“Habis ini kita langsung pulang, ya,” goda dengan mengedipkan sebelah matanya.
“Bukannya mau ke rumah Mama?”
Radit mendesah. “Yah, gagal deh.”
“Kayak malam gak bisa aja!”
“Kamu sih menggoda banget. Aku kan jadi gak sabar.” Radit mencubit gemas hidung Dita.
“Luntur deh make up ku. Buruan ah kancingin. Tukang fotonya dah nunggu tuh!” protes Dita.
Radit pun menaikkan ritsleting gaun Dita. Ia lalu memutar tubuh istrinya ke kanan dan kiri.
“Kenapa, sih? Udah buruan.”
Radit menahan Dita yang hendak keluar kamar ganti.
“Tunggu! Ganti aja nih baju,” ucapnya.
Dita berbaring di kamarnya, kamar yang selalu ia tempati sebelum menikah. Ruangan itu kini telah disulap menjadi kamar pengantin bernuansa putih, dengan bunga-bunga di setiap sudutnya. Hatinya berdebar-debar menanti esok tiba, juga luahan rindu yang tiada tara.Sudah dua hari ini ia tidak bisa bertemu dengan Radit, sang kekasih yang akan ia kenalkan pada dunia esok hari sebagai seorang suami. Keluarga mereka melarang keduanya bertemu dua hari sebelum resepsi. Bahkan, mamanya Dita menyita ponsel sang anak agar tidak bisa menghubungi Radit.“Biar seperti pengantin baru lagi, biar rindu,” ujar Bu Meri kala itu.Kini, Dita benar-benar dilanda perasaan tersebut. Demam rindu yang begitu besar terhadap sosok lelaki yang selama ini berada di sisinya. Sangat berbeda kala Radit meninggalkannya selama seminggu ke Semarang, saat lelaki itu baru sehari melakuka
“Sayang, kamu gak apa-apa?”Dita menggeleng lemah setelah membersihkan mulutnya. “Rada pusing aja.”Radit memapahnya keluar kamar mandi.“Aku mau istirahat di kamar.”“Ya udah. Nanti aku bawakan sarapan kamu ke kamar.” Radit pun menuntun Dita ke kamar mereka.“Mama, Papa, maaf. Gak bisa ikut sarapan bareng,” ucap Radit.Orang tuanya tersenyum dan mengangguk.Di kamar, Radit membantu Dita berbaring. Ia memberikan air minum yang tersedia di meja di dekat kasur untuk Dita.“Kamu mau sarapan, Sayang?” tanya Radit setelah menaruh kembali gelas ke tempatnya.Dita menggeleng. “Aku lagi gak nafsu
“Dita?” Radit bergegas keluar ruangan dan menghampiri istrinya yang tampak terkejut dengan kejadian barusan.“Aku udah taruh makan siang kamu di meja,” ucap Dita dengan mencoba untuk bersikap biasa. Namun, dari raut wajahnya masih tampak emosi yang sulit diartikan oleh Radit.“Kita makan bareng, ya?” ajak Radit. Ia yakin bahwa istrinya telah salah paham padanya.“Enggak. Aku mau langsung pulang aja.” Dita mencoba tersenyum meski hatinya ingin menangis melihat suaminya sangat dekat dengan wanita lain.“Mbak Dita.” Tiara yang mengerti bahwa telah terjadi kesalahpahaman pun akhirnya keluar ruangan dan menghampiri sepasang suami istri itu.“Maaf, Mbak. Jangan salah pah—““Enggak. Tena
Dua insan berlainan jenis tengah terlelap di atas ranjang. Di bawah selimut bermotif garis berwarna merah, keduanya saling melingkarkan lengan di pinggang. Hingga matahari mulai menampakkan cahaya, satu di antaranya terbangun, dan terkejut mendapati dirinya bersama lelaki yang sedari kecil menjadi sahabat."Aaa!" Dita menjerit dan menendang sosok lelaki yang tidur di sampingnya hingga terjatuh ke lantai."Apaan, sih, Ta?" Radit mengusap-usap bokongnya yang mengahantam kuat ke lantai. Terhuyung menghampiri wanita cantik dengan piyama biru muda di kasur."Pergi gak, lo! Dasar mesum!" teriak Dita sambil melempari bantal ke arah Radit."Mesum apanya? Emang lo gue apain semalem?" tanya Radit yang menangkap satu bantal dan melemparkan pelan ke arah Dita.Bayangan Radit yang tengah tidur pulas dengan memeluk pinggangnya k
"Nikah, yuk?" ajak Radit yang sudah berada di kamar Dita.Ucapan Radit yang tiba-tiba itu bagai petir di tengah gelapnya hari yang dirundung hujan deras. Membuat Dita semakin dalam bersembunyi dari kenyataan hidup di hadapannya.Ia terbaring sakit karena asam lambungnya naik, terlalu memikirkan perjodohan yang direncanakan orang tua. Kini, harus pula menghadapi sosok lelaki yang terus muncul ke mana pun mata memandang. Menawarkan kandang harimau untuk terlepas dari sarang buaya.Alih-alih menjawab ucapan Radit, Dita justru memiringkan tubuh. Menutupi dari ujung rambut hingga kaki dengan selimut. Membelakangi sosok lelaki yang duduk di tepi ranjangnya."Ta …," panggil Radit."Sakit, lo, ya!" ketus Dita."Gue sehat, ni
"Radit?" teriak kedua orang tua Dita serta Dito bersamaan. Tak menyangka lelaki yang setiap hari keluar masuk rumah mereka."Gak usah kaget gitu napa!" Dita menyandarkan punggung di sofa, melipat kedua tangan di dada."Mau-maunya Bang Radit nikah sama lo, Kak," ucap Dito, adik Dita satu-satunya."Emang kenapa? Sirik aja, lo!" Dita melotot."Ngapain gue sirik. Kasian ja sama Bang Radit. Entar punya bini yang suka kentut sembarangan, hobi makan, tukang ngambek. Hiii …," ejek Dito, membuat kedua orang tua mereka tertawa."Biarin! Bagus malah. Dia dah tahu kebiasaan gue, jadi gue gak perlu jaim,"
"Ma, masak apa?" tanya Dita yang baru saja melarikan diri dari godaan Radit di depan kamar."Loh, kamu ngapain ke sini?" tanya Bu Meri."Dita laper.""Mandi dulu sana. Nanti kalau sarapannya udah siap Mama panggil. Sekalian Radit juga.""Dita mau bantuin Mama masak aja, biar cepat," kilah Dita. Alasan utamanya adalah ingin menghindari Radit."Mandi sana! Pengantin baru kok jam segini belum mandi?" kata Mama Radit yang bergabung dengan Bu Meri di dapur."Jangan lupa keramas ya, kak!" goda Dito seraya duduk santai di kursi sambil meneguk susu."Apaan, lo? Anak kecil!" Dita melempar sebutir bawang merah ke arah adiknya. Beruntung, remaja itu berhasil menghindar."Cie, pipinya merah …," goda Dit
Perut Dita terasa keroncongan. Setelah lelah membereskan pakaiannya ke dalam lemari sore tadi, ia tertidur hingga pukul tujuh malam. Segera mandi dan menemui Radit yang sedang menonton televisi."Dit, keluar, yuk. Gue laper," ajak Dita."Sama, gue juga laper. Nungguin lo dari tadi molor mulu," jawab Radit."Ya udah, ayo!"Bukannya keluar rumah, Radit malah berjalan ke arah dapur"Ngapain ke dapur? Kita kan gak ada bahan makanan buat dimasak.""Emang lo bisa masak?" tanya Radit."Masak nasi. Hehe," jawab Dita cengengesan.Radit mengacak rambut sang istri dan tersenyum. Lalu kembali melangkah ke dapur."Taraaa!" ucap Radit seraya menunjukkan makanan yang sudah t