Share

6. Kau Tahu Kesalahanmu Hari Ini?

Hari itu kafe Katy tampak cukup ramai. Ketika Beverley tiba di sana, para pengunjung dan pegawai kafe langsung menoleh ke arahnya. Penampilannya saat ini terlalu mencolok dan itu membuatnya sulit untuk diabaikan.

“Oh, astaga!” Katy yang awalnya sedang merekap data-data keungan langsung berlari mendekati Beverley. Ekspresinya tampak terkejut dan khawatir. “Sayang, apa yang terjadi padamu?!”

Beverley menggeleng dengan lemas sebelum akhirnya duduk di kursi yang cukup jauh dari para pengunjung kafe. Keringat sudah membasahi tubuhnya. Dia merasa lelah dan haus setelah berjalan begitu jauh.

“Tolong beri aku air dingin,” pintanya pada Katy. Dia melepaskan veil putih dari kepalanya dan beberapa aksesori rambut lainnya.

Tanpa banyak bertanya Katy segera memerintahkan pegawai kafenya untuk mengambilkan air dingin untuk Beverley. Beberapa saat kemudian sebotol air dingin sudah diletakkan di atas meja.

Beverley segera menenggak air minum itu. Akhirnya rasa hausnya berhasil dipuaskan. Dia menghela napas panjang. “Kau tahu, ini benar-benar konyol.

Katy menatap Beverley dengan bingung. “Bagaimana kau bisa ada di sini? Bagaimana dengan pernikahanmu? Apa kau melarikan diri?”

“Bagaimana mungkin aku bisa melarikan diri?” Beverley tersenyum kecut lalu mendengkus. “Aku sudah menikah. Dan apa kau tahu? Oh, sial! Pria itu benar-benar ... brengsek!”

“Ada apa dengan pria itu? Mungkinkah kau pernah bertemu dengannya? Aku melihat di internet, dia sangat tampan.” Kemudian Katy berbisik, “Benarkah dia seorang gay?”

Beverley mendengkus. “Sama sekali bukan. Dia adalah pria mesum cabul yang tidak bermoral.” Dia menghela napas panjang lagi lalu menunduk mengamati gaunnya. “Lupakan tentang itu semua. Aku perlu mengganti pakaianku. Ini sangat tidak nyaman.”

Katy memerhatikan gaun pengantin yang dipakai Beverley. Itu adalah gaun yang mewah. Harganya pasti mahal. Namun, Beverley menggunakan itu tanpa berhati-hati. Ada beberapa goresan di ujung gaun itu dan banyak noda yang mengotorinya.

“Nyonya Oliver, sepertinya kau merusak gaun itu.”

“Sial. Jangan memanggilku dengan julukan itu!” Beverley memprotes.

Katy tertawa kecil. Kemudian dia berdiri dari tempat duduknya. “Aku menyimpan beberapa pakaian di sini. Ayo! Kau bisa menggunakan itu jika kau mau.”

“Terima kasih, Kat.”

Beverley pun pergi mengganti pakaiannya. Setelah itu dia menghabiskan sisa hari itu di kafe untuk bekerja seperti biasa. Katy memintanya untuk berlibur dan beristirahat. Namun, dia ingin tetap sibuk agar pikirannya terbebas dari masalah tentang pernikahannya.

Hingga tak terasa malam telah tiba. Katy meletakkan ponsel di atas meja. Itu adalah ponsel Beverley yang kemarin tertinggal di kafe. “Kau melupakan ini.”

“Oh! Kau benar.”

Beverley baru mengingat itu. Dia mencoba membuka ponselnya, tapi itu mati. Baterainya lemah. Akhirnya dia mengangkat bahunya dengan santai dan memasukkan ponselnya ke dalam tas yang kemarin tertinggal di sana.

“Bev, apa kau masih akan bekerja? Atau kau akan menjadi istri yang baik di rumah?” tanya Katy kemudian.

“Katy, pernikahan ini mungkin tidak akan berlangsung lama. Jadi, aku tidak akan berhenti bekerja.” Beverley menutup laptopnya. Dia menyesap kopi dan menatap Katy dengan serius. “Ini bukan pernikahan yang normal. Jangan samakan aku dengan istri-istri pada umumnya.”

Katy hanya menggeleng pelan. “Kau akan kembali ke rumah Brent?”

Beverley mengangguk. “Aku pergi tanpa sepengetahuan pria itu.”

“Oh, astaga!” Katy menggigit jarinya. “Kurasa kau benar-benar mencari masalah.”

Beverley tertawa pelan. Dia menjinjing tasnya lalu keluar dari ruangan yang menjadi kantor mereka. “Aku tidak ingin membiarkan pria itu merenggut kebebasanku, Katy. Cukup bagi dia untuk menikahiku dengan cara paksa.”

Katy menatap sahabatnya itu dengan prihatin. Dia memeluknya. “Apa aku perlu mengantarmu pulang?”

“Mm, tidak perlu. Mungkin kau bisa membentuku memesan taksi online. Maaf, aku banyak merepotkanmu, Kat.”

“Kita adalah teman. Jangan khawatir.”

Beberapa saat kemudian mobil taksi online sampai di depan kafe. Beverley segera naik. Setelah itu mobil mulai bergerak membelah jalanan malam.

***

Mansion milik Brent terlihat sepi dari luar. Jantung Beverley berdetak cepat ketika sudah tiba di depan pintu. Dia perlu menyiapkan mentalnya untuk masuk ke dalam sana.

Tiba-tiba pintu itu terbuka. Edward si kepala pelayan muncul. Pria itu segera mendekatinya. “Ma'am, akhirnya kau kembali!”

Pria itu tampak cemas. Beverley menjadi tidak enak hati. “Maaf, aku memiliki urusan lain di luar.”

Edward menatap Beverley dengan perasaan yang rumit. Wanita itu sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian formal biasa. Tidak ada sedikit pun jejak atau tanda-tanda kalau dia baru saja menikah hari ini.

Dia tahu pernikahan ini tidak diinginkan oleh Beverley. Ini hanya membuatnya merasa iba. Bagaimanapun juga dia memiliki seorang putri di rumahnya. Membayangkan putrinya dipaksa menikah dengan orang asing tentu membuatnya merasa prihatin.

“Silakan masuk, Ma'am. Aku akan meminta Daisy untuk menyiapkan makan malam untukmu.”

“Terima kasih. Apa Brent sudah kembali?” tanya Beverley sambil melangkah masuk. Sebenarnya dia merasa sedikit tidak nyaman diperlakukan dengan begitu terhormat oleh orang yang lebih tua. Pengaturan di mansion ini benar-benar sangat klasik.

“Tuan Oliver sudah kembali satu jam yang lalu.”

Beverley meringis di dalam hati. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa. Akhirnya dia pergi ke kamarnya. Awalnya dia sedikit khawatir seandainya Brent ada di dalam kamar. Namun, untungnya pria itu tidak ada di sana.

Dia menghela napas lega. “Bagaimana mungkin dia akan tidur di sini? Seharusnya dia memiliki kamar sendiri.”

Dengan begitu, dia pun pergi membersihkan diri setelah menyempatkan diri untuk mengisi daya ponsel. Ketika dia membuka lemari, dia melihat ada banyak pakaian sudah dipersiapkan untuknya. Semuanya terlihat mahal dan berkelas.

Dia mengambil baju secara acak. Lagi pula siapa yang peduli dengan apa yang dia pakai?

Beberapa saat kemudian, dia memeriksa ponselnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari nomor asing. Siapa itu?

Pada saat itu tiba-tiba sebuah panggilan dari nomor asing itu masuk. Beverley hendak menjawab telepon itu, tapi tiba-tiba pintu kamarnya dibuka dari luar. Dia terkesiap ketika melihat Brent berdiri di luar pintu.

“Apa yang kau—”

Pria itu tiba-tiba masuk dan menutup pintu kamar dengan keras. Ekspresinya tampak datar dan dingin. Dia berjalan mendekati Beverley yang duduk di depan meja rias.

“Apa kau tahu apa kesalahanmu hari ini?” tanya Brent dengan suara yang dalam.

Beverley tidak langsung menjawab. Dia merasa sedikit terintimidasi oleh aura dan tatapan dingin Brent. Namun, dia juga tidak ingin terlihat takut atau pengecut. Akhirnya dia membalas. “Kesalahan?”

“Aku memintamu untuk tetap di dalam mobil. Tapi apa yang sudah kau lakukan?”

Beverley tertawa. Namun, tawanya terdengar sarkas dan mengejek. “Tapi pada akhirnya aku tetap pergi. Maafkan aku, Tuan Oliver yang terhormat. Aku tidak bisa menunggumu di mobil seperti seorang idiot.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status