LOGINAlena merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya. Perlahan kelopak matanya terbuka. Langit-langit kamar mulai terlihat. Biru pekat, membuatnya sedikit legah.
"Akhirnya sadar." Alena mendongak, dia mendapati keberadaan Arthur berdiri tegak. "Ambilkan aku kismis." Namun Arthur hanya diam saja. "Aku tau kau tidak tuli. Cepat ambilkan aku kismis." "Aku tidak punya kewajiban melayanimu." Alena diam. Dia memalingkan wajahnya. Terbiasa hidup di Romana dengan segudang pelayan, dia kira dirinya masih di istananya sendiri. "Atap biru pekat itu persis atap yang ada di kamarku. Kukira kau pelayan." Arthur menghela napas. "Ada bubur yang Ibu buatkan. Aku diminta menyuapkannya padamu." Alena membelalak, sontak dia semangat untuk duduk dari baringnya. "Benarkah? Di mana ibuku?" "Ibuku. Di tempat ini orangmu tidak bisa datang dan tidak kuijinkan datang." Seketika itu juga Alena langsung terbaring lagi. "Cepat segera makan bubur ini. Kau bukan iblis sepertiku yang tahan penyakit." "Cih." "Sopanlah sedikit." "Lalu untuk apa kau harus kebingungan karena luka pedang dari ayahku? Kau itu tidak tahan penyakit!" Arthur tidak menanggapi pertanyaan dan pernyataan yang beraroma sindiran dari Alena untuknya. Dia lebih fokus pada bubur yang sudah dibuatkan oleh Putri Kailash, ibundanya. Ya, sesuai dengan permintaan tolong dari Raja Bertodo, Putri Kailash datang ke dunia manusia untuk membantu Putra kandungnya. Dan begitu sampai, Putri Kailash prihatin dengan kondisi Alena sehingga membuatkan bubur pereda demam khusus untuk Alena. "Segera konsumsi. Jangan sia-siakan usaha ibuku." Arthur meletakkan mangkuk gerabah berisi bubur hangat berwarna hijau itu di samping nakas ranjang kamar Alena. Lalu dia langsung pergi, tidak peduli Alena akan memakannya atau tidak. Setelah memastikan Arthur keluar dari kamarnya, Alena menatap mangkuk itu. Perutnya memang lapar. Dan benar yang Arthur katakan, menurutnya dia hanya manusia biasa bukan Iblis seperti Arthur. Tentu saja tidak akan hidup jika tidak makan. Ya sudah, Alena akan memakannya. "Apa aku mengganggumu?" Alena terkejut di tengah makannya. Seorang perempuan dengan wajah yang cantik dengan perawakan elegan serba merah itu, tiba-tiba saja memasuki kamarnya. "Jangan bingung begitu. Lanjutkan saja makanmu. Aku bukan orang jahat. Aku ibunya Arthur." Alena tersedak. Putri Kailash ikut kaget sedikit, buru-buru dia mengelus tengkuk Alena agar sedakan Alena tidak semakin parah. Dan perlahan, Alena mulai bisa mengatur napasnya. "I-ibu, Dewa Ib-, Ibu Arthur?" tanya Alena pelan. Putri Kailash mengangguk sambil tersenyum. "Boleh aku duduk?" Alena mengangguk. Putri Kailash lalu duduk dengan hati-hati di sisi kanan ranjang Alena. "Aku diminta suamiku datang untuk mengurus Arthur. Aku cukup terkejut anakku tiba tiba menikah dengan Putri Raja yang sangat cantik sepertimu Alena." Alena mulai kikuk dengan suasana saat ini. Kikuk karena melihat seseorang yang begitu cantik dan berkharisma. Ditambah kikuk lagi, ketika tahu seseorang tersebut ternyata adalah mertuanya. "Maaf Nona, aku tidak sopan tidak menyambut di depan istana." Putri Kailash terkekeh kecil. "Jangan polos begitu, Alena. Aku tahu siapa ibumu, dulu dia temanku. Panggil saja aku Ibu, karena kau adalah istri sah anakku." "Ibu..." "Ibu datang kesini, tidak hanya untuk mengurus anak tunggal ibu itu. Tetapi, juga ingin memberitahukan bagaimana kehidupan putraku." "Kehidupan Arthur?" "Benar. Kehidupan Arthur Kailash. Sang Dewa Iblis. Kamu tertarik mendengarnya?" Alena tersenyum canggung. "Aku minta maaf Ibu. Aku tidak mencintai Arthur. Tetapi, untuk mengetahui siapa sebenarnya suamiku, aku mau mendengarkan cerita ibu." "Cerita ini akan sedikit panjang. Kau benar benar mau dengar?" Alena mengangguk. Putri Kailash mengeluarkan gelembung kekuatan sihirnya, sehingga muncul dimensi gambar masalalu miliknya. Nampak kerajaan Surgawi dari sana yang begitu indah. Membuat Alena merasakan sesuatu dejavu yang aneh. Seakan-akan, dia akrab dengan tempat itu. "Ini adalah Kerajaan Surgawi, Alena. Jika kau pernah mendengar cerita dari pengajarmu di Istana, kau pasti pernah dengar dengan istilah 11 Alam Semesta?" tanya Putri Kailash. "Iya ibu, aku pernah mendengarnya." "Di nirwana ini ada 11 alam semesta. Diantaranya ada Danau Antariksa, Kubangan Aurora, Cincin Angkasa, Kahyangan, Dunia Peri, Dunia Iblis, Pusaran Cahaya, Bumi, Alam Liar, Hutan Sihir dan yang tertinggi Kerajaan Surgawi. Berjumlah 11 Alam Semesta. Yang kuperlihatkan ini adalah Alam Semesta pertama dengan kasta tertinggi. Tempat kelahiran, ayah kandung Arthur Kailash. Kerajaan Surgawi." Penjelasan pertama itu langsung membuat Alena diam seribu bahasa. Apakah ini jawaban dari darah putih milik Arthur yang tempo hari dilihatnya? Benar-benar ras keturunan Surgawi? Putri Kailash lalu mengubah dimensi masalalunya menuju Dunia Iblis, "Kau bisa melihatnya Alena. Dunia ini penuh dengan hitam pekatnya darah. Dan sebagian kecil darah itu berada di tubuhku." Penjelasan kedua ini tambah membuat Alena diam. Seseorang yang terlihat cantik dan elegan seperti ini, malah berdarah iblis? "Tapi, darahku berwarna merah. Karena ibuku adalah manusia. Aku tidak tahu bagaimana kisah Ibu dan Ayahku, Alena. Sedewasa ini, aku hidup di bawah asuhan guru, Guru Tyan. Guru Kunci murid-murid keturunan Kerajaan Surgawi." "Guru Tyan adalah orang dari Kerajaan Surgawi, dia mau mengurusku, padahal dia tahu bahwa Ayahku adalah seorang Iblis. Iblis yang sudah tercatat dalam sejarah, pernah mengotori peradaban dunia dengan pemberontakan sehingga diasingkan dan dijauhi oleh kesepuluh semesta yang lain." "Jika tidak ada guru Tyan. Aku mungkin sudah mati dibunuh manusia karena aku lahir di Bumi ketika ibuku menyelamatkan diri dari peperangan. Dan orang-orang menganggap aku adalah aib. Untunglah, guru Tyan dengan sigap langsung menyelamatkanku." "Dan kau tahu apa yang bagus dari kisah itu Alena?" Alena menggeleng. "Yang bagus dari kisah ini, adalah Guru Tyan telah membuktikan betapa benarnya legenda yang menceritakan tentang kebaikan Guru Kunci Kerajaan Surgawi memang murni tanpa cela." "Apakah Ibu, mengenal Ayah Arthur melalui Guru Tyan?" "Kamu sangat pintar Alena. Ya, ketika menjadi salah satu anak yang diasuh oleh guru Tyan, aku berhasil mengenal Raja Bertodo." "Raja Bertodo? Penguasa Matahari di Kerajaan Surgawi?" Putri Kailash tersenyum sangat manis. "Benar. Dia adalah suamiku. Ayah dari suamimu. Apa kau terkejut?" "Aku sangat terkejut, Ibu." Putri Kailash sedikit tertawa. "Tenang saja, Ibu belum selesai. Kau masih mau dengar?" "Aku butuh cerita yang sebenarnya. Mungkin selama ini, aku hanya bisa mendengar desas-desus yang belum kuketahui kebenarannya tentang Arthur," jelas Alena. Sedikit, dia teringat akan perkataan Arthur sebelum menikah tempo hari. Arthur mengatakan, tentang siapa yang sebenarnya benar-benar kejam. Apa memang, fakta-fakta yang baru saja Putri Kailash ceritakan, menjelaskan bahwa Arthur tidak seburuk itu? Namun, mengapa Arthur harus menjadi orang yang dikenal dengan Dewa Iblis jika dia adalah ras keturunan Kerajaan Surgawi? "Untuk menjawab raut wajahmu yang penuh dengan pertanyaan ini, akan kujelaskan lebih banyak lagi Alena, lihatlah!" Putri Kailash mengubah gambar dimensi masalalunya pada Alam Semesta ke-9, Kubangan Aurora. "Ini adalah Kubangan Aurora. Dunia di mana para pertapa dari seluruh alam semesta mencari kekuatan dan pembuktian jati diri. Iblis, meminta simbol pemberontakan kepada Raja Abadi penguasa 11 Alam Semesta di tempat ini." "Raja Abadi, adalah Dewa yang berhasil memenangkan kekuasan di seluruh alam semesta. Hingga akhirnya, Nirwana menjulukinya sebagai Raja Abadi 11 Alam Semesta. Raja Abadi, juga adalah Ayah dari seluruh penguasa Kerajaan Surgawi. Kakek kandung Arthur Kailash." "Pada saat itu, Dunia Iblis dan Kerajaan Surgawi berseteru karena perebutan wilayah kekuasaan. Iblis ingin menempati Kerajaan Surgawi karena sumber kekuatannya yang begitu besar." "Namun, Raja Abadi berambisi menjadi pengelola kasta Alam Semesta tertinggi itu." "Raja Abadi, berniat menggunakan Kerajaan Surgawi untuk tempat bersemayamnya bersama anak-cucunya." "Untuk mewujudkan ambisi itu, Raja Abadi mengumpulkan petisi dari 11 Alam Semesta termasuk Dunia Iblis, dan petisi itu secara alami membentuk titah nirwana yang mengikrarkan Raja Abadi sebagai Pengelola Alam Semesta Kerajaan Surgawi." "Tentu saja hal itu membuat sebagian kaum Iblis yang tidak menyetujui petisi, memberontak. Mereka memerangi Raja Abadi, namun tidak bisa mengalahkannya. Hingga akhirnya, para Iblis yang menolak petisi itu membuat kelompok dan mengikrarkan pengakuan bahwa Dunia Iblis memberontak dan memusuhi siapapun yang menyetujui petisi Raja Abadi." "Mereka bertapa di Kubangan Aurora, untuk meminta kekuatan agar diizinkan memisahkan diri dari sepuluh alam semesta lainnya. Kubangan Aurora menjawab pengabdian mereka, sehingga munculah Kekuatan Energi Kehancuran, yang dikenal sebagai Sutra Biru." "Raja Abadi, yang sudah mengetahui hal itu, kemudian mengeluarkan ikrar, tidak peduli itu anaknya sekalipun, jika sutra biru bersemayam di tubuhnya, maka dia tidak pantas berada di Kerajaan Surgawi." Putri Kailash, mengubah gelembung dimensi, kembali menuju Kerajaan Surgawi. "Bagaimana menurutmu, Alena?" Hanyut dalam cerita panjang Putri Kailash. Tanpa sadar, Alena semakin ingin tahu. Kerumitan apa lagi yang akan dia dengarkan dari cerita Putri Kailash? "Aku masih ingin mendengar ceritanya." "Baik Alena. Aku tahu, kau sangat tidak menduga. Tetapi, faktanya Arthur Kailash memiliki garis keturunan suci dari Raja Abadi. Dia bukanlah manusia biasa yang darahnya merah. Dia juga bukan iblis yang darahnya hitam. Dia Bangsawan berdarah putih yang di dalam dirinya mengalir Sutra Biru." "Seperti yang sudah kuceritakan. Sutra biru adalah simbol yang ditolak oleh Raja Abadi dan diabadikan dalam ikrarnya sebagai energi kekuatan yang tidak diizinkan menjamah Kerajaan Surgawi. Sutra biru adalah simbol pemberontakan iblis terhadap 10 alam semesta. Dan malangnya, Arthur mendapatkan aliran energi itu, Alena." "Aku tidak tahu apa alasannya, padahal aku ibunya, tidak memiliki energi itu sehingga dulu, hubunganku dan Bertodo direstui oleh Raja Abadi." "Namun, begitu putraku lahir. Sutra biru menyala terang benderang di tubuhnya. Membuat Raja Abadi murka, dan seketika itu juga membuang Arthur yang baru saja terlahir jauh ke alam semesta ke-7, Cincin Angkasa." "Saat itu hatiku sangat sakit. Aku marah karena dipisahkan dengan putra yang baru saja kulahirkan. Maka, Ibu mengucapkan maaf kepada Raja Bertodo, untuk ikut turun ke Cincin Angkasa menemani Arthur." "Bahkan, Arthur tidak diizinkan memakai nama ayahnya sebagai marga, hingga kunamai dia Arthur Kailash." Putri Kailash tidak sadar air matanya menetes. Cerita itu memang sangat menyakitkan. Perlahan, dia menghapus gelembung sihirnya. Putri Kailash, lalu menatap Alena yang termangu. "Putraku memang keturunan Iblis, karena dia terlahir dari rahimku. Akulah yang mewariskan ras Iblis di dalam tubuhnya, Alena. Pada sebagian Iblis, Sutra Biru memang tidak terwariskan. Namun, di tubuh Arthur, sutra biru itu ada." "Raja Abadi telah mengabdikan diri kepada Nirwana dan pergi dari 11 Alam Semesta. Kekuasaan tertinggi kini berada di Raja Surgawi, Putra pertama Raja Abadi, Handryc." "Raja Abadi, tidak pernah berniat membunuh Arthur, karena bagaimanapun juga Arthur adalah cucunya. Tetapi, Handryc bukan siapa-siapa. Dia tidak peduli dengan nasib Arthur. Dia menyiksaku saat aku berada di Cincin Angkasa, tepat di depan Arthur ketika aku masih lemah dan tidak punya kekuatan sama sekali." "Itulah alasan, yang membuatnya memusuhi dunia, Alena. Peraturan semesta lah yang memusuhinya terlebih dahulu. Seperti perasaanmu saat melihat bayi-bayi itu yang terluka akibat kebengisan para prajurit Arthur." "Aku tahu isi hatimu terhadap Arthur, Alena. Aku benar-benar tahu. Kau membenci putraku begitu dalam karena dia telah menghancurkan Hutan Romana." "Tapi, yang dia lakukan bukan tanpa alasan. Kehancuran dunia, dia gunakan untuk mendapatkan simpati dari para Penguasa Surgawi. Penguasa Matahari Ayahandanya sendiri, Penguasa Petir, Penguasa Angin, semuanya memberikan apresiasi terhadap Arthur. Karena keperkasaannya, memiliki kemiripan dengan kakeknya." "Namun, ambisinya tidak akan berakhir sampai dia mendapatkan cara, agar bisa mengalahkan Handryc. Dia melakukan apapun untuk bisa mengalahkan Handryc, Alena. Arthur menginginkan, aku, dia dan Ayahnya bisa kembali bersatu di Kerajaan Surgawi." "Cerita ibu sudah cukup panjang. Dan cerita ini bukan sekedar dongeng, ini benar-benar fakta tentang kehidupan Arthur." "Ibu akan memberikan gelembung sihir dimensi masalalu milik ibu, kepadamu. Untuk meneliti benar tidaknya ceritaku." "Bagaimanapun juga, Ibu adalah perempuan biasa yang menyayangi anaknya. Ibu tidak ingin, Putraku dibenci oleh istrinya sendiri." "Jadi, Alena. Aku, Putri Kailash. Meminta kepadamu, temanilah putraku mencapai tujuannya. Legenda tidak bisa menceritakan kisah tentang Arthur dengan benar. Tapi, ibunya tidak pernah melewatkan sedikitpun cerita hidup milik anaknya." "Kelak, kau pun akan menjadi seorang ibu. Dan pada saat itu kau akan paham, kenapa aku memintamu hal ini." Setelah begitu lama dan panjangnya Putri Kailash bercerita. Putri Kailash berdiri, meninggalkan Alena setelah memberikan gelembung sihir dimensi masalalu miliknya. Alena perlahan berdiri dari ranjangnya. Dia melihat sebilah jendela dari kamarnya terbuka. Alena mendekati jendela itu. Nampak pemandangan burung-burung beterbangan. Mereka begitu bebas. Saking bebasnya, mereka tidak tahu Alena sedang memandangnya dengan iri. "Apa dulu aku seperti burung-burung itu? Terbang bebas tanpa mau memikirkan kejamnya pahit manis dunia yang sedang dirasakan oleh mahkluk lainnya?"Sedang, di Kerajaan Surgawi, Handryc sudah menyadari bahwa putrinya ternyata hidup dalam tubuh reinkarnasi dari Putri Rosey dan Madrw Antonio di Kerajaan Romana. "Ragna, cepat bawakan utusan Kerajaan. Untuk melindungi Hutan Romana dengan baik. Jangan biarkan, Cathryna terluka di sana," titah Raja, pada Kasim Kerajaan Surgawi. Kasim bernama Ragna itu membungkuk, "hormat Yang Mulia Raja. Tetapi, saat ini Tubuh Reinkarnasi Cathryna tidak berada di sana," terang kasim Ragna. Lantas, Handryc berdiri dari singgasana emasnya, "apa surat dari Tamtama itu benar? Bahwa, putrikj menikah dengan anaknya Bertodo?" tanyanya dengan wajah tanpa ekspresi. Ragna mengangguk, dia menegakkan tubuhnya yang semula terduduk bersimpuh, "benar Yang Mulia. Untuk kabar terbaru, hamba belum mendapatkan informasi lagi. Apakah, Yang Mulia Raja berkehendak untuk mendatangi bumi?" Handryc terdiam. Dia merenungkan beberapa ingatan masalalu, yang membawanya pada masa itu. Saat, pertama kali melihat wujud
Arthur mendatangi penjara di bawah tanahnya. Dua orang terdiam di sana. Sangat terlihat begitu jelas bagaimana keadaan mereka. Sempat iba, tapi dia buang perasaan itu dengan seketika. Kedatangannya pun, tampak mengundang atensi orang yang ada di dalam penjara. Salah satunya Alena, dia masih tertunduk tanpa bergerak sama sekali. Fokus melihat pada jeruji rantainya. Walaupun memang, dia mendengar bahwa Dewa Iblis itu datang. Enggan rasanya untuk melihat. Karena penganiayaan darinya, masih teringat jelas di kepala Alena. "Tuan Arthur, apa kau baik-baik saja?" Suara Alan mengudara, pertama kali ketika ruangan itu sudah berisi tiga orang. "Kau tidak berhak bertanya ataupun berbicara," balas Arthur, akan suara Alan yang menyapa. Alan menoleh sebentar, "ergh," erangnya, karena merasakan rantai itu melukai kulit di lehernya, "hamba benar-benar mengkhawatirkan keadaan Tuan. Sudah lama hamba tak mendampingi Tuan. Tidak tahu apa yang dilakukan oleh Tuan selama hamba tidak mendampingi." A
Alan terkekeh, "tidak apa, Tuan Putri. Hamba mengerti mengapa Tuan Putri mengakuinya." Alena terdiam. Dia melihat kembali pada rantai yang mengikat di tubuhnya. Lalu, terbayang akan segala kejadian silam. Saat dirinya pertama kali bertemu Arthur. Laki-laki yang disebut Dewa Iblis itu tampak samar dan belum Alena ketahui. Namun, sekarang Alena benar-benar mengetahui siapa lelaki itu. Benar-benar cerminan sosok Dewa Iblis. "Sejak kapan kau menjadi pelayannya?" tanya Alena, menghalau segala pikirannya. "Sudah tiga tahun, Tuan Putri. Sejak pertama kali bergabung di tentara prajurit Tuan Arthur." "Tentara prajurit?" ulang Alena. "Hamba dulu sebelum menjadi tangan kanan langsung Tuan Arthur, lebih dulu bekerja sebagai prajurit." Alena mangut-mangut. Dalam pikirnya kembali mengudara. Tentara prajurit? Benar juga, saat masih di Romana banyak sekali tentara prajurit Arthur yang membuat kerusuhan. Itu yang menjadi salah satu penyebab Alena mau menyetujui pernikahan ini. Tapi,
"DIAM ALENA!" Arthur meninju dinding tempat Alena terpojokkan. Dinding itu hancur berkeping. Bersamaan dengan hati Arthur yang terluka. Bersamaan pula dengan hati Alena yang sama terlukanya. Alena memejamkan mata, akibat merasakan pusig yang mendadak menghampiri kepalanya. Perlahan-lahan, pandangannya mengabur. Terus gelap hingga dirinya kehilangan kesadaran. Setelah dinding itu hancur, Arthur memutar arah untuk mencari letak Alan. Orang yang selalu dia anggap sebagai orang terdekatnya itu, kini tengah menatapnya dengan bingung. Arthur langsung saja menyambarnya dengan hantaman tangannya. Membuat Alan lagi-lagi tersungkur jatuh tengkurap. Sudut bibirnya sudah robek, sehingga darah segar mulai menetes dari sana. Alan mendongak, "tuan. Hamba yakin kau sedang diadu-domba. Kau paling mengenal hamba, Tuan. Hamba tidak mungkin menghianatimu," terang Alan mencoba untuk menenangkan tuannya. Namun gagal, kini Arthur sudah menerjangnya lagi. Kaki Dewa Iblis itu menendang kepala
Arthur yang sudah dikuasai oleh kemarahannya tak lagi dapat membendung niat untuk segera kembali ke Athlana. "Kurang ajar kau Alan! Berani-beraninya kau menghianatiku!" rutuk Arthur dari dalam hatinya. DIa segera pergi dari rumah penyihir itu. Tidak memperdulikan Arlin yang berteriak memanggilnya. Bagaimana bisa? Alan melakukan hal ini kepadanya? Dia? Kaki tangan ter-ahlinya? Sudah menusuknya dari belakang? Dari hasil ramalan Audygta, Arthur melihat di meja ramal. Terlihat jelas Alan dan Alena sedang berhubungan badan. Mengakibatkan jantung Arthur tertohok begitu dalam. Dia tidak menyangka, Alan akan melakukan hal seperti ini padanya, setelah selama ini mereka beriringan dalam berbagai misi. Rasanya sakit. Apalagi, jika itu perihal Alena. "Alena?" "Kenapa kau melakukan ini padaku di saat aku mulai mencintaimu?" "Kenapa kau benar-benar berselingkuh dengan Alan?" Langkah kakinya kemudian semakin tegap. Sekarang, kalut di pikirannya semakin penuh. Semua terisi atas k
Di belahan Dunia Iblis, kini Arthur masih bersama Arlin. Belum usai teka-teki dari Arlin untuk membuat Arthur mendapatkan jawabannya. Arlin malah terus mengulur waktu. Hingga hari ini, Arthur sama sekali belum bertemu peramal itu. Merasa konyol dengan kegiatan di rumah Arlin ini, mulai membuat Arthur jengah. "ARLIN!" teriak Arthur memanggil wanita itu. Dengan tergopoh, Arlin mendatangi, "ada apa, Arthur kenapa berteriak?" "Sudah cukup kau mengulur waktuku?" tajam Arthur, "cepat sekarang pertemukan aku dengan peramal yang kau katakan!" Arlin merendahkan diri, terduduk bersandar pada kaki Arthut, "tunggulah dulu, Arthur,' katanya melembut, "kau sudah berjanji untuk menemui anak kita dulu. Dia sedang perjalanan kemari, setelah itu aku benar-benar akan membawamu pada peramal itu." Arthur menyibak tubuh Arlin yang bersandar di kakinya, "aku tidak peduli! Cepat pertemukan aku, atau aku akan membuka dinding persembunyian tongkat Raff dan Alan bisa menemukanku. Lebih baik aku memer







