Share

Bab 9 - Pernikahan yang Menyakitkan

Nanda menarik kasar lengan Ayu. Dengan cepat, ia menarik tengkuk Ay dan menyambar bibir wanita itu dengan kasar.

“Mmh ... mmh ... mmh ...” Ayu berusaha memberontak. Namun, kedua tangan Nanda memegang erat tubuhnya hingga tak mampu bergerak.

Nanda terus menciumi bibir Ay dengan liar dan menurunkan ritmenya perlahan. Mengulum lembut bibir wanita itu hingga membuat Ayu tak lagi bergerak untuk melawannya.

Bodohnya, Ayu malah merasa nyaman dengan sentuhan bibir Nanda hingga membuatnya justru membalas sentuhan itu tanpa sadar.

Nanda tersenyum sinis sambil melepaskan ciumannya. “Malam itu kamu menikmatinya, Ay. Apa kamu lupa? Kita melakukannya bersama-sama. Jangan hanya menyalahkan aku saja,” bisiknya.

Ay melirik kesal ke arah Nanda sambil mengatur napasnya yang tak teratur.

“Kita menikah  saja, oke? Aku akan memperlakukan kamu dengan baik. Soal cinta, kita bisa melakukannya perlahan. Bagaimana?” tanya Nanda lembur sambil merapikan anak rambut Ayu yang berantakan.

Ayu tak menyahut. Ia segera keluar dari dalam mobil tersebut dan meninggalkan Nanda begitu saja.

Nanda tersenyum lega. Ia menjalankan mobilnya meninggalkan tempat tersebut untuk mempersiapkan lamaran.

...

Setelah melewati perdebatan panjang dan rentetan persyaratan yang  rumit, keluarga Nanda dan Roro Ayu menggelar sebuah prosesi pernikahan. Pernikahan yang hanya dipersiapkan dalam waktu satu minggu, dipaksa untuk diadakan secara mewah, lengkap dengan prosesi adat yang tidak bisa ditinggalkan oleh keluarga Roro  Ayu.

Ayu melemparkan sunduk mentul dan aksesoris lainnya ke atas meja rias begitu prosesi adat pernikahan selesai. Atas nama kemanusiaan, ia akhirnya menyetujui pernikahannya dengan Nanda.

“Yu, aku sudah memberikan pernikahan mewah dan mahar yang begitu banyak untukmu. Kenapa wajahmu masih tak bersahabat. Aku tidak enak dengan keluarga besarku. Mereka akan berpikir, kamu tidak bahagia menikah denganku,” tutur Nanda sambil menghampiri Ayu.

“Aku memang tidak bahagia.”

“Tidak bisakah bersandiwara sebentar saja, Yu? Aku sudah memenuhi semua syarat dari keluargamu, juga syarat darimu. Apa masih tidak bisa membuatmu bahagia?” tanya Nanda. Ia nyaris kehilangan kesabaran menghadapi Ayu yang tidak mau menurut dengannya meski saat ini status mereka sudah sah menjadi suami-istri.

“Aku tidak bisa berpura-pura bahagia. Biar saja seluruh dunia tahu kalau aku tidak bahagia menjadi istrimu,” sahut Ayu ketus.

“Kamu ...!?” Nanda menyambar leher Ayu dan menekannya. “Jangan buat kesabaranku habis, Yu. Aku bisa saja mencelakaimu dengan mudah,” ucapnya sembari menekan leher Ayu.

“Bunuh aku aja, Nan! Itu jauh lebih baik,” tutur Ayu sambil menatap tajam ke arah Nanda.

Nanda menatap mata Ayu yang menyiratkan banyak luka. Ia langsung melepaskan genggamannya dan melangkah pergi dari kamar pengantin tersebut.

Ayu menghela napas sambil menahan air matanya untuk jatuh. Ia menoleh ke arah ponselnya yang berbunyi.

Selamat untuk pernikahanmu hari ini. Maaf, aku tidak bisa datang untuk mengucapkan selamat. Aku kirimkan hadiah pernikahan untuk kalian. Semoga kalian hidup bahagia. Terima kasih, sudah menjadi bagian dari rencana masa depanku yang begitu indah. Ay, kamu adalah wanita terbaik yang pernah menjadi pelengkap hari-hariku. Meski akhirnya kita tidak bisa bersama, aku tidak pernah menyesal.

“Hiks ... hiks ... hiks ...” Ayu langsung terisak begitu ia membaca pesan yang dikirimkan Sonny untuknya.  Ia benar-benar merasa sangat bersalah. Sebab, ia tidak mampu menjaga kesucian cinta yang sudah mereka jalin bertahun-tahun lamanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status