Sudah 5 bulan berlalu. Mereka menikmati hidup tanpa hambatan. Kaira menikmati gelar menjadi Nyonya Jay, dan Jay menunjukkan rasa cintanya pada Kaira.
"Sayang, ambil barang dulu di butik, ya," ucap Jay.
"Iya, Bapak kepala keluarga," jawab Kaira.
Hari ini jadwal Kaira memeriksakan kandungan. Kandunganya sudah berusia 7 bulan. Kandungan yang sehat karena mendapatkan perhatian dari semua pihak.
Brummm... Brummm... Brummm...
Jay mengendarai mobilnya dengan hati-hati. Pelan-pelan namun pasti. Jay harus mengambil barang-barang yang sudah Nyonya Luna pesan untuk persiapan menyambut cucunya.
"Apa kalau aku melahirkan anak perempuan, kamu akan marah?" tanya Kaira.
Jay mengusap kepala Kaira. "Kamu ini bicara apa? Bukankah sama saja, mau laki-laki atau perempuan?" ucap Jay.
Jawaban yang cukup menenangkan hati. Mereka berdu
Jay merasa sangat senang setelah pulang dinas. Dia harus berpisah dengan Kaira dan juga Adira Franziella J, Putrinya. Zeil sedang bermain bersama Kaira. Jay sengaja pulang tidak memberi kabar. Jay sudah membawa boneka dan juga buket bunga sebagai hadiah."Ayo, sayang! Cuci tangan dulu," ucap Kaira setelah mereka kembali. Anak kecil berumur 1,5 tahun yang sedang dituntun oleh Kaira, langsung menuruti ucapan Kaira untuk mencuci tangan dan kakinya."Yeyyyy! Ziel pinter," ucap Kaira. Jay diam-diam mengintip dari balik pintu kamar. Kaira membawa Ziel ke dalam kamarnya."Sekarang, Ziel harus bobok, ya!" Jay langsung bergegas membersihkan dirinya. Kata rindu yang belum terucap, langsung disambut bahagia ketika m
Kaira menunjukkan sebuah tiket liburan yang dia siapkan. Jay yang sedang cemburu pada Putrinya sendiri, bisa dibujuk hanya dengan selembar tiket honeymoon. Jay membawa Ziel ke zoo. Dia memang Suami dan Ayah yang baik. Wanita manapun, pasti akan mendambakan pria seperti Jay. Tampan, mapan, dan penuh dengan kasih sayang."Sayang, kamu lihat apa?" tanya Jay."Aku kaya lihat Keysana barusan," jawab Kaira sembaru celingak-celinguk melihat sekeliling."Keysana siapa?" tanya Jay."Pengantin asli." Jay mengecup kening Kaira. "Tidak ada pengantin asli atau pengganti. Aku memilikimu juga sudah cukup," ucap Jay."Ajak Ziel istirahat dulu. Aku mau beli camilan untuk Ziel.""Iya. Jangan lama, ya." Jay menggendong Ziel untuk berjaga-jaga supaya tidak hilang kalau Jay sedang meleng. Kaira membeli makanan dan juga minuman. Disebelahnya
Sudah 5 tahun usia pernikahan antara Jay dan Kaira. Mereka berdua melewati hari-hari penuh kesederhanaan. Ziel juga sudah sudah mulai sekolah. Mereka sudah menempati rumah yang Jay beli. Jay sibuk dengan bisnisnya yang sedang melesat tinggi, sedangkan Kaira sibuk dengan mendidik Ziel. Sering kali Kaira masih kesulitan untuk mengimbangi kehidupan kelas atas Jay, namun Jay dengan sabar mendampinginya. Jay selalu saja pergi untuk dinas. Dia begitu sibuk sampai waktu bersama anak dan Istrinya berkurang. Namun, hal itu membuat jeda rindu dan cinta mereka yang saling meluap. "Mama, Papa tidak jemput kita lagi?" "Sayang, mungkin Papa sibuk. Ziel pulang sama Mama, ya?" Kaira selalu menjelaskan dengan kelembutan tutur katanya. Mereka saling percaya meski Jay tak selalu bisa menepati janjinya. "Iya, Ma!" jawab Ziel.
Ceklek... Jay sudah kembali ke dalam kamar. Wajahnya begitu lesu. Kaira sudah tahu apa alasan dibalik ekspresi Jay yang kusut."Kenapa? Ziel masih marah?" tanya Kaira."Bukan tapi Ziel sudah tidur." Jay merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Kaira sedang membuat tubuhnya sewangi mungkin dengan lingerine sexy yang dia pakai."Aku mandi dulu. Jangan tidur," bisik Jay."Iya. Sana cepat mandi." Kaira mematikan lampu dan menggantinya dengan penerang remang-remang. Sering kali berjauhan membuat cinta mereka semakin besar. Jay tidak akan membuang waktu lebih lama lagi. Dia menyudahi ritual mandinya dan memeluk Kaira. Rambutnya yang masih basah, airnya menetes membasahi tubuh Kaira. Sensasi dari tetesan air dingin, juga wangi dari Jay, ditambah lagi dengan nafas Jay yang menggebu-gebu, membuat gairah
Jay mematikan ponselnya. Ia menghela nafasnya panjang. Jay tidak jadi pergi. Ia memilih untuk menyusul Kaira yang tidur dengan Putrinya. Saat Jay membuka pintu kamar Ziel, Jay melihat pundak Kaira yang bergerak. Ternyata Kaira diam-diam sedang menangis. Jay memeluk Kaira yang tengah meringkuk memeluk Ziel yang terlelap."Maaf, sayang. Kamu pasti kecewa padaku. Aku tidak akan mengulanginya," kata Jay lirih. Kaira menyingkirkan tangan Jay yang merangkul pinggangnya. "Bukan salahmu." Singkat, padat dan jelas. Itulah jawaban dari Kaira. Kaira tidak pernah menyalahkan Jay meski berulang kali Jay membuatnya kesal. Kaira selalu intropeksi diri sendiri sebelum menyalahkan dari pihak yang lain."Jangan memendamnya," ucap Jay. Kaira beranjak dari tempat tidur Ziel. Kaira membiarkan kata maaf yang terucap dari mulut Jay."Mau ke
Jay mendatangi Rumah Sakit. Ia belum menceritakan hal itu pada Kaira. Sebagai bentuk menghargai privasi korban, Jay harus meminta persetujuan kalau kejadikan itu bisa diceritakan meski Kaira adalah Istrinya. "Rasya, apa dia sudah sadar?" tanya Jay. "Sudah, Tuan. Anda semalam..." "Semalam gawat. Nyonya mengamuk," jawab Jay. Jay masuk. Mendapati wanita yang berparas cantik itu sedang menikmati semangkuk bubur. Lebih tepatnya, menikmati memandangi bubur karena buburnya sama sekali tidak tersentuh. "Selamat pagi, Nona!" sapa Jay. "Apa boleh saya duduk?" imbuhnya. "Silahkan!" Wanita itu memandangi Jay tanpa berkedip. Meski sudah tidak lagi bujangan tapi pesona Jay seperti duda tampan yang jadi rebutan perempuan. "Sebelumnya, saya ingin meminta maaf soal kejadian yang pasti sangat merugikan Anda. Saya harap Nona tidak tersinggung." "Keysa!"
Urusan dengan wanita yang bernama Keysa sudah selesai. Ia sudah keluar dari rumah sakit namun, Jay harus kembali dengannya saat di kantor karena Keysa adalah designer yang ia undang dari Amerika. Seperti biasa, Jay tetap akan profesional dalam urusan pekerjaan mau secantik apapun lawannya."Rasya, kau sudah membantunya pindahan kemarin dengan baik?" tanya Jay."Sudah, Tuan. Semua sesuai perintah Tuan. Saya mencarikan apartement yang tidak jauh dari kantor," jawab Rasya."Penyambutannya bagaimana?""Makan malam seluruh staff," jawab Rasya lagi."Kenapa wajahmu memerah kalau membahasnya? Apa jangan-jangan kau..." tebak Jay dengan asal."Sa--saya kenapa? Hanya perasaan Tuan saja," elak Rasya. Dari ekspresinya, dari senyum tipisnya, wajahnya yang memerah, getaran suaranya, Rasya jatuh cinta dengan wanita yang bernama Keysa. Ja
"Pffffftttttt... Hahahaha..." Kaira mengerutkan alisnya. Ia tidak tahu alasan Keysana tertawa geli seperti itu tapi tawa itu dulunya menjadi obat sepi dan sekarang terasa asing karena bertahun-tahun hilang. "Aku sudah memiliki pujaan hati, Kaira. Mana mungkin aku kembali untuk menggeser posisimu," ucap Keysana. "Sungguh? Kau tidak berbohong?" "Ayo kita ngobrol sebentar." Keysana menarik tangan Kaira. "Mama!" panggil Ziel. Deg... Keysana menghentikan langkahnya. Ia tidak menyadari kehadiran Ziel. Matanya terpaku. Ia ingat dengan seseorang yang pernah temui saat melihat Ziel. "Kaira, dia Putrimu?" tanya Keysana. "Ah! Iya, dia putriku. Sayang, salam dulu sama Tante." Keysana mengusap ujung kepala Ziel dengan penuh kasih dan sayang. "Hei, cantik! Ice creamnya sudah meleleh. Mau Tante belikan yang baru?" tanya Keysana sembari tersenyum.