Share

Kontrak

Author: Orekyu
last update Last Updated: 2021-12-11 22:31:09

Untuk sesaat Kinan terdiam di tempat. Sampai kemudian rasa terkejutnya beberapa detik lalu menguap, sementara tatapannya berubah menjadi datar. Perempuan itu jelas tidak akan salah bila mengartikan bahwa sosok di hadapannya amat rupawan, dan itu jelas bukan sesuatu yang dia sukai.

Pria ini hanya sekedar tampan dan mapan. Hanya itu.

Teruntuk Kinan, tidak ada hal di dunia ini yang akan membuatnya merasa tertarik selain uang dan kemewahan. Sementara pria tampan, dia merasa bisa menemuinya kapan dan di mana saja. Kinan pikir mereka diciptakan hanya untuk dinikmati mata. Jika Kinan diberi dua pilihan antara pria tampan atau uang, jelas dia akan memilih opsi kedua tanpa pikir panjang.

Sebuah tatapan tajam dan rinci menyorot ke arah depan. Kinan tahu, tubuhnya sedang diamati. Sejurus kemudian sosok itu bergerak melewatinya untuk duduk di sofa yang sengaja diletakkan beberapa langkah dari mereka.

Tangan pria itu lantas terulur seakan menunjuk kursi di hadapannya, sebaliknya Kinan segera beranjak untuk menapakkan bokong di sana. Kinan cukup tahu jika dia sedang diperintahkan untuk duduk.

Kedua alis kinan mengerut dalam. Perasaannya memburuk saat menyadari pengamatan terhadap dirinya tidak juga berakhir. Ini membuatnya risih. Detik selanjutnya, raut wajah perempuan muda itu berubah keruh begitu mendengar kalimat keluar dari bibir pria di hadapannya. "Kamu tidak menarik." Hanya itu. 

Untuk sesaat tidak ada reaksi dari pihak Kinan, sampai kemudian dia mengangkat dagu sembari menyilangkan kaki untuk membiarkannya saling menumpu. Sebaliknya, punggungnya dibiarkan bersandar di sandaran kursi seolah-olah dirinya lah penguasa di ruangan itu. Kinan membalas, "Ah, maaf saja jika aku kurang menarik, tetapi aku bisa melakukan apa saja untuk uang." Perempuan muda itu terlalu percaya diri.

Alis si pria kontan terangkat, cukup tertarik dengan keberanian Kinan. Meski begitu bibirnya tidak bergerak mengucap sepatah kata.

Kinan kembali mengerutkan kening. Jelas, sebab yang dia butuhkan adalah sebuah tanggapan alih-alih satu kekehan mengejek setelahnya. Di saat yang sama, seringaian lebar telah mengisi raut wajah si pria sementara tatapannya mengunci kedua manik gelap Kinan, sejurus kemudian dia bertanya, "Apa yang bisa kamu lakukan?" Seringaiannya bahkan tidak berakhir.

Kinan mendongak. Perempuan muda itu sedang memperlihatkan pembangkangannya. "Aku bisa mencuri, membunuh orang ...," jeda sesaat, kedua maniknya bergerak mengamati sekeliling sebelum kemudian dia berbisik, "aku bahkan bisa menjual obat-obatan terlarang," ujarnya, bangga.

Tawa keras yang mengganggu segera menyapa telinga Kinan. Kerutan di keningnya bertambah seiring dia berpikir perihal apa yang membuat pria ini menertawakan kemampuannya. Rahang Kinan mengeras tanpa dia sadari. Dia merasa diremehkan. "Apa perkataanku terdengar lucu?" tanyanya terdengar sakratis. Tangannya terlipat di depan dada seolah menunjukkan perasaan marahnya.

Pria itu lalu terdiam. Mimik wajahnya berubah serius seolah-olah tidak pernah ada tawa di sana. Telunjuk beserta ibu jarinya lalu bergerak menumpu dagu seakan dia sedang menimang sesuatu. Berikutnya, pria itu menarik laci meja dan mengeluarkan amplop cokelat, terakhir dia meletakkannya di hadapan Kinan.

"Baca!"

Kinan mengamatinya cukup lama sebelum akhirnya bertanya, "Apa ini?"

"Aku bilang baca, kamu akan tahu sendiri." Untuk sesaat manik pria itu memicing ketika menatap Kinan, sementara senyum mengejeknya sontak terbentuk begitu dia berkata dengan remeh, "kamu bisa membaca, kan?"

Wajah Kinan seketika memerah. Sulur-sulur amarah di dalam dirinya menanjak ke level menengah. Butuh waktu lama baginya hanya untuk diam sembari mengamati pria di hadapannya dengan tatapan membunuh, sebelum akhirnya dia menarik napas dan menghelanya dengan perlahan. Demi uang, pikirnya. "Aku bisa membaca, jadi tenang saja," ujarnya, acuh tak acuh.

Pria itu lagi-lagi menyeringai. Ditatapnya Kinan yang kini fokus membuka amplop dengan wajah serius. "Benarkah?" Kinan mengangguk tanpa melirik. Senyum si pria mengembang begitu mendapati Kinan berhasil mengeluarkan selembar kertas dari dalam amplop. 

Kinan memahami intinya dengan cepat dan kerena itulah keningnya lagi-lagi berkerut tidak senang. Kinan kini beralih kepada si pria. "Apa ini kontrak perjanjian?" tanyanya.

"Iya, seperti yang kamu lihat." Dia menyeringai. "Kupikir kamu benar-benar tidak bisa membaca, sebab kebanyakan rakyat bawah tidak memiliki pendidikan memadai."

Tahu-tahu, Kinan meletakkan kertas itu ke atas meja sembari menggebraknya cukup keras. Dan karena tindakannya, sosok gagah yang ada di depannya telah mengangkat alis seolah bertanya melalui tatapan matanya yang tajam: apa yang baru saja kamu lakukan?

Kinan tidak bereaksi lebih jauh. Dadanya naik turun dengan cepat. Emosinya benar-benar sedang diuji sekarang.

"Apa baru saja kamu menggertakku?" pria itu bertanya dengan mimik wajah datar, tetapi Kinan sama sekali tidak membuka mulut. 

Beberapa menit berlalu hingga perempuan muda itu mendapati kembali ketenangannya. Dia menatap serius sembari berkata tanpa pikir panjang, "Aku akan tanda tangan kontrak."

Terkejut adalah reaksi pertama yang ditunjukkan si pria begitu Kinan berseru tak sabaran, belum lagi perempuan muda itu asal setuju tanpa membaca isi kontrak dengan teliti. "Kamu yakin?" tanyanya, sedang memastikan. Alis si pria bahkan menukik tajam. 

Kinan mengangguk yakin. Tetapi siapa sangkah tindakan itu justru membuat lawan bicaranya terbius tanpa bisa bereaksi. Sampai akhirnya si pria menarik napas lalu berkata, "Mengapa kamu tidak membacanya baik-baik? Lagi pula, aku belum tentu menerimamu meski jika kamu menandatangani sekarang. Keputusan pastinya akan disampaikan satu minggu setelahnya. Jadi, silahkan baca kontraknya dengan teliti."

Alih-alih mendengarkan, sebaliknya, Kinan hanya duduk diam dengan raut datar. Sama sekali tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan kepadanya.

Decakan keras langsung saja menyapa Kinan. Pria itu sekali lagi menatapnya sebelum akhirnya mengangkat tangan untuk menunjuk kertas berisi kontrak, dan berhenti tepat di poin yang ditandai dengan tinta merah mencolok. "Baca titik ini dengan baik, lalu setelahnya kamu boleh mengambil keputusan dengan tepat."

Kinan terdiam, tetapi maniknya menurut untuk menatap ke arah titik yang di maksud, lalu kemudian membacanya cukup keras. "Poin satu, Pihak Pertama tidak akan mengakui Pihak Kedua sebagai istri di depan umum. Poin kedua, Pihak Pertama akan memberikan apapun kepada Pihak Kedua selain cinta dan keturunan. Poin ketiga, Pihak Pertama dibebaskan berkencan dengan wanita manapun di luar sana sementara Pihak Kedua tidak dibenarkan dekat dengan laki-laki manapun selain dengan Pihak Pertama." Kinan mulai berhenti, keningnya berkerut sementara wajahnya terlihat begitu serius. Lalu di sisi yang sama, pria itu sedang menyeringai.

Sayangnya, Kinan tidak menyerah untuk tetap melanjutkan, "Poin keempat, Pihak Kedua akan tinggal di rumah yang telah disediakan oleh Pihak Pertama. Dan terakhir, poin kelima, Pihak Pertama berhak mengubah isi kontrak dan Pihak Kedua akan menyetujuinya, apapun isinya."

Wajah Kinan mendadak terangkat lantas menatap sosok pria gagah yang duduk angkuh sembari menyeringai ke arahnya. Setelah menarik napas, Kinan berkata, "Isi kontraknya lebih banyak menguntungkan Pihak Pertama dari pada Pihak Kedua," ujarnya.

"Jadi, kamu ingin menolak?"

Tetapi pria asing itu bahkan tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya begitu mendengar perkataan Kinan setelahnya. "Meski begitu, aku tetap setuju."

"Kamu gila!"

Kinan mengangguk datar. "Iya, selama kamu memberiku kemewahan dan uang aku bisa melakukan apapun, apalagi jika hanya kontrak semacam ini. Jadi, sebut saja aku memang gila."

Si pria tiba-tiba menarik napas kemudian memijat kening dengan mimik frustasi. Dia sungguh tidak berpikir akan mendapati perempuan macam Kinan yang kelainan otaknya sudah berada di luar jangkauan. Dia jelas tidak menduga jika Kinan akan menyetujuinya begitu saja, mengingat semua wanita yang telah membaca isi kontrak akan segera angkat kaki.

Mereka sama sekali tidak setuju dengan perjanjian itu. Ya, orang bodoh mana yang mau melakukannya. 

Lalu ada apa dengan perempuan satu ini?

Sementara Kinan masih diam menunggu, pria itu lalu menatapnya setelah menghela napas cukup keras. "Kamu ditolak!"

Kinan mengerutkan kening. "Hah? Bukankah kamu bilang keputusan baru akan keluar satu minggu setelahnya? Mengapa aku langsung ditolak sekarang?"

"Benar, tetapi aku berhak menolak dengan cepat untuk pelamar yang tidak memenuhi kriteria."

"Hah?" Kinan menganga. Dia mengulang dengan wajah tidak mengerti, "jadi aku tidak memenuhi kriteria?" Pria itu mengangguk. Kali ini lebih yakin.

"Bisakah kamu keluar sekarang? Aku masih punya pelamar lainnya. Jadi jangan membuang waktuku."

Sesaat setelah tangan pria itu menekan tombol berwarna merah di samping kiri mejanya, dua pengawal yang bertugas mengiring Kinan di awal masuk berderap memasuki ruangan, lantas menyeretnya untuk meninggalkan tempat itu.

Pipi Kinan memerah dan dia memaki detik itu juga, "Sialan!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikah untuk Uang   Berubah Liar

    "Di mana Kinan?" Trian tidak bisa menahan diri untuk bertanya saat mendapati Joko keluar dari dalam pos jaga, sementara dirinya tengah berdiri di teras villa. Ini sudah pukul 19 : 13 pm saat dia berhasil menginjakkan kaki di lantai kayu villa dan masuk dengan tergesa, tetapi sialnya, dia justru tidak menjumpai Kinan di manapun. Di sisi lain, Joko bergegas menghampiri pria tampan itu dengan raut wajah terkejut. Pasalnya, setahunya Trian baru akan pulang dua hari lagi. Lalu bagaimana bisa dia ada di sini? Bahkan sudah berdiri sembari menatapnya dengan raut menyelidik. "Bos?" Joko mencoba memastikan, namun saat melihat Trian melangkah menuruni tangga, Joko seketika berdiri tegap di hadapan pria itu. "Ini benar-benar, Bos?" tanyanya setengah tidak percaya. Joko menggaruk alis saat berkata, "loh, kok sudah pulang?" Trian tidak menanggapi perkataan pria besar itu, sebaliknya dia justru kembali menanyakan keberadaan Kinan. Wajahnya terlihat keruh, tampaknya efek lelah membuat emosinya

  • Menikah untuk Uang   Orang Dalam

    Tatiana melangkah maju ke pinggiran kolam. Tatapannya lurus, sinis, dan tampaknya wanita itu tidak berniat memutus kontak matanya dengan Kinan. Dagunya diangkat tinggi seolah dia ingin menunjukkan kuasa atas diri Kinan. Baginya, Kinan bukan lah tandingan. Perempuan muda itu hanya debu kecil yang perlu dia singkirkan, cepat atau lambat.Sepulang dari New York, Tatiana tidak bisa menahan diri untuk segera menjumpai perempuan satu ini. Tentu saja untuk memberinya kejut ringan.Dan sepertinya, rencana wanita itu berhasil sebab kini Kinan cukup terkejut saat melihatnya muncul dengan tiba-tiba. Setahu Kinan, Trian pernah berkata jika tempat ini tidak diketahui oleh siapapun, terutama papa dan mamanya.Lalu, bagaimana Tatiana bisa ada di sini? Berdiri menatapnya dengan keangkuhannya yang menjijikkan.Sesaat kemudian, Kinan menarik napas. "Aku tidak akan bertanya bagaimana caramu masuk, sebab semua pencuri memang

  • Menikah untuk Uang   Sosok Lain

    "Sebaiknya kamu pulang." Tatiana menoleh ketika suara Trian yang berat terdengar dari arah samping. Dia baru saja keluar dari dalam kamar mandi dengan rambut terlilit handuk, sementara Trian, pria itu sedang tiduran di atas ranjang. Wajahnya tidak menunjukkan mimik berarti, hanya saja, tatapannya lurus menghunus ke arah telepon genggam di tangannya. Tatiana tidak menjawab. Sebaliknya, dia bergerak mendekati pria itu dengan wajah resah. Dia duduk di pinggiran ranjang sembari meraih tangan Trian. Dia berkata dengan wajah muram, "Sayang, kenapa aku harus pulang? Aku juga sudah izin sama Papamu. Tenang saja, dia tidak akan tahu, apalagi curiga," katanya. Trian menoleh. Mendadak Tatiana terkejut tatkala Trian bergerak melepas tangannya. Tidak kasar, tetapi wanita itu sunggu merasa tersinggung. Bagaimana bisa Trian bertindak seperti itu? pikirnya. Selama ini, Trian sangat suka dibelai olehnya. "Aku punya banyak pekerjaan di sini. Kalau kam

  • Menikah untuk Uang   Menyukai Perempuan Jalang

    Dua hari. Kinan mengulang jangka waktu itu di dalam benaknya. Benar, sudah selama itulah Trian bertandang ke luar negeri dan meninggalkannya bersama para pengawal.Awalnya Kinan pikir hidupnya akan tenang tanpa kehadiran pria itu, mengingat saat Trian tidak pulang beberapa hari belakangan karena urusan kantor, Kinan benar-benar merasa bahagia. Saking senangnya, dia sampai ingin melakukan syukuran.Kalau saja dia tidak berbaik hati menyerahkan kembali telepon genggam milik Bagas, kemungkinan Trian tidak akan banting setir kembali ke villa, setelah mendengar rencananya yang ingin membangun kolam renang.Tetapi, semua sudah telanjur terjadi. Trian semakin bertingkah aneh dan menjengkelkan. Kinan bahkan tidak berhenti merinding begitu mengingat hal-hal mengerikan yang telah dilakukan pria itu. Berdoa saja, Trian hanya sedang linglung karena ditimbun beban pekerjaan, karena itulah dia bertingkah kesurupan.

  • Menikah untuk Uang   Perilaku Aneh

    "Astaga!" Kinan memekik. Maniknya melotot terkejut tatkala mendapati satu sorot tajam terang-terangan tengah mengawasinya. Perempuan itu baru saja akan bangun. Dia bahkan baru hendak merenggangkan otot-otot tubuhnya, tetapi begitu membuka mata, sosok Trian sudah berbaring miring menghadapnya sembari mengamatinya. Menjauh sedikit, Kinan memejamkan mata saat berkata, "Padahal aku ingin memulai pagi dengan melihat kolam renang ku." Dia menggerutu sembari menggertakkan gigi. "Ish! Kenapa harus mukamu yang pertama kulihat," ujarnya, tanpa dosa. Trian tersenyum miring. Posisinya masih sama, dan tampaknya pria itu tidak berniat mengubahnya dalam waktu dekat. Begitu mendapati Kinan hendak bangkit dari pembaringan, dia menahannya dan menariknya kembali untuk terbaring. Trian mengabaikan saat Kinan melotot ke arahnya. Lelaki itu tidak akan terpengaruh dengan raut wajah Kinan yang hendak memarahinya. Toh, wajah p

  • Menikah untuk Uang   Harus Bagaimana?

    Sejak pagi ketegangan melanda suasana kantor. Tidak ada pergerakan lain selain hilir mudik para pekerja yang bergerak menjalankan tugas. Nyatanya, hal ini sudah berlangsung selama beberapa hari belakangan. Selepas dari Bali, mendadak penjualan produk menurun drastis. Timbulnya artikel dan pemberitaan mengenai minuman sehat yang Eco.T. Grup kelola memiliki kandungan berbahaya, memaksa penarikan barang secara besar-besaran. Kendati masalah dengan kepolisian sudah berhasil ditangani. Tetapi, kerugian besar yang tak terelakkan tidak bisa ditarik ulang. Rugi tetaplah rugi. Mengingat bagaimana jayanya perusahaan besar itu, beberapa pesaing tentu akan menjatuhkan. Meski artikel itu hanyalah salah satu akalan musuh, tetapi dia berhasil menimbulkan kerugian besar di pihak Trian. Bukan main peningnya kepala pria itu. Tetapi berkat kemampuannya, dibantu para pekerja handal yang kepercayaannya tak perlu diintip, T

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status