Share

Kembalikan Anakku!

“Kamu pasti mengenal Khaysan Hutomo, ‘kan? Sebulan yang lalu kami bertunangan dan rencananya 3 bulan lagi kami akan menikah. Aku harap kamu akan datang.” Rosetta kembali membuka suara tanpa menyadari perubahan yang signifikan dari ekspresi Melody dan Khaysan.

Setelah keterkejutannya berkurang, Melody berusaha kembali memasang senyum di wajahnya. “Tentu saja, saya akan datang, Bu. Selamat atas pertunangannya dan semoga persiapan pernikahan kalian berjalan lancar.”

Tentu saja Melody tidak akan sudi mendatangi acara pernikahan itu. Bukan karena dirinya belum bisa melupakan masa lalu. Namun, ia tidak mau membuang waktunya yang berharga hanya untuk mendatangi pesta pernikahan mantan suaminya sendiri.

Sejak Melody memutuskan pergi waktu itu, ia tidak pernah lagi mengetahui bagaimana kabar Khaysan. Lebih tepatnya memang sengaja menutup akses dari informasi apa pun yang berkaitan dengan lelaki itu.

Nyatanya, Khaysan memang baik-baik saja selama ini. Bahkan, sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan dengan atasan Melody sendiri. Dan dirinya pun sudah bahagia dengan putra semata wayangnya.

Melody tak ingin bertemu dengan Khaysan lagi. Akan tetapi, takdir seakan mempermainkan dirinya. Dari sekian banyak wanita yang ada di dunia ini, ia tidak menyangka lelaki itu malah memiliki hubungan spesial dengan atasannya sendiri.

“Terima kasih. Sebenarnya aku masih ingin membicarakan banyak hal denganmu. Sayang sekali tunanganku harus menghadiri meeting penting setelah ini. Kita lanjutkan di kantor saja nanti, sampai jumpa,” pamit Rosetta seraya melenggang pergi bersama Khaysan.

Melody hanya tersenyum tipis dan mengangguk saja sebagai jawaban. Akan tetapi, manik matanya masih menatap titik yang sama. Ke arah Khaysan dan Rosetta yang bergandengan mesra. Kakinya pun seakan enggan beranjak dari sana.

Tiba-tiba Khaysan kembali menoleh ke belakang, menatap Melody yang masih bergeming. Saat itu pula, Melody spontan mengalihkan pandangan dan bergegas memasuki salah satu bilik toilet yang kosong.

Melody lebih banyak melamun selepas kembali dari toilet dan hal itu berhasil mencuri perhatian Nathan. Bocah tampan itu langsung turun dari tempat duduknya dan menghampiri sang ibu yang melangkah sangat pelan.

“Kenapa Mommy terlihat sedih? Apa ada yang menyakiti di dalam toilet? Katakan padaku siapa menyakiti Mommy, aku akan memberi pelajaran padanya sampai dia meminta maaf pada Mommy!” seru Nathan menggebu-gebu.

Melody tersentak dari lamunannya dan segera mengubah ekspresinya. “Tidak ada yang menyakiti Mommy, Sayang. Nathan sudah selesai makan? Bagaimana kalau kita langsung pulang sekarang?”

“Oke, Mommy! Aku juga sudah punya banyak mainan baru. Kita jalan-jalan lagi kapan-kapan!” sahut Nathan yang langsung memimpin langkah sembari membawa kantong berisi mainan pemberian David.

“Apa kamu benar-benar baik-baik saja?” tanya David setengah berbisik pada Melody yang berjalan di sampingnya.

“Te-tentu saja. Memangnya aku terlihat tidak baik-baik saja?” balas Melody dengan senyum kaku. Wanita itu berdeham pelan seraya kembali melanjutkan kalimatnya. “Aku hanya memikirkan kesehatan Nathan.”

Melody tak mungkin menceritakan apa yang terjadi di toilet tadi pada David. Lagipula itu tidak ada gunanya juga. Hubungannya dengan Khaysan hanyalah bagian dari masa lalunya. Dan sekarang dirinya harus fokus dengan pengobatan Nathan.

“Jangan terlalu memikirkannya. Kamu harus yakin kalau dia akan sembuh,” jawab David penuh keyakinan. “Aku melihat Khaysan bersama seorang wanita di depan restoran tempat kita makan tadi. Apa kamu bertemu dengannya?”

Melody langsung menegang mendengar pertanyaan David. Namun, di detik berikutnya ia langsung menetralkan ekspresinya. “Oh ya? Aku baru tahu kalau dia ada di sini juga. Sudahlah, jangan membahasnya. Aku tidak mau Nathan mendengar tentangnya.”

David mengangguk sekilas seraya berkata, “Bagus kalau kamu tidak bertemu dengannya.”

***

Melody menutup pintu mobilnya seraya menggandeng tangan mungil Nathan. Keduanya melangkah bersama memasuki sebuah tempat penitipan anak yang letaknya cukup dekat dengan kantor baru Melody. Sejak mereka pindah kemari, wanita itu selalu menitipkan putranya di sini.

Melody sudah mencoba mencari pengasuh untuk Nathan melalui yayasan-yayasan terpercaya. Akan tetapi, hingga saat ini menurutnya belum ada yang cocok. Sedangkan pengasuh putranya sebelumnya tidak bisa ikut pindah karena urusan keluarga. Alhasil, Melody terpaksa menitipkan Nathan di sini setiap akan berangkat ke kantor.

Begitu sampai di depan pintu tempat penitipan anak itu, Melody langsung berjongkok di depan putranya. “Mommy ke kantor dulu, Sayang. Nathan jangan nakal, apalagi sampai bertengkar dengan teman-teman di sini, oke? Makanan bekalnya juga jangan lupa dimakan.”

“Siap, Mom! Aku pasti menghabiskan semuanya! Mommy juga jangan lupa makan ya!” Nathan menyalami Melody dan mengecup pipi kanan mommy-nya sebelum berlari memasuki ruangan yang telah diisi oleh teman-teman barunya.

Sebelum beranjak pergi, Melody masih terus menatap Nathan yang sedang berinteraksi akrab dengan anak-anak lainnya. Walaupun baru seminggu bergabung di sini, bocah itu dapat beradaptasi dengan cepat.

Rasanya sangat berat bagi Melody meninggalkan Nathan di sini. Ia ingin memiliki waktu penuh untuk mencurahkan kasih sayangnya pada bocah itu. Namun di sisi lain, dirinya masih harus berjuang untuk membiayai pengobatan sang putra.

Setelah puas memandangi Nathan dari kejauhan, Melody memutuskan segera bertolak ke kantor. Hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit saja hingga mobil yang dikendarainya berhenti sempurna di basement kantor yang tersedia.

Melody langsung memasuki lift dan bertolak ke lantai 4 gedung ini, di mana ruang kerjanya berada. Tepat ketika hendak menutup pintu ruangannya, tiba-tiba ada orang yang mendorong tubuhnya ke tembok.

“Apa yang kamu lakukan di ruanganku?!” pekik Melody spontan dengan manik mata terbelalak. “Keluar!”

Melody berusaha memberontak, namun dengan sigap Khaysan—mantan suaminya itu menahan semua pergerakannya. Ia sampai kesulitan bergerak dan mau tidak mau harus pasrah dalam kukungan lelaki itu.

Melody nyaris melupakan fakta jika saat ini Khaysan telah bertunangan dengan atasannya sendiri. Dan sudah jelas, lelaki itu pasti bisa mendapatkan informasi tentang dirinya dengan mudah.

“Apa kamu sudah gila?! Keluar dari ruanganku sekarang juga!” usir Melody penuh penekanan. “Kita sudah tidak memiliki urusan apa pun lagi! Jangan ganggu aku!”

Jika sampai ada orang yang melihat Khaysan di ruangannya, habislah dia. Orang-orang pasti sudah mengetahui tentang pertunangan lelaki ini dengan Rosetta. Melody tidak peduli dengan Khaysan, namun sudah pasti dirinya juga menjadi gunjingan.

Baru beberapa hari Melody dipindah tugaskan kemari dan tentu saja wanita itu tidak ingin membuat masalah. Apalagi hanya karena lelaki yang pernah membuatnya terpuruk cukup lama.

“Jangan bersuara terlalu keras. Kalau ada yang mendengar suaramu, mereka akan curiga,” sahut Khaysan seraya menutup mulut Melody dengan telapak tangannya. “

Tak berselang lama, terdengar suara langkah kaki beberapa orang yang diiringi oleh senda gurau. Hal itu membuat Melody terpaksa berhenti memberontak, karena tak ingin suaranya terdengar keluar dan memicu masalah baru.

Tubuh Melody menegang ketika merasakan embusan napas hangat Khaysan yang menerpa tengkuknya. Ia berusaha mendorong lelaki yang menghimpitnya ini, namun tenaganya tidak sebanding dengan tenaga lelaki itu.

Bisa-bisanya Khaysan malah mencari kesempatan dalam keadaan seperti ini. Wajah Melody berubah merah padam. Wanita itu nyaris mengerang ketika mantan suaminya mulai menempelkan bibir di tengkuknya.

“Reaksi tubuhmu masih sama seperti dulu,” bisik Khaysan tepat di samping telinga Melody.

Melody tidak menjawab, namun begitu suara orang-orang di luar sana tak terdengar lagi, ia langsung menendang tulang kering Khaysan sekuat tenaga. Dan … berhasil! Lelaki itu mengerang kesakitan sembari menyentuh kakinya yang berdenyut nyeri.

Kesempatan tersebut segera Melody manfaatkan untuk melepaskan diri. “Cepat pergi dari ruanganku!”

“Kembalikan anakku.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status