Home / Fantasi / Menikahi Dewa Iblis / 5. Sayembara Nirwana

Share

5. Sayembara Nirwana

Author: ArenLucu
last update Last Updated: 2025-10-01 20:31:51

Analog jam berbalutkan batu safir Istana Athlana membuat Alena sejenak merasakan perasaan rileks. Hari ini, dia ditinggalkan seorang diri saja di Istana. Alan tadi memberitahunya bahwa Arthur mungkin tidak pulang beberapa hari. Alena tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tapi, Arthur juga tidak mengatakan apapun dan pergi tanpa berpamitan.

"Aku masih tidak mengerti. Sejauh ini, yang kutahu dia menikahiku karena dia tertarik dengan kecantikanku. Namun, kenapa perlakuannya terhadapku seperti biasa saja?" Alena bermonolog.

Reinkarnasi ke-11 Putri Kerajaan Surgawi tersebut, mengitari isi istana. Benar-benar indah. Lantainya terbuat dari marmer berlapis kaca. Banyak vas tanaman yang sepertinya berasal dari berbagai tempat.

"Ibu menikahi Ayah karena dia mencintai Ayah. Putri Kailash dan Raja Bertodo menikah karena memang saling mencintai. Sedangkan aku? Aku tidak mencintai Arthur. Apa Arthur yang mencintaiku?" Alena menduga-duga semuanya sendiri dengan ketidaktahuannya.

"Dengarkan baik-baik, Putri ke-5 Romana. Kau akan tahu, kehidupan yang sebenarnya di dunia ini. Kau akan tahu apa itu kecurangan. Selama ini kau hanya menikmati hidupmu di balik tirai kerajaan Romana. Sedangkan aku, sudah mengetahui berbagai kisah pahit manis di dunia ini. Dan menikahimu adalah bagian dari rencanaku. Kau cukup bekerja sama dengan baik, lalu kau akan memahami bahwa pernikahan ini bukan kecurangan. Aku memang sudah dikenal kejam atau mungkin kau menganggap aku iblis kejam. Tetapi, tanpa kau kenali dunia, kau tidak akan pernah tahu, siapa yang benar-benar kejam di dunia ini."

Itulah kalimat Arthur sebelum Alena akhirnya dibuat tidak sadar.

Sekali lagi Alena coba untuk lebih mengingatnya. Dan lebih memahaminya. *Dan menikahimu adalah bagian dari rencanaku.*

Sebenarnya, tentang apa rencana ini?

Alena benar-benar tidak bisa memahaminya.

Rencana ini apakah sebuah cinta? Atau maksutnya perwujudan cinta dari Arthur? Alena tidak tahu. Dan belum pernah merasakan cinta dari pria yang bukan ayahnya.

"Atau mungkin, rencana pernikahan politik yang melibatkanku? Dia benar-benar tertarik denganku atau hanya... memanfaatkanku?"

Putri Kailash kemarin begitu banyak bercerita tentang kehidupan Arthur. Darah bangsawan dengan sebutan Dewa Iblis itu memiliki ambisi yang begitu besar. Bagaimana jika benar ternyata ini adalah pernikahan politik? Bukankah Alena harus mempersiapkan banyak kemungkinan untuk hal-hal yang mungkin saja mencelakakan dirinya?

Tetapi, Alena harus memahami dulu alur cerita ini.

"Kalau aku dimanfaatkan untuk urusan politiknya, dan secepat ini aku sadar, tentu tidak seru. Kenapa aku tidak memanfaatkan dia juga?" senyum Alena tersungging sinis.

Kini, dia tahu apa yang harus dia lakukan.

*****

Alan merayap rata dengan tanah. Saat ini dia sedang mencoba membidik macan besar di tengah Alam Liar. Dia berniat menjadikan macan itu sebagai santapan makanan.

Sekarang, Arthur tengah berupaya memenangkan sebuah perlombaan berburu dengan hadiah Pelangi Surgawi.

Perlombaan ini diluncurkan oleh kekuatan pencipta 11 Alam semesta, yang sudah disebut sebelumnya sebagai Nirwana.

Konon katanya, siapa yang mendapatkan hadiah itu bebas meminta dua permohonan kepada Nirwana, dan apapun itu Nirwana akan mewujudkannya.

Hadiah sebagus ini, mana mungkin dilewatkan oleh Arthur Kailash?

"Tuan, hamba sudah mendapatkan macannya."

"Untuk apa macan?"

"Untuk dimakan, Tuan. Hamba sangat lapar, apakah Tuan ingin mencoba daging macan?"

Arthur yang semula membelakangi Alan karena sibuk memperhatikan pemandangan dari atas gunung, mencoba berbalik. Melihat lebih detail apa yang baru saja Alan katakan.

Ada macan besar yang sudah tidak lagi bergerak. "Hewan itu bisa dimakan?"

Alan bergeleng. "Tidak tahu tuan, ini pertama kalinya saya ke alam semesta ke-8. Jadi saya tidak tahu hewan ini aman atau tidak untuk manusia seperti saya."

Arthur lumayan takjub dengan Alan. "Jadi untuk apa diburu?"

"Sebelum aku memakannya, aku akan biarkan tikus dari Bumi yang kubawa agar memakannya terlebih dahulu, Tuan."

"Semakin pintar saja kau sekarang."

Alan meringis saja menampilkan gigi-gigi putihnya. Kaki tangan Dewa Iblis itu lalu membakar macan yang diburunya.

Arthur memperhatikan lingkungan yang ada di sekitar tempat ini. Alam Liar. Begitu banyak batu-batu dan pegunungan. Hewan-hewan di sini pun tidak ada yang ramah. Ya, sesuai dengan namanya. Alam Liar, baik dari benda mati hingga mahluk hidup semuanya liar.

Kau tahu liar? Artinya, tidak bertatakrama.

Terutama Naga Sapphire.

Objek perburuan yang sedang disayembarakan oleh Nirwana adalah Naga Sapphire.

Menurut legendanya, Naga Sapphire adalah hewan Alam Liar yang di dalam darahnya terdapat sel-sel obat. Sel-sel obat itu adalah perpaduan darah Naga dan Energi kesaktian dari Raja Abadi. Darah dari Naga Sapphire bisa menjadi obat untuk penyakit yang diidap para pengultivasi kekuatan.

Selain darahnya yang berguna, bisa dibilang, hewan itu sangat sakti, dahulu ketika Raja Abadi masih berada di alam semesta dan belum mengabdi pada Nirwana, Naga Sapphire adalah pengawal setianya.

Namun, semenjak Raja Abadi pergi dari alam semesta, Naga Sapphire mulai mencari jalannya sendiri.

Hewan itu mencoba mengumpulkan kekuatan alam dan bertapa di Kubangan Aurora hingga akhirnya mendapat anugerah kesetaraan kasta dengan Raja Abadi.

Hingga tanpa ada yang bisa mengendalikan Naga Shappire, hewan itu menjadi arogan dan tidak menghargai rekan-rekan di habitatnya.

Jika hal itu terus berlanjut, bukan tidak mungkin Naga Shappire berubah menjadi monster yang semakin tidak bisa dikendalikan.

Itulah yang menyebabkan sayembara ini diluncurkan oleh Nirwana.

Dan sekali lagi, Arthur tidak akan melewatkan keuntungan dari hasil sayembara ini.

"Dagingnya aman dimakan tuan. Bahkan, tikus itu terlihat semakin sakti," kata Alan sumringah ketika melihat reaksi si tikus setelah memakan daging macan buruannya.

"Perhatikanlah lebih jauh!" kata Arthur pula.

Alan dan Arthur memperhatikan reaksi selanjutnya dari si tikus. Tiba-tiba, tikus itu mendadak mengeluarkan sinar galaksi dari matanya. Lalu tubuhnya membesar lima kali lipat. Tikus itu mendadak mengamuk bahkan hampir saja menggigit Alan jika tongkat Raff tidak segera menukiknya dan membuat tikus itu mati.

"Daging itu tidak akan menolong perutmu jadi buang saja, atau tetaplah makan dan kau akan berubah menjadi monster," perintah Arthur selanjutnya.

"Tentu saja hamba tidak ingin menjadi monster tuan."

Arthur lantas menghanguskan sisa daging macan itu dengan kekuatan energi dalamnya sambil memusatkan elemen api sebagai perantaranya. Dalam sekejap, daging itu berubah menjadi debu.

"Terimakasih, Tuan sudah menyelamatkanku."

"Kau selamat karena antisipasi terlebih dahulu, tetapi ada baiknya tikus itu mendapatkan apresiasi."

Arthur melangkah pergi, "Aku akan mencoba melihat apa yang bisa dimakan. Kau diamlah di sini, Raff akan menjagamu."

Tongkat Raff seakan langsung paham dengan perintah sang Tuan, dia langsung melayang dan menancap ke batu di dekat Alan saat ini duduk.

"Apa Tuan tidak apa-apa sendiri?"

"Sebelum ada kau dan Raff aku juga sendiri."

"Baik, Tuan. Hamba akan menunggu di sini. Jika Tuan membutuhkan bantuan, Tuan bisa langsung memanggil hamba."

"Pedulikan dirimu sendiri."

Arthur langsung melajukan kakinya. Dia memang baru pertama kali datang ke alam semesta ke-8 ini. Suasana di Alam ini kurang lebih sama seperti suasana di Bumi. Tempatnya memiliki aura kehidupan dari molekul tanah yang begitu kuat. Hanya saja, penghuni asli alam ini benar-benar murni para hewan-hewan liar dari berbagai alam semesta.

Tidak hanya ada Arthur saja, banyak juga orang lain dari berbagai Alam semesta lain datang ke Alam Liar ini. Di antaranya memang sedang mencari hewan peliharaan atau berburu. Ada juga yang sekedar meneliti. Dan sebagian banyak lainnya, juga mengikuti sayembara seperti Arthur.

Jujur saja, Arthur tidak pernah tertarik dengan hewan. Jadi, sekarang dia hanya melihat-lihat saja banyaknya hewan-hewan berlalu lalang tanpa berniat memburunya. Kecuali jika Naga Sapphire yang lewat, tentu saja Arthur akan langsung menebasnya.

"Halo, Tuan Muda."

Suara itu lembut, seperti suara seorang perempuan yang cantik jelita.

Namun, begitu melihat arah dari sumber suara, Arthur terkejut luar biasa melihat perwujudan dari sang empunya suara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Dewa Iblis   34. Putri Kerajaan Surgawi

    Sedang, di Kerajaan Surgawi, Handryc sudah menyadari bahwa putrinya ternyata hidup dalam tubuh reinkarnasi dari Putri Rosey dan Madrw Antonio di Kerajaan Romana. "Ragna, cepat bawakan utusan Kerajaan. Untuk melindungi Hutan Romana dengan baik. Jangan biarkan, Cathryna terluka di sana," titah Raja, pada Kasim Kerajaan Surgawi. Kasim bernama Ragna itu membungkuk, "hormat Yang Mulia Raja. Tetapi, saat ini Tubuh Reinkarnasi Cathryna tidak berada di sana," terang kasim Ragna. Lantas, Handryc berdiri dari singgasana emasnya, "apa surat dari Tamtama itu benar? Bahwa, putrikj menikah dengan anaknya Bertodo?" tanyanya dengan wajah tanpa ekspresi. Ragna mengangguk, dia menegakkan tubuhnya yang semula terduduk bersimpuh, "benar Yang Mulia. Untuk kabar terbaru, hamba belum mendapatkan informasi lagi. Apakah, Yang Mulia Raja berkehendak untuk mendatangi bumi?" Handryc terdiam. Dia merenungkan beberapa ingatan masalalu, yang membawanya pada masa itu. Saat, pertama kali melihat wujud

  • Menikahi Dewa Iblis   33. Masalah Internal, akan tiga hati.

    Arthur mendatangi penjara di bawah tanahnya. Dua orang terdiam di sana. Sangat terlihat begitu jelas bagaimana keadaan mereka. Sempat iba, tapi dia buang perasaan itu dengan seketika. Kedatangannya pun, tampak mengundang atensi orang yang ada di dalam penjara. Salah satunya Alena, dia masih tertunduk tanpa bergerak sama sekali. Fokus melihat pada jeruji rantainya. Walaupun memang, dia mendengar bahwa Dewa Iblis itu datang. Enggan rasanya untuk melihat. Karena penganiayaan darinya, masih teringat jelas di kepala Alena. "Tuan Arthur, apa kau baik-baik saja?" Suara Alan mengudara, pertama kali ketika ruangan itu sudah berisi tiga orang. "Kau tidak berhak bertanya ataupun berbicara," balas Arthur, akan suara Alan yang menyapa. Alan menoleh sebentar, "ergh," erangnya, karena merasakan rantai itu melukai kulit di lehernya, "hamba benar-benar mengkhawatirkan keadaan Tuan. Sudah lama hamba tak mendampingi Tuan. Tidak tahu apa yang dilakukan oleh Tuan selama hamba tidak mendampingi." A

  • Menikahi Dewa Iblis   32. Dia, juga menderita!

    Alan terkekeh, "tidak apa, Tuan Putri. Hamba mengerti mengapa Tuan Putri mengakuinya." Alena terdiam. Dia melihat kembali pada rantai yang mengikat di tubuhnya. Lalu, terbayang akan segala kejadian silam. Saat dirinya pertama kali bertemu Arthur. Laki-laki yang disebut Dewa Iblis itu tampak samar dan belum Alena ketahui. Namun, sekarang Alena benar-benar mengetahui siapa lelaki itu. Benar-benar cerminan sosok Dewa Iblis. "Sejak kapan kau menjadi pelayannya?" tanya Alena, menghalau segala pikirannya. "Sudah tiga tahun, Tuan Putri. Sejak pertama kali bergabung di tentara prajurit Tuan Arthur." "Tentara prajurit?" ulang Alena. "Hamba dulu sebelum menjadi tangan kanan langsung Tuan Arthur, lebih dulu bekerja sebagai prajurit." Alena mangut-mangut. Dalam pikirnya kembali mengudara. Tentara prajurit? Benar juga, saat masih di Romana banyak sekali tentara prajurit Arthur yang membuat kerusuhan. Itu yang menjadi salah satu penyebab Alena mau menyetujui pernikahan ini. Tapi,

  • Menikahi Dewa Iblis   31. Tindakan Dewa Iblis

    "DIAM ALENA!" Arthur meninju dinding tempat Alena terpojokkan. Dinding itu hancur berkeping. Bersamaan dengan hati Arthur yang terluka. Bersamaan pula dengan hati Alena yang sama terlukanya. Alena memejamkan mata, akibat merasakan pusig yang mendadak menghampiri kepalanya. Perlahan-lahan, pandangannya mengabur. Terus gelap hingga dirinya kehilangan kesadaran. Setelah dinding itu hancur, Arthur memutar arah untuk mencari letak Alan. Orang yang selalu dia anggap sebagai orang terdekatnya itu, kini tengah menatapnya dengan bingung. Arthur langsung saja menyambarnya dengan hantaman tangannya. Membuat Alan lagi-lagi tersungkur jatuh tengkurap. Sudut bibirnya sudah robek, sehingga darah segar mulai menetes dari sana. Alan mendongak, "tuan. Hamba yakin kau sedang diadu-domba. Kau paling mengenal hamba, Tuan. Hamba tidak mungkin menghianatimu," terang Alan mencoba untuk menenangkan tuannya. Namun gagal, kini Arthur sudah menerjangnya lagi. Kaki Dewa Iblis itu menendang kepala

  • Menikahi Dewa Iblis   30. Antara Arthur, Alan dan Alena

    Arthur yang sudah dikuasai oleh kemarahannya tak lagi dapat membendung niat untuk segera kembali ke Athlana. "Kurang ajar kau Alan! Berani-beraninya kau menghianatiku!" rutuk Arthur dari dalam hatinya. DIa segera pergi dari rumah penyihir itu. Tidak memperdulikan Arlin yang berteriak memanggilnya. Bagaimana bisa? Alan melakukan hal ini kepadanya? Dia? Kaki tangan ter-ahlinya? Sudah menusuknya dari belakang? Dari hasil ramalan Audygta, Arthur melihat di meja ramal. Terlihat jelas Alan dan Alena sedang berhubungan badan. Mengakibatkan jantung Arthur tertohok begitu dalam. Dia tidak menyangka, Alan akan melakukan hal seperti ini padanya, setelah selama ini mereka beriringan dalam berbagai misi. Rasanya sakit. Apalagi, jika itu perihal Alena. "Alena?" "Kenapa kau melakukan ini padaku di saat aku mulai mencintaimu?" "Kenapa kau benar-benar berselingkuh dengan Alan?" Langkah kakinya kemudian semakin tegap. Sekarang, kalut di pikirannya semakin penuh. Semua terisi atas k

  • Menikahi Dewa Iblis   29. Alan, tokoh pemantik cerita

    Di belahan Dunia Iblis, kini Arthur masih bersama Arlin. Belum usai teka-teki dari Arlin untuk membuat Arthur mendapatkan jawabannya. Arlin malah terus mengulur waktu. Hingga hari ini, Arthur sama sekali belum bertemu peramal itu. Merasa konyol dengan kegiatan di rumah Arlin ini, mulai membuat Arthur jengah. "ARLIN!" teriak Arthur memanggil wanita itu. Dengan tergopoh, Arlin mendatangi, "ada apa, Arthur kenapa berteriak?" "Sudah cukup kau mengulur waktuku?" tajam Arthur, "cepat sekarang pertemukan aku dengan peramal yang kau katakan!" Arlin merendahkan diri, terduduk bersandar pada kaki Arthut, "tunggulah dulu, Arthur,' katanya melembut, "kau sudah berjanji untuk menemui anak kita dulu. Dia sedang perjalanan kemari, setelah itu aku benar-benar akan membawamu pada peramal itu." Arthur menyibak tubuh Arlin yang bersandar di kakinya, "aku tidak peduli! Cepat pertemukan aku, atau aku akan membuka dinding persembunyian tongkat Raff dan Alan bisa menemukanku. Lebih baik aku memer

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status