Meja makan yang tadinya dilingkupi oleh suasana hangat itu berubah menjadi penuh dengan kepanikan. Apalagi ketika Nathan nyaris terjatuh dari kursi karena pingsan. Untung saja Khaysan yang juga duduk bersebelahan dengan sang putra dengan sigap mengangkat bocah itu ke gendongannya. “Kita ke rumah sakit sekarang!” seru Melody panik. Mereka bergegas keluar rumah dan langsung kembali memasuki mobil yang tadi mereka tumpangi saat pulang dari rumah sakit. Kali ini Bagas lah yang mengemudi sementara Melody dan Khaysan duduk di belakang menemani Nathan yang sudah tidak sadarkan diri. Melody dan Khaysan terus berusaha membangunkan sang putra. Akan tetapi, tak ada respon sama sekali dari bocah itu. Semuanya semakin panik, apalagi mulut Nathan juga tidak berhenti mengeluarkan darah. Khaysan juga terus meminta papanya mengendarai mobil lebih cepat. Begitu sampai di rumah sakit, Khaysan langsung turun dari mobil dan melangkah cepat memasuki area rumah sakit dan berseru meminta tolong pada pet

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status