Tap... Tap... Tap...
Langkah kaki Jay, mulai memasuki kantor polisi. Sebelumnya, Jay sudah membuat janji untuk menemui Grace.
Waktu untuk bertemu dengan tahanan sangat terbatas. Jay harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk memprovokasi Grace supaya buka mulut perihal orang yang mendukungnya dari belakang.
"Silahkan, Tuan Jay!"
"Terimakasih!"
Sudah ada Grace yang dikeluarkan dari jeruji besi untuk bertemu Jay. Tangan diborgol, pakaiannya yang tidak serapih dulu, juga wajahnya yang lesu.
"Apa kabar, Grace? Bagaimana rasanya bertemu denganku dengan posisi kita yang berbeda? Apa kau masih merasa sombong?" ucap Jay.
"Untuk apa kau datang? Sialan! Kau mendekatiku hanya untuk menjebakku?" teriak Grace dengan sangat marah.
Jay menanggapi Grace dengan ramah namun tatapan Jay menunjukkan kepuasan tentang kehancuran Grace.
Hallo reader semuanya! Jangan lupa mampir dikarya keduaku ya... Judulnya... My possessive ceo... terimakasih!
Hari persidangan pertama untuk Grace dengan beberapa tuduhan, yaitu kasus pembunuhan, kasus pembunuhan berencana, penyuapan, kekerasan dan juga pencemaran nama baik."Jay, mungkin saja mereka...""Papa, semua sudah selesai sesuai rencanaku. Kalian tidak perlu khawatirkan hal itu lagi.""Kamu terlihat gelisah. Ada apa, Jay?" tanya Nyonya Luna."Aku sedang menunggu kabar dari Rasya.""Semoga berhasil!" ucap Tuan Alrecha."Ma, aku titip Kaira!" Jay pergi. Dia menitipkan Kaira untuk dijaga oleh keluarganya. Masih ada satu tugas lagi untuk memberantas Grace bersama para pendukungnya. &nbs
Tuan Ace, Nyonya Ace, dan beberapa orang lainnya sudahdiringkus oleh polisi dengan bukti detail dan langsung menjadi tersangka, bukan menjadi saksi atau semacamnya. "Aku menang!" gumam Jay. "Bajingan! Jelaskan padaku sebelum aku menghajarmu!" teriak Tuan Ace. "Pak Polisi, tahan sebentar!" ucap Jay. Tap... Tap... Tap... Jay mendekati Tuan Ace. "Tanyakan pada Putrimu!" bisik Jay. "Sialan! Aku akan menghancurkanmu, bajingan!" Tubuh Tuan Ace sudah lenyap diseret paksa oleh polisi. Jay tersenyum menatap mereka yang meronta-ronta dan menatap Jay dengan kebencian. Kaira memijat pundak Jay. "Pasti sangat lelah," ucap Kaira. "Aku sedang senang. Apa Istriku sedang menggodaku?" lirik Jay dengan pesonanya yang teramat manis. "Si--siapa?" ucap Kaira gugup. Jay mengusap ujung kepala Kaira. "Aku c
Jay memakai pakaian santai. Celana pendek dan juga kaos berwarna putih. Dia mengajak Kaira pergi, entah ke mana tujuannya."Kita mau ke mana?" tanya Kaira."Sudah! Ikut saja!" Kaira masuk ke dalam mobil. Rumah juga sudah sepi sejak pagi. Tidak ada Nyonya Luna atau Tuan Alrecha. Rasya menginjak pedal gas mobil yang dia kemudi. Kaira mengernyitkan keningnya melihat Rasya yang berpenampilan lebih rapi dari biasanya."Eh, Rasya mau kencan?" tanya Kaira tiba-tiba."Uhuk... Uhuk... Uhuk... Si--siapa yang mau kencan?" Rasya sampai tersedak mendengarnya."Kaira, Rasya harus lembur.""Kenapa harus mengantar kita?" tanya Kaira."Diam atau aku akan menciummu di sini," ancam Jay."Cih... Licik!" Mobil mereka berhenti disebuah butik. Butik ternama yang tentunya dengan harga dan desainer bukan main-main."Kita sudah sa
Sudah 5 bulan berlalu. Mereka menikmati hidup tanpa hambatan. Kaira menikmati gelar menjadi Nyonya Jay, dan Jay menunjukkan rasa cintanya pada Kaira."Sayang, ambil barang dulu di butik, ya," ucap Jay."Iya, Bapak kepala keluarga," jawab Kaira. Hari ini jadwal Kaira memeriksakan kandungan. Kandunganya sudah berusia 7 bulan. Kandungan yang sehat karena mendapatkan perhatian dari semua pihak.Brummm... Brummm... Brummm... Jay mengendarai mobilnya dengan hati-hati. Pelan-pelan namun pasti. Jay harus mengambil barang-barang yang sudah Nyonya Luna pesan untuk persiapan menyambut cucunya."Apa kalau aku melahirkan anak perempuan, kamu akan marah?" tanya Kaira. Jay mengusap kepala Kaira. "Kamu ini bicara apa? Bukankah sama saja, mau laki-laki atau perempuan?" ucap Jay. Jawaban yang cukup menenangkan hati. Mereka berdu
Jay merasa sangat senang setelah pulang dinas. Dia harus berpisah dengan Kaira dan juga Adira Franziella J, Putrinya. Zeil sedang bermain bersama Kaira. Jay sengaja pulang tidak memberi kabar. Jay sudah membawa boneka dan juga buket bunga sebagai hadiah."Ayo, sayang! Cuci tangan dulu," ucap Kaira setelah mereka kembali. Anak kecil berumur 1,5 tahun yang sedang dituntun oleh Kaira, langsung menuruti ucapan Kaira untuk mencuci tangan dan kakinya."Yeyyyy! Ziel pinter," ucap Kaira. Jay diam-diam mengintip dari balik pintu kamar. Kaira membawa Ziel ke dalam kamarnya."Sekarang, Ziel harus bobok, ya!" Jay langsung bergegas membersihkan dirinya. Kata rindu yang belum terucap, langsung disambut bahagia ketika m
Kaira menunjukkan sebuah tiket liburan yang dia siapkan. Jay yang sedang cemburu pada Putrinya sendiri, bisa dibujuk hanya dengan selembar tiket honeymoon. Jay membawa Ziel ke zoo. Dia memang Suami dan Ayah yang baik. Wanita manapun, pasti akan mendambakan pria seperti Jay. Tampan, mapan, dan penuh dengan kasih sayang."Sayang, kamu lihat apa?" tanya Jay."Aku kaya lihat Keysana barusan," jawab Kaira sembaru celingak-celinguk melihat sekeliling."Keysana siapa?" tanya Jay."Pengantin asli." Jay mengecup kening Kaira. "Tidak ada pengantin asli atau pengganti. Aku memilikimu juga sudah cukup," ucap Jay."Ajak Ziel istirahat dulu. Aku mau beli camilan untuk Ziel.""Iya. Jangan lama, ya." Jay menggendong Ziel untuk berjaga-jaga supaya tidak hilang kalau Jay sedang meleng. Kaira membeli makanan dan juga minuman. Disebelahnya
Sudah 5 tahun usia pernikahan antara Jay dan Kaira. Mereka berdua melewati hari-hari penuh kesederhanaan. Ziel juga sudah sudah mulai sekolah. Mereka sudah menempati rumah yang Jay beli. Jay sibuk dengan bisnisnya yang sedang melesat tinggi, sedangkan Kaira sibuk dengan mendidik Ziel. Sering kali Kaira masih kesulitan untuk mengimbangi kehidupan kelas atas Jay, namun Jay dengan sabar mendampinginya. Jay selalu saja pergi untuk dinas. Dia begitu sibuk sampai waktu bersama anak dan Istrinya berkurang. Namun, hal itu membuat jeda rindu dan cinta mereka yang saling meluap. "Mama, Papa tidak jemput kita lagi?" "Sayang, mungkin Papa sibuk. Ziel pulang sama Mama, ya?" Kaira selalu menjelaskan dengan kelembutan tutur katanya. Mereka saling percaya meski Jay tak selalu bisa menepati janjinya. "Iya, Ma!" jawab Ziel.
Ceklek... Jay sudah kembali ke dalam kamar. Wajahnya begitu lesu. Kaira sudah tahu apa alasan dibalik ekspresi Jay yang kusut."Kenapa? Ziel masih marah?" tanya Kaira."Bukan tapi Ziel sudah tidur." Jay merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Kaira sedang membuat tubuhnya sewangi mungkin dengan lingerine sexy yang dia pakai."Aku mandi dulu. Jangan tidur," bisik Jay."Iya. Sana cepat mandi." Kaira mematikan lampu dan menggantinya dengan penerang remang-remang. Sering kali berjauhan membuat cinta mereka semakin besar. Jay tidak akan membuang waktu lebih lama lagi. Dia menyudahi ritual mandinya dan memeluk Kaira. Rambutnya yang masih basah, airnya menetes membasahi tubuh Kaira. Sensasi dari tetesan air dingin, juga wangi dari Jay, ditambah lagi dengan nafas Jay yang menggebu-gebu, membuat gairah