Beranda / Romansa / Menikahi Dua Pria / Bab 5. Dua Sosok yang Berbeda

Share

Bab 5. Dua Sosok yang Berbeda

Penulis: Hanazawa Easzy
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-27 14:15:16

Matahari hampir tepat di tengah kepala saat Hirota masuk ke dalam kantor Yamazaki di lantai 32. Dia terus menggamit lengan putrinya, memberikan dorongan agar gadis ini tidak perlu takut lagi pada suaminya.

"Sayang, semua akan baik-baik saja. Dia tidak seburuk yang orang-orang katakan di luar sana."

"Kata siapa? kenapa ayah begitu yakin?" Aira masih tetap meragu. Sifat manjanya muncul jika bersama ayah angkat yang sangat disayanginya itu.

"Karena ayah seorang pria. Dan Ken juga pria. Kami sama. Bukankah kamu melihat ibumu tersenyum setiap hari. Itu juga yang harus kamu lakukan di depan suamimu."

Aira menggeleng tegas. "Aku tidak bisa. Ayah dan Ken jelas dua sosok yang berbeda. Ayah lembut dan penyayang. Sedangkan pria itu?" gumaman Aira masih bisa terdengar oleh Hirota.

Angka di atas lift terus bertambah, menandakan mereka akan segera sampai di tempat tujuan. Hal itu membuat Aira semakin erat memeluk lengan ayahnya. Dia benar-benar takut bertemu Ken. Terlebih lagi, ia merasa bersalah karena tidur dengan salah satu staf andalannya.

"Sayang, dengarkan ayah." Hirota meraih kedua pipi putrinya. "Kalau kamu memang belum bisa menyukainya, maka jangan membencinya. Bersikap baiklah sebagai putri ayah dan ibu. Jangan melakukan hal bodoh seperti semalam. Ya?"

Aira tak menjawab. Dia tidak berani mengiyakan hal itu. Dia bahkan tidak menceritakan kalau seorang tanpa nama sudah mengambil mahkota miliknya. Aira takut ayahnya kena serangan jantung jika mendengar hal itu.

'Ayah, maaf aku belum bisa sepenuhnya jujur padamu,' ungkapnya dalam hati.

Bersamaan dengan itu, denting lift terdengar. Pintunya terbuka lebar, mempersilakan Hirota dan Aira keluar dari sana. Seorang pria berpakaian hitam menyambutnya.

"Selamat datang, Tuan, Nona."

Hirota mengangguk, menjawab sapaan salam pria di hadapannya.

"Maaf, Tuan. Tuan Muda tidak mengizinkan Anda masuk ke dalam ruangan. Biarkan nona masuk seorang diri." Pria dengan wajah tanpa ekspresi mencegah langkah kaki Hirota yang bersiap mengantar Aira lebih jauh. Dia pasang badan di depan pintu, mencekal keduanya.

"Ayah," panggil Aira, enggan melepaskan tangan yang sedari tadi ia jadikan pegangan.

"Masuklah, Nak. Semua akan baik-baik saja." Hirota mencium kening putrinya sebelum pergi. Dia mencoba terlihat tegar, menunjukkan senyum terbaiknya. Padahal, dia tidak tega menyerahkan putri kesayangannya untuk menjadi pendamping pria tidak sempurna seperti Yamazaki Kenzo.

Pria dengan alat bantu dengar yang selalu terpasang di telinga itu mengetuk pintu sebelum masuk.

"Tuan, Nona sudah kembali," lapornya sambil menundukkan badan 45 derajat.

"Umm. Bawa dia masuk."

Pria itu pergi, meninggalkan Aira seorang diri dengan sang Suami yang tentu saja memakai topeng hitam andalannya.

"Sudah tahu jalan pulang, heh?" tanya Ken tanpa mengalihkan pandangan dari dokumen di hadapannya. Dia begitu sibuk, memeriksa perkembangan proyek lepas pantai yang kini menjadi perhatian utamanya.

"Maaf," lirih Aira hampir tak terdengar. Hatinya merasa tidak nyaman, kembali mengingat setiap kejadian kemarin.

Ken mengangkat satu sudut bibirnya ke atas. "Maaf? Untuk apa?"

Kali ini Aira hanya bungkam. Dia tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan suaminya.

"Hmm?"

"Aku bersalah." Dua kata itu terucap bersamaan dengan gerakan tangan Aira yang meremas erat ujung bajunya. Itu kebiasaannya saat merasa takut atau panik. Dia khawatir Ken akan murka, seperti gambaran orang tentang sisi iblis di dalam diri suaminya.

"Kesalahan mana yang ingin kamu dapatkan maafku? Kabur di malam pertama kita atau minta maaf karena diam-diam tidur dengan pria lain?"

Sepasang netra Monika membola. Dia tidak menyangka Ken tahu segalanya. Otaknya langsung berpikir bahwa pria mata hijau itu sungguh mengakui kesalahan di depan atasannya.

"Bagaimana perasaanmu? Merasa nyaman? Apa dia berhasil memuaskanmu? Aku lihat kamu sangat bersemangat."

Kalimat sindiran dari Ken semakin membuat Aira tidak nyaman. Dia tidak bisa menghindari apa yang telah berlalu. Semua itu diluar kendalinya. Dia benar-benar tidak sadar meminta untuk dihangatkan. Rasanya aneh, dia tidak biasanya seperti itu. Itu sama sekali bukan sifatnya.

"Heh? Kenapa diam? Jangan katakan kamu tidak ingat apapun yang terjadi dengan staf IT itu. Atau, mungkinkah kamu tidak lagi perawan? Itu bukan yang pertama untukmu jadi tidak terlalu berkesan?"

Aira mengepalkan tangannya di sisi badan, balas menatap Ken yang memandangnya dengan tatap mata meremehkan. Dia tidak ingin mengiyakan atau menyangkal. Jangankan tidur dengan seorang pria, berciuman saja belum pernah.

"Oh, atau jangan-jangan kamu sudah terbiasa one night stand sebelumnya?" Kedua mata Ken semakin melebar, merendahkan wanita di hadapannya tanpa henti. Ekspresi jijik terlihat dari wajahnya yang hanya tampak separuh.

"Cukup. Semua yang kamu katakan tidak benar!" Aira yang tidak bisa lagi menahan emosinya, akhirnya memutuskan untuk bersuara. Apa yang ia dengar dari mulut Ken sungguh kelewatan dan tidak bisa ditolerir.

"Jika kamu ingin tahu, maka berhenti bertanya dan dengarkan penjelasanku. Aku bisa menceritakan detail pria itu memperlakukanku semalam. Semuanya. Tanpa terkecuali. Termasuk saat dia--"

"Tutup mulutmu!" Ken menggeram, menatap istrinya dengan marah. Dia tidak suka Aira begitu bersemangat menceritakan hubungan terlarangnya.

"Aku tidak peduli apa yang terjadi padamu dan pria itu. Bukan urusanku sama sekali. Justru aku yang paling diuntungkan jika kamu hamil."

Tubuh Aira menegang seketika. Apa maksud Ken? Kenapa dia justru senang jika ia hamil? Apa telinganya salah dengar?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Pau Ponsel
mantap cerita nya
goodnovel comment avatar
Maimunah Sani
good...sangat suka
goodnovel comment avatar
Suryanti
menarik sekali hhmm...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Menikahi Dua Pria   Bab 107. Pesan Terakhir

    "Teruntuk suamiku, Yamazaki Kenzo ....Saat kamu membaca pesan ini, artinya aku tak ada lagi di dunia ini. Setelah perjuangan panjang yang kita lalui, kita sampai di titik ini. Posisi di mana raga kita tak bisa bertemu lagi meski hati masih saling mencintai. Saat jemari tak lagi bertaut, juga senyum yang tak mungkin kita lihat satu sama lain.Melalui surat ini, izinkan aku berpamitan padamu. Pamit karena aku tidak akan bisa lagi menyentuh wajahmu, juga mencium bibirmu yang membuat candu. Aku pasti akan merindukanmu dari surga dan berharap di kehidupan selanjutnya kita bisa kembali menjadi pasangan. Saat itu terjadi, aku yang akan mengejarmu, bukan sebaliknya."Ken menahan gemuruh di dada sambil menghapus kumpulan air tanpa warna yang terkumpul di kelopak matanya. Dua hari setelah pemakaman Aira, Kaori datang menyampaikan surat yang entah kapan dititipkan padanya."Kenzo, maaf menyembunyikan fakta lain darimu. Sebenarnya, di awal kehamilan aku mendapat peringatan dari Kaori tentang kemu

  • Menikahi Dua Pria   Bab 106. Bukan Sebuah Akhir

    Lampu operasi masih menyala meski tiga jam telah berlalu. Ken, Sayaka, Kakek Subaru, juga Kosuke ada di sana. Mereka terus memanjatkan doa yang sama, berharap Aira baik-baik saja. Kesabaran mereka semakin menipis saat mendengar tangis bayi yang saling bersahutan. "Ken, anak-anakmu," bisik Sayaka, memeluk lengan anaknya sambil menghapus air mata yang tak dapat dibendung lagi. Ken hanya bisa mengangguk, bersyukur karena buah hatinya bisa dilahirkan dalam keadaan baik. Namun, dia belum bisa tenang karena kondisi Aira belum diketahui detailnya. Dari arah lain, tampak Yamada Yu bergegas masuk rumah sakit. Dia segera menyingkirkan pekerjaannya setelah mendengar kabar buruk menimpa Aira. Bagaimanapun juga, Aira sudah seperti saudara untuknya. Dia harus ada di sana untuk memastikan keadaannya. Bukan hanya keterangan dari orang lain saja. "Bagaimana keadaannya, Ken?" Kenzo menoleh, menggeleng karena tidak bisa berkata apa pun. Selain suara tangis bayi yang melengking, tidak ada kabar lain

  • Menikahi Dua Pria   Bab 105. Perjuangan Seorang Ibu

    "Sayang, lihat. Mana yang kamu suka? Ini atau ini?" Sayaka mengarahkan ponsel di tangannya ke arah ranjang bayi bergambar bulan bintang sebelum memindahkannya ke sisi lain di mana terlihat motif boneka beruang yang tak kalah bagusnya."Semua bagus, Bu. Terserah ibu saja," jawab Aira sembari mengelus perutnya yang semakin besar. Ken berdiri tak jauh darinya, membereskan ranjang tempat Aira berbaring sebelumnya.Sejak memasuki trimester ketiga, wanita itu banyak menghabiskan waktu di kamar dan membaca banyak buku. Kemarin, dia mengalami flek saat berlatih bela diri, jadi memutuskan untuk menghentikan seluruh aktivitas fisik yang mungkin berbahaya."Ibu ambil yang motif teddy bear saja, ya. Kamu tidak keberatan?"Aira menggeleng sambil tersenyum. Mendapat perhatian yang begitu intens dari keluarga suaminya adalah anugerah terindah darinya. Dia merasa dicintai, juga dianggap ada. Sebaliknya, Hirota dan Asami justru seolah semakin jauh dengan anak angkatnya itu. Hanya sekali saja datang ka

  • Menikahi Dua Pria   Bab 104. Firasat Buruk

    "Ai-chan, apa kau siap mengorbankan nyawamu saat melahirkan anak kita?"Detak jantung Aira seolah terhenti detik itu juga, bersamaan dengan tangan yang lepas dari genggaman Ken. Bayangan saat dikejar orang-orang berbaju hitam masih teringat jelas, kenapa sekarang Ken menanyakan hal aneh seperti itu? Apakah akan ada bahaya lain yang mengancam keselamatannya seperti waktu itu?"Apa maksudmu?"Ken menyergah napas, mengubah posisi tubuhnya jadi terlentang menghadap langit-langit kamar yang berjarak 2.5 meter dari tempatnya berbaring. Ada beban berat di hatinya, bimbang antara harus mengungkap firasat buruk yang dirasakan Kakek Subaru atau tidak."Ken?!" Tangan Aira menarik lengan Ken, meminta perhatian darinya."Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya padamu, Love.""Itu yang membuatmu terus bungkam akhir-akhir ini?"Ken mengangguk setelah menoleh ke arah Aira, menatap wajah cantik yang mulai terlihat semakin chubby pipinya. Cekungan di pangkal tulang selangkanya tidak terlalu kentar

  • Menikahi Dua Pria   Bab 103. Pertanda Buruk atau Ketakutan Semata?

    "Sayang, bukankah hari ini jadwalmu memeriksakan kandungan?" Sayaka yang baru muncul di depan pintu segera menghampiri Aira yang sibuk menata bunga di dalam vas. Gerakannya terhenti, mengingat tanggal dan hari.Ken yang duduk tak jauh dari sana, melirik monitor laptopnya di pojok kanan bawah. Tanggal 23, dua pekan setelah kunjungan dokter spesialis kandungan saat kondisi Aira drop."Kenzo, kenapa diam saja? Antar istrimu ke dokter!"Ken tak lantas beranjak, mengamati ekspresi wajah Aira yang terlihat keberatan bepergian dengannya. Mereka masih saling diam dan Ken memang senagaja menjaga jarak. Meskipun mual muntah Aira tak lagi sehebat pada awalnya, tapi dia takut wanita itu masih tidak nyaman berdekatan dengannya. Satu kondisi medis yang memang diiyakan oleh Kaori saat Ken meminta penjelasan."Ibu bisa mengantarnya? Aku masih ada sedikit pekerjaan yang harus—"Plak!Gulungan kertas di tangan Sayaka segera mendarat di salah satu sisi kepala Ken, membuat si empunya menarik diri seketik

  • Menikahi Dua Pria   Bab 102. Kekhawatiran Berlebihan

    "Jangan dekat-dekat. Aku benci aroma tubuhmu!" Aira mundur saat Ken bersiap menyuapinya sup ayam jahe. Dia sengaja memanggil koki khusus yang bertugas menyiapkan makanan sarat gizi untuk Aira. Sejak mengalami morning sickness, wanita itu sama sekali tidak bisa makan nasi. Mual hanya karena mencium aromanya. Dan sekarang, dia juga menolak aroma tubuh suaminya."Ai-chan, kau tidak suka sampo yang kupakai?"Aira membekap mulutnya sekaligus menutup indra penciumannya. Dia menggeleng, mundur menjauhi Ken sampai tubuhnya menabrak dinding kayu yang membatasi kamar dengan taman belakang."Pergi!"Sayaka yang kebetulan ingin melihat kondisi Aira, segera masuk melalui pintu geser di sisi kanan sang menantu. Detik itu juga Aira berlari ke belakang mertuanya, menyembunyikan tubuh mungilnya dari tatapan Ken yang masih keheranan.Ada saja tingkah Aira beberapa hari ke belakang yang rasanya tidak masuk akal. Pertama, dia mual dan muntah tanpa mencium aroma apa pun. Ken masih percaya itu bagian dari

  • Menikahi Dua Pria   Bab 101. Awal Sebuah Kisah

    Ken kembali ke kamar dan tidak mendapati Aira di atas ranjangnya. Dia berdiri di depan jendela, menikmati semilir angin yang membelai pipinya. Sayaka tak ada di sana lagi, segera pergi setelah memberikan petuah pada menantunya."Ai-chan," panggil Ken lirih, sarat akan keraguan. Perasaan canggung menyelimutinya, bersama rasa bersalah karena sudah membuat wanitanya marah.Aira melirik, tapi tak menjawab panggilan sang suami. Sebaliknya, embusan napas berat keluar dari mulutnya. Berbagai hal memenuhi kepala, tak lain dan tak bukan kecuali memikirkan ucapan Sayaka. Ken banyak berkorban demi hubungan mereka. Lantas, apa yang bisa Aira lakukan untuk membalasnya?"Minumlah. Ini bisa meredam rasa mualmu," lirih Ken sambil menyodorkan cangkir yang berisi air berwarna kuning kecokelatan. Asap tipis menguar di atasnya, juga aroma jahe yang menyegarkan.Aira menerimanya, berjalan ke arah balkon kamar dan duduk di sofa bed yang ada di sana. Meskipun semua dekorasi mengambil konsep tradisional dan

  • Menikahi Dua Pria   Bab 100. Ayah dan Suami yang Baik

    "Hoek!"Untuk ke sekian kali Aira kembali muntah. Belum habis hidangan di piringnya, tapi dia sudah berlari ke beranda dan mengeluarkan cairan kekuningan yang terasa pahit luar biasa. Ken segera menyusul dan berjongkok di sampingnya."Dia kenapa?" gumam Sayaka sambil menatap punggung Ken dan Aira yang membelakangi ruang makan."Apa lagi? Bukankah kau juga wanita?"Sayaka tampak berpikir sepersekian detik sebelum menyadari menantunya sedang hamil muda. Morning sickness mulai muncul saat usia kandungan memasuki bulan ketiga.Ken tampak sigap memijat tengkuk Aira, juga memegang lengannya. Tak hanya itu, dia juga menggendong wanita itu kembali ke kamar mereka. Sayaka yang menyelesaikan makan paginya lebih awal, memilih menyusul keduanya.Wajah Aira terlihat pucat, matanya terpejam rapat. Ken membenahi posisinya, membuat wanita itu nyaman di atas pembaringannya."Siapkan minuman hangat untuk istrimu," pinta Sayaka sambil memegang pundak Ken.Meskipun awalnya tidak rela meninggalkan Aira ya

  • Menikahi Dua Pria   Bab 99. Benar-Benar Berakhir

    "Erina, berhentilah memperalukan dirimu sendiri," ucap seorang wanita yang merupakan ibu kandung Erina. Dia tak tahan lagi melihat kesedihan anak gadisnya sejak kemarin siang, tapi juga muak dengan pemberitaan yang menyebutkan Yoshiro sebagai pemimpin Yamazaki, Inc. yang menggantikan Ken."Sampai kapan kamu akan menangisi pria yang sudah beristri? Bahkan, dia tidak pernah sekalipun memikirkan kamu. Jangan menangis lagi!" teriaknya dengan nada frustrasi.Erina mengangkat wajahnya, menunjukkan mata sebab dan memerah karena terus menangis sejak semalam. Berkali-kali dia menghubungi Ken, tapi tidak sekalipun mendapat jawaban. Dunianya seolah berhenti berputar, tidak mengingat orang lain yang juga kecewa dan terluka."Bukankah sejak awal Ibu tidak mengizinkanmu kembali? Kamu dengan percaya diri mengatakan Ken pasti akan menerimamu. Omong kosong, bulshit! Kenyataannya, kamu disia-siakan. Dan lagi, orang-orang bahkan tidak memilihmu untuk memimpin perusaahaan busuk itu.""Sia-sia saja semua

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status