Share

9. Bukan Malam Pertama

Tami mendorong kuat dada Satria dan mengatur napasnya ketika sudah terlepas. Dia masih tersengal dengan dada yang naik turun dan wajah memerah. Matanya terus melirik tajam ke arah Satria yang kini sudah berbaring di sebelahnya. Meski dia begitu menikmati kelembutan yang disuguhkan, tapi harga dirinya menolak untuk mengakui.

“Apaan, sih, Pak,” omelnya.

Satria tak menggubris, dia malah tersenyum miring lalu berbalik memunggungi Tami.

“Dasar Om-om genit. Habis cium-cium malah sok jual mahal,” gerutu Tami dalam hati.

Rasanya masih ingin meneruskan marah, tapi ucapan Satria kian menohoknya.

“Tenang saja, saya enggak berminat sama tubuh kamu. Tadi hanya mencicip suguhan yang telah saya bayar mahal. Ternyata rasanya sungguh mengecewakan.”

Tenggorokan Tami tercekat mendengarnya. Dirinya hanya dianggap sebagai “suguhan” dan mengecewakan. Hatinya bagai diremas kuat saat ini. Padahal dia sudah terbiasa direndahkan mama dan adiknya. Tapi ini sakit sekali. Air matanya sudah berkumpul di pelupuk m
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Pena Ilusi
wih! keren. satria awas bucin kau ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status