Hari itu kafe Katy tampak cukup ramai. Ketika Beverley tiba di sana, para pengunjung dan pegawai kafe langsung menoleh ke arahnya. Penampilannya saat ini terlalu mencolok dan itu membuatnya sulit untuk diabaikan.
“Oh, astaga!” Katy yang awalnya sedang merekap data-data keungan langsung berlari mendekati Beverley. Ekspresinya tampak terkejut dan khawatir. “Sayang, apa yang terjadi padamu?!”
Beverley menggeleng dengan lemas sebelum akhirnya duduk di kursi yang cukup jauh dari para pengunjung kafe. Keringat sudah membasahi tubuhnya. Dia merasa lelah dan haus setelah berjalan begitu jauh.
“Tolong beri aku air dingin,” pintanya pada Katy. Dia melepaskan veil putih dari kepalanya dan beberapa aksesori rambut lainnya.
Tanpa banyak bertanya Katy segera memerintahkan pegawai kafenya untuk mengambilkan air dingin untuk Beverley. Beberapa saat kemudian sebotol air dingin sudah diletakkan di atas meja.
Beverley segera menenggak air minum itu. Akhirnya rasa hausnya berhasil dipuaskan. Dia menghela napas panjang. “Kau tahu, ini benar-benar konyol.
Katy menatap Beverley dengan bingung. “Bagaimana kau bisa ada di sini? Bagaimana dengan pernikahanmu? Apa kau melarikan diri?”
“Bagaimana mungkin aku bisa melarikan diri?” Beverley tersenyum kecut lalu mendengkus. “Aku sudah menikah. Dan apa kau tahu? Oh, sial! Pria itu benar-benar ... brengsek!”
“Ada apa dengan pria itu? Mungkinkah kau pernah bertemu dengannya? Aku melihat di internet, dia sangat tampan.” Kemudian Katy berbisik, “Benarkah dia seorang gay?”
Beverley mendengkus. “Sama sekali bukan. Dia adalah pria mesum cabul yang tidak bermoral.” Dia menghela napas panjang lagi lalu menunduk mengamati gaunnya. “Lupakan tentang itu semua. Aku perlu mengganti pakaianku. Ini sangat tidak nyaman.”
Katy memerhatikan gaun pengantin yang dipakai Beverley. Itu adalah gaun yang mewah. Harganya pasti mahal. Namun, Beverley menggunakan itu tanpa berhati-hati. Ada beberapa goresan di ujung gaun itu dan banyak noda yang mengotorinya.
“Nyonya Oliver, sepertinya kau merusak gaun itu.”
“Sial. Jangan memanggilku dengan julukan itu!” Beverley memprotes.
Katy tertawa kecil. Kemudian dia berdiri dari tempat duduknya. “Aku menyimpan beberapa pakaian di sini. Ayo! Kau bisa menggunakan itu jika kau mau.”
“Terima kasih, Kat.”
Beverley pun pergi mengganti pakaiannya. Setelah itu dia menghabiskan sisa hari itu di kafe untuk bekerja seperti biasa. Katy memintanya untuk berlibur dan beristirahat. Namun, dia ingin tetap sibuk agar pikirannya terbebas dari masalah tentang pernikahannya.
Hingga tak terasa malam telah tiba. Katy meletakkan ponsel di atas meja. Itu adalah ponsel Beverley yang kemarin tertinggal di kafe. “Kau melupakan ini.”
“Oh! Kau benar.”
Beverley baru mengingat itu. Dia mencoba membuka ponselnya, tapi itu mati. Baterainya lemah. Akhirnya dia mengangkat bahunya dengan santai dan memasukkan ponselnya ke dalam tas yang kemarin tertinggal di sana.
“Bev, apa kau masih akan bekerja? Atau kau akan menjadi istri yang baik di rumah?” tanya Katy kemudian.
“Katy, pernikahan ini mungkin tidak akan berlangsung lama. Jadi, aku tidak akan berhenti bekerja.” Beverley menutup laptopnya. Dia menyesap kopi dan menatap Katy dengan serius. “Ini bukan pernikahan yang normal. Jangan samakan aku dengan istri-istri pada umumnya.”
Katy hanya menggeleng pelan. “Kau akan kembali ke rumah Brent?”
Beverley mengangguk. “Aku pergi tanpa sepengetahuan pria itu.”
“Oh, astaga!” Katy menggigit jarinya. “Kurasa kau benar-benar mencari masalah.”
Beverley tertawa pelan. Dia menjinjing tasnya lalu keluar dari ruangan yang menjadi kantor mereka. “Aku tidak ingin membiarkan pria itu merenggut kebebasanku, Katy. Cukup bagi dia untuk menikahiku dengan cara paksa.”
Katy menatap sahabatnya itu dengan prihatin. Dia memeluknya. “Apa aku perlu mengantarmu pulang?”
“Mm, tidak perlu. Mungkin kau bisa membentuku memesan taksi online. Maaf, aku banyak merepotkanmu, Kat.”
“Kita adalah teman. Jangan khawatir.”
Beberapa saat kemudian mobil taksi online sampai di depan kafe. Beverley segera naik. Setelah itu mobil mulai bergerak membelah jalanan malam.
***
Mansion milik Brent terlihat sepi dari luar. Jantung Beverley berdetak cepat ketika sudah tiba di depan pintu. Dia perlu menyiapkan mentalnya untuk masuk ke dalam sana.
Tiba-tiba pintu itu terbuka. Edward si kepala pelayan muncul. Pria itu segera mendekatinya. “Ma'am, akhirnya kau kembali!”
Pria itu tampak cemas. Beverley menjadi tidak enak hati. “Maaf, aku memiliki urusan lain di luar.”
Edward menatap Beverley dengan perasaan yang rumit. Wanita itu sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian formal biasa. Tidak ada sedikit pun jejak atau tanda-tanda kalau dia baru saja menikah hari ini.
Dia tahu pernikahan ini tidak diinginkan oleh Beverley. Ini hanya membuatnya merasa iba. Bagaimanapun juga dia memiliki seorang putri di rumahnya. Membayangkan putrinya dipaksa menikah dengan orang asing tentu membuatnya merasa prihatin.
“Silakan masuk, Ma'am. Aku akan meminta Daisy untuk menyiapkan makan malam untukmu.”
“Terima kasih. Apa Brent sudah kembali?” tanya Beverley sambil melangkah masuk. Sebenarnya dia merasa sedikit tidak nyaman diperlakukan dengan begitu terhormat oleh orang yang lebih tua. Pengaturan di mansion ini benar-benar sangat klasik.
“Tuan Oliver sudah kembali satu jam yang lalu.”
Beverley meringis di dalam hati. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa. Akhirnya dia pergi ke kamarnya. Awalnya dia sedikit khawatir seandainya Brent ada di dalam kamar. Namun, untungnya pria itu tidak ada di sana.
Dia menghela napas lega. “Bagaimana mungkin dia akan tidur di sini? Seharusnya dia memiliki kamar sendiri.”
Dengan begitu, dia pun pergi membersihkan diri setelah menyempatkan diri untuk mengisi daya ponsel. Ketika dia membuka lemari, dia melihat ada banyak pakaian sudah dipersiapkan untuknya. Semuanya terlihat mahal dan berkelas.
Dia mengambil baju secara acak. Lagi pula siapa yang peduli dengan apa yang dia pakai?
Beberapa saat kemudian, dia memeriksa ponselnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari nomor asing. Siapa itu?
Pada saat itu tiba-tiba sebuah panggilan dari nomor asing itu masuk. Beverley hendak menjawab telepon itu, tapi tiba-tiba pintu kamarnya dibuka dari luar. Dia terkesiap ketika melihat Brent berdiri di luar pintu.
“Apa yang kau—”
Pria itu tiba-tiba masuk dan menutup pintu kamar dengan keras. Ekspresinya tampak datar dan dingin. Dia berjalan mendekati Beverley yang duduk di depan meja rias.
“Apa kau tahu apa kesalahanmu hari ini?” tanya Brent dengan suara yang dalam.
Beverley tidak langsung menjawab. Dia merasa sedikit terintimidasi oleh aura dan tatapan dingin Brent. Namun, dia juga tidak ingin terlihat takut atau pengecut. Akhirnya dia membalas. “Kesalahan?”
“Aku memintamu untuk tetap di dalam mobil. Tapi apa yang sudah kau lakukan?”
Beverley tertawa. Namun, tawanya terdengar sarkas dan mengejek. “Tapi pada akhirnya aku tetap pergi. Maafkan aku, Tuan Oliver yang terhormat. Aku tidak bisa menunggumu di mobil seperti seorang idiot.”
Tatapan Brent menjadi lebih dingin. Dia mengambil ponsel lalu meletakkannya dengan kasar di atas meja.“Apa kau tahu statusmu sekarang?” dia bertanya sambil menahan geraman. Otot-otot di lehernya tampak mengencang. Jelas sekali dia sangat marah.Beverley melirik ponsel Brent hanya untuk melihat fotonya di sana. Foto saat dia masih mengenakan gaun pernikahan, di pinggir jalan, berantakan dan tanpa alas kaki. Sebagian wajahnya tertutup oleh cadar, tapi gaun pengantinnya yang spektakuler itu pasti akan dikenali oleh orang-orang di kalangan komunitas bisnis.‘Kenapa itu terlihat seperti gaun mempelai wanita Mr. Oliver?’‘Apakah istri Mr. Oliver melarikan diri dari pernikahannya atau apa?’Mungkin orang-orang akan berpikir seperti itu jika foto itu berhasil debut di media sosial. Yeah, kecuali mereka berpikir Brent memesan gaun pasaran dengan sepuluh desain yang sama. Tapi itu jelas tidak tampak seperti gaya arogan Mr. Brent Oliver.Beverley merasa sedikit puas melihat amarah Brent. Meskip
Suasana kembali hening. Beverley meletakkan garpunya lalu menyentuh map hitam di atas meja. Membayangkan isinya saja sudah membuat kepalanya mati rasa. Kenapa pria itu begitu menyebalkan?Halaman pertama: Istri harus bersikap baik pada suami dan keluarga suami.Beverley mendengkus.Halaman ke dua: Istri harus bersikap selayaknya istri yang seharusnya ketika muncul di depan publik.Beverley kembali mendengkus. Wajahnya menjadi semakin cemberut.Halaman ke tiga: Istri tidak boleh ikut campur pada masalah pribadi suami, dan suami akan melakukan hal yang sama.Kali ini Beverley setuju. Itu artinya mereka tidak akan ikut campur urusan pribadi satu sama lain. Kemudian dia membuka lembar selanjutnya.Halaman ke empat: Istri tidak boleh bepergian sendirian di malam hari.“Tidak bisa!” Beverley memprotes. “Kenapa aku tidak boleh bepergian di malam hari?”Brent menatapnya dengan datar. “Kecuali kau mau diculik atau dicelakai oleh saingan-saingan bisnisku. Dan jika itu terjadi, aku tidak akan pe
“Oh, bukankah itu istri barumu yang ketahuan berjalan kaki dengan mengenakan gaun pengantin?”Suara pacar Brent terdengar nyaring hingga Beverley bisa mendengarnya. Nadanya sarkas dan mengejek. Itu sedikit menjengkelkan, tapi Beverley tidak ingin berurusan dengannya. Dia hanya menyipitkan mata, lalu berjalan pergi.“Tunggu dulu!” Pacar Brent mencoba menghentikan Beverley. Dia berjalan mendekatinya sambil menggandeng tangan Brent.“Nona Holmes, kenapa kau begitu terburu-buru?”Beverley menarik napas panjang. Dia menghentikan langkah kakinya tanpa berbalik ke belakang. “Maaf, tapi saya memiliki urusan lain yang lebih penting.”“Oh, Brent sayang, lihatlah bagaimana istrimu berbicara denganku. Dia bahkan tidak mau melihatku.” Natalie mengeluh pada Brent dengan manja. Pria itu mencium bibirnya sekilas lalu berjalan mendekati Beverley.“Ke mana kau akan pergi?”“Sayangnya ini adalah hari kerja. Jadi, aku harus berangkat bekerja,” jawab Beverley dengan acuh tak acuh. Dia bersiap untuk melanj
Beverley merasa sangat kesal dan cemas. Dia mempertahankan dirinya untuk tetap diam di sepanjang jalan sampai akhirnya mobil yang dia tumpangi sampai di kantor kepolisian terdekat. Dia baru akan turun ketika Brent tiba-tiba mengulurkan tangan padanya."Apa?!" Dia langsung bertanya."Pinjamkan aku ponselmu," ucap Brent."Untuk apa?"Brent mendengkus. "Kau akan tahu nanti."Dia ragu-ragu sejenak. Tapi setelah berpikir selama beberapa saat, akhirnya dia memberikan ponselnya padanya. "Jangan menggunakannya untuk macam-macam!"Brent hanya meliriknya dengan sinis sebelum turun dari mobil. Dia mendial beberapa nomor untuk menelepon seseorang. Beberapa saat kemudian, Beverley mendekatinya tepat setelah dia selesai menelepon."Siapa yang kau panggil?""Seseorang yang lebih berguna," jawab Brent tanpa ekspresi. Kata-katanya hanya terdengar seolah Beverley sama sekali tidak berguna. Itu membuatnya merasa semakin kesal.'Bukankah kau yang sudah menyebabkan ini semua? Kau bahkan harus meminta bant
Beverley berdiri diam di depan sebuah club malam besar yang terlihat mewah dan berkelas. Gedung yang terdiri dari lima lantai itu terlihat cukup tertutup. Cat temboknya didominasi dengan warna hitam dan kuning keemasan.Lampu-lampu kuning keemasan menghiasi bagian depannya. Tulisan “The Paradisus” di bagian atas depannya terlihat sangat elegan. Orang akan tahu itu adalah club malam untuk orang-orang kalangan atas hanya dengan sekali lihat.Dia menatap ke atas dengan datar. Bukankah Brent ingin mengajaknya bertemu dengan musuhnya? Kenapa dia membawanya ke club malam?“Cepatlah!”Brent yang sudah berjalan mendahuluinya berbalik menatapnya. Kepalanya miring sedikit, keningnya berkerut dalam. Tiba-tiba pria itu melangkah mendekat.“Brent, apa kau serius?”Beverley melangkah mundur satu kali, lalu merapikan dressnya beberapa kali. Ya, dress! Sebelum pergi ke club malam ini, Brent memaksanya untuk mengubah penampilannya. Dia tidak bisa menolak keinginan pria itu.Dress maroon yang dia pakai
“Oh, benarkah? Istri barumu?”David menunjukkan ekspresi terkejut setelah mendengar pernyataan Brent. Namun, itu hanya pura-pura. Pada kenyataannya hampir semua orang yang mengenal Brent sudah mendengar kabar tentang pernikahannya. Apalagi ada media khusus para pebisnis yang menyebarkan beritanya.“Aku sudah menyembunyikan Beverley terlalu lama. Bukankah aku akan menjadi pria bajingan jika tidak segera menikahinya?” tanya Brent sambil menyeringai pada David. Tangan kirinya dengan lembut membelai rambut panjang wanita di pangkuannya.Beverley hanya bisa menelan ludahnya. Dia diam-diam mencengkeram jas Brent hingga kusut. Apakah sekarang dia harus mengikuti permainan pria itu?“Oh, jadi namanya Beverley. Nama yang cantik, sama seperti orangnya.” David tersenyum penuh arti. “Kenapa kau tidak memperkenalkan kami satu sama lain?”Brent mengangkat salah satu sudut alisnya. Dia menatap Beverley lalu mengangkat dagunya dengan lembut. “Sayang, apa kau ingin berkenalan dengannya?”Pertanyaan it
Beverley hanya bisa terdiam dengan tubuh kaku. Hatinya dipenuhi dengan kepahitan ketika melihat Brent sedang menuangkan wine untuk dirinya sendiri. Di seberangnya, David tampak tersenyum puas dengan keputusan Brent.“Mrs. Oliver, kenapa kau tidak ikut bergabung dengan kami?” Salah satu wanita penghibur di samping David bertanya dengan santai. “Setidaknya kau harus mendukung suamimu, kan?”Beverley menarik napas dalam-dalam. Akhirnya dia kembali duduk. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa, hanya memerhatikan bagaimana Brent akan bermain.Brent dan David menenggak satu gelas wine secara bersamaan. Keduanya saling menatap dalam-dalam. “Ini adalah permainan yang kekanakan,” katanya.David menyeringai. Dia memberi kode pada salah satu wanitanya untuk membantu menuangkan wine untuk mereka berdua. Kemudian mereka kembali menenggak wine itu secara bersamaan.“Mungkin ini kekanakan, tapi apa yang kau pertaruhkan bukan hal sepele,” jawab David.“Kau benar-benar brengsek.” Brent berkata sebelum m
“Tapi kau adalah istriku,” samar-samar Brent berbisik. Pria itu menurunkan salah satu tali gaunnya. “Kau tidak boleh menolak keinginan suamimu.”“Tidak, Brent. Kita bukan—”Brent kembali menciumnya, membungkam kata-kata yang ingin dia ucapkan. Telapak tangannya yang besar meraup buah dadanya, meremasnya, memelintir putingnya, dan membuat pikirannya kacau. Dia mengerang dengan tubuh gemetar.“Kau sudah terangsang, Honey,” bisik Brent sambil menjilat telinganya. Tiba-tiba tangannya turun ke perut Beverley, dan turun lagi lebih ke bawah.“Tidak! Brent … jangan sentuh itu!”Beverley berteriak lalu membuka kedua matanya sambil terengah-engah. Dia segera mengubah posisinya menjadi duduk, lalu menyeka keringat yang menetes di dahinya. “Ya Tuhan…. Mimpi macam apa lagi itu?!”Dia menjadi kesal dan marah. Sejak malam ketika Brent mabuk selepas dari club malam, dia sudah dua kali mendapatkan mimpi yang tidak normal. Pria itu mendatanginya di dalam mimpi, menghantuinya dengan sesuatu yang tidak s