“Saya suka kamu bisa melawan ucapan mama saya,” ucap Rayden saat mereka sudah memasuki kamar.Rayden melepaskan jasnya begitu saja, ia melihat Sheina yang sudah memakai baju tidur berwarna hitam berbahan satin itu.“Saya kesal sama beliau, Pak. Huh…ternyata mertua kejam benar adanya,” keluh Sheina dengan perasaan yang begitu dongkol jika mengingat pembicaraannya dengan mama mertuanya tersebut.“Ngomong-ngomong kok Bapak bisa tahu saya bisa membalas ucapan tante Mona sih?” tanya Sheina dengan heran, pasalnya Rayden sedang berbicara dengan serius dengan seseorang yang entah siapa namanya—Sheina lupa.“Saya hanya menebak saja,” jawab Rayden dengan asal. Rayden mendekat ke arah Sheina yang membuat gadis itu refleks mundur ke belakang. “Eh Bapak mau ngapain?” tanya Sheina waspada.“Kamu memang berniat menggoda saya ya?!” Rayden menatap Sheina dari atas sampai bawah, jakunnya naik-turun melihat penampilan Sheina yang sangat menggoda sekali.“S-saya gak ada niatan untuk menggoda Bapak. Semu
Sheina keluar dari Taxi online dengan langkah tak sabaran. Namun, jantungnya bergedup lebih kencang dari biasanya hingga membuat Sheina gugup. Sesampainya di unit apartemen Reno tanpa basa-basi Sheina langsung memencet password yang sudah ia hafal. Ia tersenyum ketika melihat pintu itu terbuka dan Sheina langsung masuk tanpa menimbulkan suara agar Reno tidak mengetahui kehadirannya. "Ahhh..." Sheina mengernyitkan dahinya bingung dengan suara asing yang terdengar di kamar Reno. "Suara apa itu? Apa ada maling di apartemen mas Reno?" monolog Sheina waspada. Sheina berjalan dengan perlahan ke arah kamar Reno, suara-suara aneh itu semakin terdengar yang membuat Sheina bergidik ngeri membayangkan jika benar ada maling di apartemen mewah ini. Tapi apa mungkin? Apartemen ini juga kan dijaga ketat oleh security di bawah. Masa maling bisa masuk ke apartemen ini? Rasa penasaran dan takut yang Sheina rasakan begitu membuat detak jantung Sheina menggila. Sheina menggelengkan kepalan
Sheina berlari keluar dari apartemen Reno dengan menangis, ia tidak memperdulikan sekitarnya saat ini. Sungguh hatinya sangat sakit mengingat bagaimana Reno dan Rosa berhubungan badan seperti suami istri. Sheina pikir Reno adalah lelaki yang setia. Namun, ternyata apa yang ia pikirkan selama ini salah. Reno adalah pria yang begitu menjijikkan dan begitupun dengan Rosa, sahabat yang selama ini sudah Sheina anggap sebagai saudara kandungnya sendiri ternyata berhubungan dengan Reno di belakangnya. "Kamu jahat banget, Ren. Ternyata kamu lelaki bajingan. Kenapa aku bisa jatuh cinta sama kamu dan gak sadar jika kamu itu hanya berpura-pura mencintaiku?" tukas Sheina dengan terisak. Sheina berjalan seperti orang linglung sekarang. Orang-orang menatapnya dengan iba, tetapi semua itu tak Sheina hiraukan sama sekali. Ia berjalan tak tentu arah dengan air mata yang masih terus mengalir, kenangannya bersama dengan Reno berputar seperti film yang membuat Sheina berteriak dengan kencang. "Kamu ja
Reno menatap sertifikat rumah yang diberikan Dito kepadanya dengan timbal balik sejumlah uang untuk Dito. Dengan sertifikat rumah ini ia bisa menguasai rumah milik Sheina untuk kepentingan dirinya sendiri. Entah apa yang di pikiran Reno saat ini yang jelas ia ingin menguasai harta Sheina untuk kepentingan dirinya sendiri. Selama ini ia terus diremehkan dan dibanding-bandingkan oleh keluarganya dengan om-nya sendiri, ia ingin membuka usaha dengan hasil dari rumah Sheina dan beberapa uang yang ia ambil dari Sheina tanpa sepengetahuan gadis itu. Jahat dan licik? Ya, Reno mengakui dirinya jahat dan licik terhadap Sheina. Karena hanya Sheina yang mudah dimanfaatkan dan Reno sama sekali tidak peduli akan hal itu yang terpenting ia bisa mewujudkan semua mimpinya walaupun harus mengambil hak orang lain. Kakek dan neneknya selalu membanggakan om-nya dan meremehkan dirinya bahkan orang tuanya juga ikut meremehkan dirinya padahal ia adalah anak kandung dari orang tuanya. Beberapa bulan ini ju
Sudah seminggu berlalu, kehidupan Sheina benar-benar hancur karena perbuatan Reno. Sheina tidak akan pindah dari rumahnya sendiri karena ia berhak atas rumah ini. Sheina mencoba bangkit dari keterpurukannya, ia memang sedang cuti bekerja karena akhir-akhir ini tubuhnya sama sekali tidak bisa diajak bekerjasama, ia sampai jatuh sakit karena memikirkan yang terjadi di dalam hidupnya. Untung saja ia memiliki bos yang sangat baik dan pengertian karena memberikan dirinya izin tidak masuk kerja. Sheina baru saja keluar dari kamar mandi karena perutnya terus terasa mual karena demam dan masuk angin, tubuhnya terkuras habis pagi ini dan wajahnya juga terlihat sedikit pucat. Ketukan pintu membuat Sheina mengurungkan niatnya untuk beristirahat kembali, ia berjalan ke arah ruang tamu yang langsung terhubung dengan pintu utama rumah miliknya. Dan Sheina menatap heran ke arah tiga pria asing memakai pakaian hitam dan terlihat sangat menyeramkan menatapnya dengan tajam. "Kalian siapa ya?" tanya
Setelah semuanya yang menimpa dirinya akhirnya Sheina memutuskan untuk masuk kerja, karena uang miliknya sudah sangat menipis. Sheina juga kepikiran untuk membayar pinjaman online yang sangat banyak, juga kebutuhan dirinya sehari-hari. Dari mana uang sebanyak itu ia cari? Bahkan gaji bekerja di cafe saja tidak cukup, semakin hari ia semakin dihantui oleh hutang yang kian menumpuk. Sesampainya di cafe Sheina langsung bekerja melayani pembeli, mengantarkan pesanan mereka dengan tersenyum ramah. Ia sangat pandai menyembunyikan kesedihannya, bibir pucatnya juga sudah pakaikan lipstik agar lebih terlihat segar. "Ini pesanannya, Mbak. Selamat menikmati!" ucap Sheina dengan ramah. "Terima kasih, Mbak!" sahut pelanggan perempuan itu dengan ramah. Sheina hanya mengangguk saja lalu ia kembali ke kitchen staff karena belum ada pengunjung lagi yang datang. Ia duduk di kursi dengan melamun, ia tampak kelelahan karena kondisi tubuhnya memang belum pulih benar. "Sheina, kamu masih sakit? Izi
Sheina langsung berjalan pergi dengan menenteng plastik berisikan seporsi sate yang ia inginkan. Ia sudah tidak sabar ingin segera sampai di kontrakan.Tapi ia tak sengaja menabrak seseorang karena Sheina berjalan dengan menunduk. "M-maaf Pak gak sengaja," ucap Sheina merasa bersalah."Haduh Sheina kalau jalan jangan nunduk dong. Kamu lagi cari uang kamu yang hilang apa gimana jalan sambil nunduk begitu?" ucap Dean yang membuat Sheina terkejut."P-pak Dean. Maaf gak sengaja, Pak!" ucap Sheina tak enak hati karena menabrak bosnya sendiri."Bukan saya yang kamu tabrak tapi Rayden!" ucap Dean."Hah?!" Sheina bingung lalu pandangannya beralih pada pria tepat berada di depannya..Sheina semakin gugup melihat tatapan Rayden yang seakan ingin menelan dirinya hidup-hidup. Sheina merutuki dirinya yang sangat ceroboh."Maaf Pak Rayden saya sama sekali tidak sengaja menabrak Bapak," ucap Sheina dengan cepat."Hmmm..."Rayden hanya berdehem singkat yang membuat suasana kembali canggung."Kamu ma
Keesokan harinya Rayden benar-benar membawa Sheina ke rumah kedua orang tuanya. Tentu saja Rayden sudah memberikan pakaian yang bagus untuk Sheina agar saat bertemu orang tuanya nanti Sheina tidak dinilai rendah.Sheina memainkan jemarinya saat ia merasa gugup. Sekarang Sheina sudah berada di dalam mobil Rayden. Lelaki itu benar-benar menepati perkataannya, ia langsung menjemput Sheina sore harinya menjelang magrib.“Pak” “Hmmm…”“Di sana bakal ada Reno gak?” tanya Sheina menatap Rayden.Sial!Ternyata Rayden terlihat sangat tampan sekali jika dilihat dari jarak sedekat ini—Sheina baru menyadari jika Rayden lebih tampan daripada Reno.“Ya.”Sheina langsung tegang. Namun, sebisa mungkin ia terlihat biasa saja. Ia tidak ingin terlihat lemah karena sekarang ada Rayden yang akan membantunya.Rayden melihat ke arah Sheina sekilas. “Kamu belum siap bertemu dengannya?” tanya Rayden dengan datar.Cepat-cepat Sheina menggelengkan kepalanya. “Tentu saja tidak, Pak. Saya akan membuktikan jika s
“Saya suka kamu bisa melawan ucapan mama saya,” ucap Rayden saat mereka sudah memasuki kamar.Rayden melepaskan jasnya begitu saja, ia melihat Sheina yang sudah memakai baju tidur berwarna hitam berbahan satin itu.“Saya kesal sama beliau, Pak. Huh…ternyata mertua kejam benar adanya,” keluh Sheina dengan perasaan yang begitu dongkol jika mengingat pembicaraannya dengan mama mertuanya tersebut.“Ngomong-ngomong kok Bapak bisa tahu saya bisa membalas ucapan tante Mona sih?” tanya Sheina dengan heran, pasalnya Rayden sedang berbicara dengan serius dengan seseorang yang entah siapa namanya—Sheina lupa.“Saya hanya menebak saja,” jawab Rayden dengan asal. Rayden mendekat ke arah Sheina yang membuat gadis itu refleks mundur ke belakang. “Eh Bapak mau ngapain?” tanya Sheina waspada.“Kamu memang berniat menggoda saya ya?!” Rayden menatap Sheina dari atas sampai bawah, jakunnya naik-turun melihat penampilan Sheina yang sangat menggoda sekali.“S-saya gak ada niatan untuk menggoda Bapak. Semu
Dean datang ke kantor Rayden. Tumben sekali sahabatnya itu menyuruhnya untuk datang, biasanya sih Dean yang suka datang walaupun tidak diundang hingga membuat Rayden kesal. “Gue mau menikahi Sheina,” celetuk Rayden membuat Dean Syok—baru juga datang sudah disambut dengan kata-kata seperti itu. “Jangan bercanda.” Rayden menggelengkan kepalanya. “Semuanya sudah gue urus.” Akhirnya Dean mendesak Rayden mengatakan semuanya. Sejujurnya ia sangat penasaran kenapa sahabatnya ini tiba-tiba ingin menikahi Sheina. Dean tahu seperti apa Rayden selama ini, sahabatnya itu tidak mudah didekati wanita mana pun, secantik apa pun wanita itu Rayden tetap menolak dan begitu cuek. Tapi hari ini, perkataan Rayden membuat Dean bingung bahkan hampir tidak percaya. Sahabatnya berniat menikahi gadis muda yang 10 tahun perbedaan usia mereka. Rayden menjelaskan semuanya tanpa ada yang ia tutup-tutupi dari Dean termasuk pernikahannya dengan Sheina yang selesai jika Sheina melahirkan anak lelaki untuknya.
Keesokan harinya Rayden benar-benar membawa Sheina ke rumah kedua orang tuanya. Tentu saja Rayden sudah memberikan pakaian yang bagus untuk Sheina agar saat bertemu orang tuanya nanti Sheina tidak dinilai rendah.Sheina memainkan jemarinya saat ia merasa gugup. Sekarang Sheina sudah berada di dalam mobil Rayden. Lelaki itu benar-benar menepati perkataannya, ia langsung menjemput Sheina sore harinya menjelang magrib.“Pak” “Hmmm…”“Di sana bakal ada Reno gak?” tanya Sheina menatap Rayden.Sial!Ternyata Rayden terlihat sangat tampan sekali jika dilihat dari jarak sedekat ini—Sheina baru menyadari jika Rayden lebih tampan daripada Reno.“Ya.”Sheina langsung tegang. Namun, sebisa mungkin ia terlihat biasa saja. Ia tidak ingin terlihat lemah karena sekarang ada Rayden yang akan membantunya.Rayden melihat ke arah Sheina sekilas. “Kamu belum siap bertemu dengannya?” tanya Rayden dengan datar.Cepat-cepat Sheina menggelengkan kepalanya. “Tentu saja tidak, Pak. Saya akan membuktikan jika s
Sheina langsung berjalan pergi dengan menenteng plastik berisikan seporsi sate yang ia inginkan. Ia sudah tidak sabar ingin segera sampai di kontrakan.Tapi ia tak sengaja menabrak seseorang karena Sheina berjalan dengan menunduk. "M-maaf Pak gak sengaja," ucap Sheina merasa bersalah."Haduh Sheina kalau jalan jangan nunduk dong. Kamu lagi cari uang kamu yang hilang apa gimana jalan sambil nunduk begitu?" ucap Dean yang membuat Sheina terkejut."P-pak Dean. Maaf gak sengaja, Pak!" ucap Sheina tak enak hati karena menabrak bosnya sendiri."Bukan saya yang kamu tabrak tapi Rayden!" ucap Dean."Hah?!" Sheina bingung lalu pandangannya beralih pada pria tepat berada di depannya..Sheina semakin gugup melihat tatapan Rayden yang seakan ingin menelan dirinya hidup-hidup. Sheina merutuki dirinya yang sangat ceroboh."Maaf Pak Rayden saya sama sekali tidak sengaja menabrak Bapak," ucap Sheina dengan cepat."Hmmm..."Rayden hanya berdehem singkat yang membuat suasana kembali canggung."Kamu ma
Setelah semuanya yang menimpa dirinya akhirnya Sheina memutuskan untuk masuk kerja, karena uang miliknya sudah sangat menipis. Sheina juga kepikiran untuk membayar pinjaman online yang sangat banyak, juga kebutuhan dirinya sehari-hari. Dari mana uang sebanyak itu ia cari? Bahkan gaji bekerja di cafe saja tidak cukup, semakin hari ia semakin dihantui oleh hutang yang kian menumpuk. Sesampainya di cafe Sheina langsung bekerja melayani pembeli, mengantarkan pesanan mereka dengan tersenyum ramah. Ia sangat pandai menyembunyikan kesedihannya, bibir pucatnya juga sudah pakaikan lipstik agar lebih terlihat segar. "Ini pesanannya, Mbak. Selamat menikmati!" ucap Sheina dengan ramah. "Terima kasih, Mbak!" sahut pelanggan perempuan itu dengan ramah. Sheina hanya mengangguk saja lalu ia kembali ke kitchen staff karena belum ada pengunjung lagi yang datang. Ia duduk di kursi dengan melamun, ia tampak kelelahan karena kondisi tubuhnya memang belum pulih benar. "Sheina, kamu masih sakit? Izi
Sudah seminggu berlalu, kehidupan Sheina benar-benar hancur karena perbuatan Reno. Sheina tidak akan pindah dari rumahnya sendiri karena ia berhak atas rumah ini. Sheina mencoba bangkit dari keterpurukannya, ia memang sedang cuti bekerja karena akhir-akhir ini tubuhnya sama sekali tidak bisa diajak bekerjasama, ia sampai jatuh sakit karena memikirkan yang terjadi di dalam hidupnya. Untung saja ia memiliki bos yang sangat baik dan pengertian karena memberikan dirinya izin tidak masuk kerja. Sheina baru saja keluar dari kamar mandi karena perutnya terus terasa mual karena demam dan masuk angin, tubuhnya terkuras habis pagi ini dan wajahnya juga terlihat sedikit pucat. Ketukan pintu membuat Sheina mengurungkan niatnya untuk beristirahat kembali, ia berjalan ke arah ruang tamu yang langsung terhubung dengan pintu utama rumah miliknya. Dan Sheina menatap heran ke arah tiga pria asing memakai pakaian hitam dan terlihat sangat menyeramkan menatapnya dengan tajam. "Kalian siapa ya?" tanya
Reno menatap sertifikat rumah yang diberikan Dito kepadanya dengan timbal balik sejumlah uang untuk Dito. Dengan sertifikat rumah ini ia bisa menguasai rumah milik Sheina untuk kepentingan dirinya sendiri. Entah apa yang di pikiran Reno saat ini yang jelas ia ingin menguasai harta Sheina untuk kepentingan dirinya sendiri. Selama ini ia terus diremehkan dan dibanding-bandingkan oleh keluarganya dengan om-nya sendiri, ia ingin membuka usaha dengan hasil dari rumah Sheina dan beberapa uang yang ia ambil dari Sheina tanpa sepengetahuan gadis itu. Jahat dan licik? Ya, Reno mengakui dirinya jahat dan licik terhadap Sheina. Karena hanya Sheina yang mudah dimanfaatkan dan Reno sama sekali tidak peduli akan hal itu yang terpenting ia bisa mewujudkan semua mimpinya walaupun harus mengambil hak orang lain. Kakek dan neneknya selalu membanggakan om-nya dan meremehkan dirinya bahkan orang tuanya juga ikut meremehkan dirinya padahal ia adalah anak kandung dari orang tuanya. Beberapa bulan ini ju
Sheina berlari keluar dari apartemen Reno dengan menangis, ia tidak memperdulikan sekitarnya saat ini. Sungguh hatinya sangat sakit mengingat bagaimana Reno dan Rosa berhubungan badan seperti suami istri. Sheina pikir Reno adalah lelaki yang setia. Namun, ternyata apa yang ia pikirkan selama ini salah. Reno adalah pria yang begitu menjijikkan dan begitupun dengan Rosa, sahabat yang selama ini sudah Sheina anggap sebagai saudara kandungnya sendiri ternyata berhubungan dengan Reno di belakangnya. "Kamu jahat banget, Ren. Ternyata kamu lelaki bajingan. Kenapa aku bisa jatuh cinta sama kamu dan gak sadar jika kamu itu hanya berpura-pura mencintaiku?" tukas Sheina dengan terisak. Sheina berjalan seperti orang linglung sekarang. Orang-orang menatapnya dengan iba, tetapi semua itu tak Sheina hiraukan sama sekali. Ia berjalan tak tentu arah dengan air mata yang masih terus mengalir, kenangannya bersama dengan Reno berputar seperti film yang membuat Sheina berteriak dengan kencang. "Kamu ja
Sheina keluar dari Taxi online dengan langkah tak sabaran. Namun, jantungnya bergedup lebih kencang dari biasanya hingga membuat Sheina gugup. Sesampainya di unit apartemen Reno tanpa basa-basi Sheina langsung memencet password yang sudah ia hafal. Ia tersenyum ketika melihat pintu itu terbuka dan Sheina langsung masuk tanpa menimbulkan suara agar Reno tidak mengetahui kehadirannya. "Ahhh..." Sheina mengernyitkan dahinya bingung dengan suara asing yang terdengar di kamar Reno. "Suara apa itu? Apa ada maling di apartemen mas Reno?" monolog Sheina waspada. Sheina berjalan dengan perlahan ke arah kamar Reno, suara-suara aneh itu semakin terdengar yang membuat Sheina bergidik ngeri membayangkan jika benar ada maling di apartemen mewah ini. Tapi apa mungkin? Apartemen ini juga kan dijaga ketat oleh security di bawah. Masa maling bisa masuk ke apartemen ini? Rasa penasaran dan takut yang Sheina rasakan begitu membuat detak jantung Sheina menggila. Sheina menggelengkan kepalan