Analog jam berbalutkan batu safir Istana Athlana membuat Alena sejenak merasakan perasaan rileks. Hari ini, dia ditinggalkan seorang diri saja di Istana. Alan tadi memberitahunya bahwa Arthur mungkin tidak pulang beberapa hari. Alena tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tapi, Arthur juga tidak mengatakan apapun dan pergi tanpa berpamitan.
"Aku masih tidak mengerti. Sejauh ini, yang kutahu dia menikahiku karena dia tertarik dengan kecantikanku. Namun, kenapa perlakuannya terhadapku seperti biasa saja?" Alena bermonolog. Reinkarnasi ke-11 Putri Kerajaan Surgawi tersebut, mengitari isi istana. Benar-benar indah. Lantainya terbuat dari marmer berlapis kaca. Banyak vas tanaman yang sepertinya berasal dari berbagai tempat. "Ibu menikahi Ayah karena dia mencintai Ayah. Putri Kailash dan Raja Bertodo menikah karena memang saling mencintai. Sedangkan aku? Aku tidak mencintai Arthur. Apa Arthur yang mencintaiku?" Alena menduga-duga semuanya sendiri dengan ketidaktahuannya. "Dengarkan baik-baik, Putri ke-5 Romana. Kau akan tahu, kehidupan yang sebenarnya di dunia ini. Kau akan tahu apa itu kecurangan. Selama ini kau hanya menikmati hidupmu di balik tirai kerajaan Romana. Sedangkan aku, sudah mengetahui berbagai kisah pahit manis di dunia ini. Dan menikahimu adalah bagian dari rencanaku. Kau cukup bekerja sama dengan baik, lalu kau akan memahami bahwa pernikahan ini bukan kecurangan. Aku memang sudah dikenal kejam atau mungkin kau menganggap aku iblis kejam. Tetapi, tanpa kau kenali dunia, kau tidak akan pernah tahu, siapa yang benar-benar kejam di dunia ini." Itulah kalimat Arthur sebelum Alena akhirnya dibuat tidak sadar. Sekali lagi Alena coba untuk lebih mengingatnya. Dan lebih memahaminya. *Dan menikahimu adalah bagian dari rencanaku.* Sebenarnya, tentang apa rencana ini? Alena benar-benar tidak bisa memahaminya. Rencana ini apakah sebuah cinta? Atau maksutnya perwujudan cinta dari Arthur? Alena tidak tahu. Dan belum pernah merasakan cinta dari pria yang bukan ayahnya. "Atau mungkin, rencana pernikahan politik yang melibatkanku? Dia benar-benar tertarik denganku atau hanya... memanfaatkanku?" Putri Kailash kemarin begitu banyak bercerita tentang kehidupan Arthur. Darah bangsawan dengan sebutan Dewa Iblis itu memiliki ambisi yang begitu besar. Bagaimana jika benar ternyata ini adalah pernikahan politik? Bukankah Alena harus mempersiapkan banyak kemungkinan untuk hal-hal yang mungkin saja mencelakakan dirinya? Tetapi, Alena harus memahami dulu alur cerita ini. "Kalau aku dimanfaatkan untuk urusan politiknya, dan secepat ini aku sadar, tentu tidak seru. Kenapa aku tidak memanfaatkan dia juga?" senyum Alena tersungging sinis. Kini, dia tahu apa yang harus dia lakukan. ***** Alan merayap rata dengan tanah. Saat ini dia sedang mencoba membidik macan besar di tengah Alam Liar. Dia berniat menjadikan macan itu sebagai santapan makanan. Sekarang, Arthur tengah berupaya memenangkan sebuah perlombaan berburu dengan hadiah Pelangi Surgawi. Perlombaan ini diluncurkan oleh kekuatan pencipta 11 Alam semesta, yang sudah disebut sebelumnya sebagai Nirwana. Konon katanya, siapa yang mendapatkan hadiah itu bebas meminta dua permohonan kepada Nirwana, dan apapun itu Nirwana akan mewujudkannya. Hadiah sebagus ini, mana mungkin dilewatkan oleh Arthur Kailash? "Tuan, hamba sudah mendapatkan macannya." "Untuk apa macan?" "Untuk dimakan, Tuan. Hamba sangat lapar, apakah Tuan ingin mencoba daging macan?" Arthur yang semula membelakangi Alan karena sibuk memperhatikan pemandangan dari atas gunung, mencoba berbalik. Melihat lebih detail apa yang baru saja Alan katakan. Ada macan besar yang sudah tidak lagi bergerak. "Hewan itu bisa dimakan?" Alan bergeleng. "Tidak tahu tuan, ini pertama kalinya saya ke alam semesta ke-8. Jadi saya tidak tahu hewan ini aman atau tidak untuk manusia seperti saya." Arthur lumayan takjub dengan Alan. "Jadi untuk apa diburu?" "Sebelum aku memakannya, aku akan biarkan tikus dari Bumi yang kubawa agar memakannya terlebih dahulu, Tuan." "Semakin pintar saja kau sekarang." Alan meringis saja menampilkan gigi-gigi putihnya. Kaki tangan Dewa Iblis itu lalu membakar macan yang diburunya. Arthur memperhatikan lingkungan yang ada di sekitar tempat ini. Alam Liar. Begitu banyak batu-batu dan pegunungan. Hewan-hewan di sini pun tidak ada yang ramah. Ya, sesuai dengan namanya. Alam Liar, baik dari benda mati hingga mahluk hidup semuanya liar. Kau tahu liar? Artinya, tidak bertatakrama. Terutama Naga Sapphire. Objek perburuan yang sedang disayembarakan oleh Nirwana adalah Naga Sapphire. Menurut legendanya, Naga Sapphire adalah hewan Alam Liar yang di dalam darahnya terdapat sel-sel obat. Sel-sel obat itu adalah perpaduan darah Naga dan Energi kesaktian dari Raja Abadi. Darah dari Naga Sapphire bisa menjadi obat untuk penyakit yang diidap para pengultivasi kekuatan. Selain darahnya yang berguna, bisa dibilang, hewan itu sangat sakti, dahulu ketika Raja Abadi masih berada di alam semesta dan belum mengabdi pada Nirwana, Naga Sapphire adalah pengawal setianya. Namun, semenjak Raja Abadi pergi dari alam semesta, Naga Sapphire mulai mencari jalannya sendiri. Hewan itu mencoba mengumpulkan kekuatan alam dan bertapa di Kubangan Aurora hingga akhirnya mendapat anugerah kesetaraan kasta dengan Raja Abadi. Hingga tanpa ada yang bisa mengendalikan Naga Shappire, hewan itu menjadi arogan dan tidak menghargai rekan-rekan di habitatnya. Jika hal itu terus berlanjut, bukan tidak mungkin Naga Shappire berubah menjadi monster yang semakin tidak bisa dikendalikan. Itulah yang menyebabkan sayembara ini diluncurkan oleh Nirwana. Dan sekali lagi, Arthur tidak akan melewatkan keuntungan dari hasil sayembara ini. "Dagingnya aman dimakan tuan. Bahkan, tikus itu terlihat semakin sakti," kata Alan sumringah ketika melihat reaksi si tikus setelah memakan daging macan buruannya. "Perhatikanlah lebih jauh!" kata Arthur pula. Alan dan Arthur memperhatikan reaksi selanjutnya dari si tikus. Tiba-tiba, tikus itu mendadak mengeluarkan sinar galaksi dari matanya. Lalu tubuhnya membesar lima kali lipat. Tikus itu mendadak mengamuk bahkan hampir saja menggigit Alan jika tongkat Raff tidak segera menukiknya dan membuat tikus itu mati. "Daging itu tidak akan menolong perutmu jadi buang saja, atau tetaplah makan dan kau akan berubah menjadi monster," perintah Arthur selanjutnya. "Tentu saja hamba tidak ingin menjadi monster tuan." Arthur lantas menghanguskan sisa daging macan itu dengan kekuatan energi dalamnya sambil memusatkan elemen api sebagai perantaranya. Dalam sekejap, daging itu berubah menjadi debu. "Terimakasih, Tuan sudah menyelamatkanku." "Kau selamat karena antisipasi terlebih dahulu, tetapi ada baiknya tikus itu mendapatkan apresiasi." Arthur melangkah pergi, "Aku akan mencoba melihat apa yang bisa dimakan. Kau diamlah di sini, Raff akan menjagamu." Tongkat Raff seakan langsung paham dengan perintah sang Tuan, dia langsung melayang dan menancap ke batu di dekat Alan saat ini duduk. "Apa Tuan tidak apa-apa sendiri?" "Sebelum ada kau dan Raff aku juga sendiri." "Baik, Tuan. Hamba akan menunggu di sini. Jika Tuan membutuhkan bantuan, Tuan bisa langsung memanggil hamba." "Pedulikan dirimu sendiri." Arthur langsung melajukan kakinya. Dia memang baru pertama kali datang ke alam semesta ke-8 ini. Suasana di Alam ini kurang lebih sama seperti suasana di Bumi. Tempatnya memiliki aura kehidupan dari molekul tanah yang begitu kuat. Hanya saja, penghuni asli alam ini benar-benar murni para hewan-hewan liar dari berbagai alam semesta. Tidak hanya ada Arthur saja, banyak juga orang lain dari berbagai Alam semesta lain datang ke Alam Liar ini. Di antaranya memang sedang mencari hewan peliharaan atau berburu. Ada juga yang sekedar meneliti. Dan sebagian banyak lainnya, juga mengikuti sayembara seperti Arthur. Jujur saja, Arthur tidak pernah tertarik dengan hewan. Jadi, sekarang dia hanya melihat-lihat saja banyaknya hewan-hewan berlalu lalang tanpa berniat memburunya. Kecuali jika Naga Sapphire yang lewat, tentu saja Arthur akan langsung menebasnya. "Halo, Tuan Muda." Suara itu lembut, seperti suara seorang perempuan yang cantik jelita. Namun, begitu melihat arah dari sumber suara, Arthur terkejut luar biasa melihat perwujudan dari sang empunya suara.Hari ini, Alena memasak begitu banyak sajian makanan. Meski dia seorang Putri Raja, keahlian memasaknya tidak ketinggalan. Alena suka belajar beberapa masakan di dapur istana ketika dulu dia bosan. Yah, akhirnya, dia lumayan suka dengan kegiatan masak-memasak. Apalagi, setelah dua hari ditinggal pergi di istana sebesar ini sendirian, Alena juga sangat bingung saking tidak punya teman. Ibu mertuanya juga sudah pulang ke Dunia Iblis. Ngomong-ngomong ibu mertua, Alena jadi teringat lagi tentang kisah hidup Arthur yang panjang dan sangat rumit itu. Membuat dia bergidik. "Ya namanya ibu, pasti menceritakan sisi baik anaknya. Tetapi, aku sebagai wanita yang bersandingan dengan iblis keturunan surgawi sepertinya tidak boleh terlena dengan cerita-cerita sedih itu," ucapnya seorang diri. Alena memang jadi tahu bagaimana cerita hidup pria yang dijuluki Dewa Iblis itu. Tetapi, cerita hanyalah cerita. Fakta yang bisa dia terima tentang kebenaran Arthur sebagai putra kandung Raja Bertodo
Mahkota yang mengambang di atas kepala hewan itu membuat Arthur tersentak. Jika tidak salah, itu adalah mahkota milik Raja Abadi sebelum Raja Abadi resmi pergi dari Alam Semesta. "Apa kau Naga Shappire?" Raungan menggelegar langsung terdengar. Hewan itu memiliki wujud yang begitu besar, tubuhnya panjang seperti ular, namun memiliki kaki serta tonjolan taring di punggung sisiknya. Hewan itu terbang tanpa bantuan sayap dan memiliki wajah Naga bermahkotakan mahkota milik Raja Abadi. Sorot mata hewan itu dipenuhi dengan sirat elemen api. "Benar. Aku adalah Naga Shappire! Kau datang kesini karena mengikuti sayembara itu bukan?" "Tentu saja." Naga Shappire tertawa licik sambil memutari Arthur, "Aku merasakan bau darah Raja Abadi darimu," ucapnya kemudian. "Aku adalah keturunannya. Keturunan dari tuanmu dulu." "Cih. Sekarang aku sudah tidak punya tuan. Apa gunanya mengungkit masalalu," decih sang naga. "Kau tidak perlu banyak bicara. Mari lakukan pertarungan, dan segeralah t
Analog jam berbalutkan batu safir Istana Athlana membuat Alena sejenak merasakan perasaan rileks. Hari ini, dia ditinggalkan seorang diri saja di Istana. Alan tadi memberitahunya bahwa Arthur mungkin tidak pulang beberapa hari. Alena tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tapi, Arthur juga tidak mengatakan apapun dan pergi tanpa berpamitan. "Aku masih tidak mengerti. Sejauh ini, yang kutahu dia menikahiku karena dia tertarik dengan kecantikanku. Namun, kenapa perlakuannya terhadapku seperti biasa saja?" Alena bermonolog. Reinkarnasi ke-11 Putri Kerajaan Surgawi tersebut, mengitari isi istana. Benar-benar indah. Lantainya terbuat dari marmer berlapis kaca. Banyak vas tanaman yang sepertinya berasal dari berbagai tempat. "Ibu menikahi Ayah karena dia mencintai Ayah. Putri Kailash dan Raja Bertodo menikah karena memang saling mencintai. Sedangkan aku? Aku tidak mencintai Arthur. Apa Arthur yang mencintaiku?" Alena menduga-duga semuanya sendiri dengan ketidaktahuannya. "Dengarkan bai
Alena merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya. Perlahan kelopak matanya terbuka. Langit-langit kamar mulai terlihat. Biru pekat, membuatnya sedikit legah. "Akhirnya sadar." Alena mendongak, dia mendapati keberadaan Arthur berdiri tegak. "Ambilkan aku kismis." Namun Arthur hanya diam saja. "Aku tau kau tidak tuli. Cepat ambilkan aku kismis." "Aku tidak punya kewajiban melayanimu." Alena diam. Dia memalingkan wajahnya. Terbiasa hidup di Romana dengan segudang pelayan, dia kira dirinya masih di istananya sendiri. "Atap biru pekat itu persis atap yang ada di kamarku. Kukira kau pelayan." Arthur menghela napas. "Ada bubur yang Ibu buatkan. Aku diminta menyuapkannya padamu." Alena membelalak, sontak dia semangat untuk duduk dari baringnya. "Benarkah? Di mana ibuku?" "Ibuku. Di tempat ini orangmu tidak bisa datang dan tidak kuijinkan datang." Seketika itu juga Alena langsung terbaring lagi. "Cepat segera makan bubur ini. Kau bukan iblis sepertiku yang tahan penyaki
Pernikahan antara Arthur Kailash dan Alena Caitlyna Meijer telah dilaksanakan. Kini, Alena adalah istri sah dari sang Dewa Iblis. Sejak saat itu juga, Alena telah berpisah dengan keluarganya di Kerajaan Romana. Dia saat ini berada di Istana, yang Arthur berikan kepadanya dengan nama Mansion Athlana. Istana ini dibangun dengan sembilan puluh sembilan persen material emas murni. Mutiara begitu banyak di mana-mana. Ornamen permata warna-warni juga tergantung apik di sisi-sisi lampu istana. Sangat indah, membuat Alena takjub. Padahal, Alena belum memasuki istana itu, namun rasanya kemewahan sudah terasa sangat pekat. Arthur Kailash mempersiapkan Istana yang begitu megah itu, memang khusus untuk tempat tinggal Alena. Bagaimanapun juga, perempuan itu sudah menjadi istrinya. Meski dikenal sebagai Dewa Iblis yang kejam dan bengis di dunia perang, namun faktanya Arthur adalah orang yang menghormati perempuan. Karena dia terlahir dari perempuan. Fakta bahwa Alena adalah reinkarnasi dar
"Putri Alena, Dewa Iblis sudah menunggu di Kastil Cendana," ucap dayang Istana Kerajaan Romana. Alena menyisir rambutnya yang sangat indah dan lembut serta penuh dengan semerbak wangi Jasmine. Lalu, dia menatap dayang yang baru saja menyampaikan kabar tersebut melalui pantulan cermin riasnya,"apa dia membawa pasukan?" "Tidak, Tuan Putri. Dewa Iblis hanya sendiri." "Baik. Pergilah. Katakan padanya, aku akan segera menemuinya." "Baik, Tuan Putri. Hamba mohon pamit." Gemericik perhiasannya berbunyi ketika Alena berdiri dari kursi riasnya. Dia menatap kembali penampilannya. Manik-manik bunga Tulip terpasang indah di gaun birunya. Berlian blue fire di rambutnya juga terpasang begitu indah. Alena Caitlyna Meijer, adalah bidadari dalam wujud manusia yang tidak bisa dipungkiri lagi kecantikannya. Di antara ke-9 Putri Raja Antonio, Putri Alena adalah putri yang tercantik. Sehingga sang Raja sangat menyayanginya. "Apalah gunanya menjadi seindah ini? Jika harus menikah dengan ibli