Home / Romansa / Menikahi Penguasa / Bab 8: Saat Hati Mulai Bicara

Share

Bab 8: Saat Hati Mulai Bicara

Author: Jerry
last update Last Updated: 2025-07-15 06:44:26

Keysha duduk di sofa panjang yang berada di ruang tamu, mengenakan blouse putih sederhana yang di padukan dengan celana kain lembut. Di tangannya, segelas teh hangat yang kini sudah mulai mendingin, karena tidak dia sentuh dari tadi. Sejak mengirimkan surat nya itu lewat Dita, ia tidak tahu bagaimana reaksi yang akan di tunjukkan oleh Arka. Ia tidak berharap banyak—atau mungkin, ia terlalu takut Untuk sekedar berharap.

Di tengah lamunan nya, tiba-tiba pintu rumah terbuka pelan. Arka masuk, dengan masih mengenakan jas yang masih rapi namun kini terlihat lebih longgar di tubuhnya, bahkan dasinya entah berada di mana. Pandangan Arka langsung menangkap sosok Keysha yang menoleh ke arahnya dari ruang tamu.

“Kamu pulang lebih cepat dari biasanya,” ujar Keysha, mencoba terdengar tenang.

Arka melepas jasnya, lalu meletakkannya di sofa, lalu duduk di seberangnya. Hening menyergap mereka beberapa detik, hingga akhirnya Arka bicara.

“Aku sudah baca surat yang kau kirim.”

Keysha menunduk. “Aku hanya ingin kamu tahu... semuanya, karena kamu berhak untuk itu.”

Arka menatap teh di tangan Keysha yang sudah mendingin, kemudian berkata, “Kamu bertemu Bryan.”

Keysha mengangguk pelan. “Dia tidak seperti yang kupikirkan selama ini. Tapi dia juga bukan pria yang kuat. Mungkin benar kata kamu dulu... Alena ingin segalanya. Tapi di sisi lain, dia juga tidak pernah tahu cara untuk memilih dan mengambil keputusan dengan cara yang benar.”

Arka menarik napas panjang. “Aku selalu bertanya-tanya... apa yang salah dariku? Apakah aku terlalu keras? Terlalu kaku? atau terlalu dingin? Tapi ternyata... dia memang tidak pernah sepenuhnya ada untukku. Dari awal, mungkin hatinya memang hanya untuk sosok Bryan.”

Keysha mengangkat wajahnya. “Dan aku? Bagaimana dengan ku, apakah aku juga tidak pernah benar-benar kamu lihat?”

Arka terdiam. Ada jeda panjang. Tatapannya bertemu dengan mata lembut Keysha yang amat indah dengan bola mata yang berwarna kecoklatan, dan saat itu... dunia seperti berhenti sejenak.

“Kamu berbeda, Keysha. Sejak awal.”

“Lalu kenapa kamu tetap menjauh?”

“Karena aku takut. Aku takut aku hanya memindahkan luka lama ke tempat baru. Aku takut... aku hanya mengganti bayangan tanpa benar-benar melihat siapa yang ada di hadapanku.”

Keysha mendekat arah Arka. “Aku bukan Alena, Arka. Aku mungkin tidak sempurna, tapi aku ada di sini. Dengan seluruh kebingungan, ketidaktahuan, dan perasaan yang perlahan tumbuh tanpa izin.”

Arka menatapnya lama. “Dan bodoh nya, aku... mulai merasakan hal yang sama.”

Mereka saling menatap, lebih lama dari sebelumnya. Tidak ada pelukan. Tidak ada ciuman. Tapi keheningan itu jauh lebih dalam dari seribu kata cinta. Ada pengakuan yang tidak perlu diucapkan.

Keysha tersenyum tipis. “Aku tidak ingin menjadi pengganti. Aku ingin menjadi satu-satunya, Arka.”

Arka menunduk pelan, lalu mengangguk. “Dan kamu pantas mendapatkannya.”

Malam itu, dua hati yang selama ini saling menghindar, akhirnya mulai saling mendekat. Perlahan. Tapi pasti.

--------

Keesokan harinya di kamar Alena yang tak pernah dibuka lagi,

Keysha berdiri di depan sebuah pintu kayu putih di lorong lantai atas. Ini adalah kamar Alena. Sejak ia pindah ke rumah Arka, ruangan ini selalu tertutup rapat. Tapi hari ini... ada keberanian yang mendorongnya untuk membuka kamar itu.

Tangannya meraih gagang pintu, sedangkan Arka berdiri di belakangnya sembari terdiam dari tadi.

“Kamu yakin mau masuk?” tanyanya.

Keysha mengangguk. “Aku ingin tahu apa yang dia tinggalkan. Mungkin aku bisa menemukan jawaban lain di sini.”

Arka membuka pintu perlahan. Aroma lavender tipis menyeruak keluar. Kamar itu rapi, terlalu rapi. Seperti kamar tamu hotel, tanpa sentuhan emosional.

Keysha melangkah masuk, jari-jarinya menyusuri meja rias, lemari, hingga akhirnya menemukan sebuah kotak kecil di bawah tempat tidur. Dengan hati-hati, ia membukanya.

Di dalamnya, ada buku harian.

Keysha duduk di tepi ranjang dan mulai membaca. Arka tetap berdiri di belakang, diam tapi penuh ke waspadaan.

“Hari ini lagi-lagi aku bertemu dengan Bryan secara diam-diam. Aku tahu semua yang aku lakukan selama ini salah. Tapi hanya bersamanya aku bisa bernapas. Arka terlalu sempurna. Terlalu… tepat. Sedangkan aku? Aku penuh kekacauan. Aku ingin hidupku yang bebas, bukan hidup yang diatur.”

Keysha menahan napas. Halaman demi halaman ia baca. Semuanya berisi kegelisahan Alena, ketakutannya, kemarahannya, dan cintanya yang begitu besar pada Bryan—cinta yang tidak pernah punya keberanian untuk ia perjuangkan secara terang-terangan.

Dan di halaman terakhir, ada kalimat pendek:

“Maafkan aku, Keysha. Mungkin kamu akan membenciku karena menggantikan aku. Tapi kamu lebih kuat dariku. Jauh lebih layak untuk mencintai dan dicintai.”

Air mata Keysha menetes tanpa bisa ditahan. Ia menutup buku itu dan menatap Arka.

“Dia tahu aku akan menggantikannya...”

Arka maju dan duduk di sampingnya. “Mungkin itu caranya minta maaf kepada mu. Lewat tulisan, karena ia terlalu pengecut untuk bicara secara langsung.”

Keysha menatap buku harian itu. “Aku tak tahu harus marah atau merasa lega.”

Arka menggenggam tangannya. “Kamu tidak perlu menjadi Alena. Tidak harus memahami semuanya. Cukup jadi diri kamu, dan biarkan kita mulai semuanya dari awal.”

Keysha menoleh, tersenyum di antara air matanya. “ Dengan awal yang tidak sempurna.”

“Tapi itu semua nyata .”

Mereka duduk di sana, di kamar masa lalu, tapi membicarakan masa depan. Untuk pertama kalinya, bayangan Alena perlahan memudar, memberi ruang bagi kisah baru yang akan tumbuh secara perlahan di antara mereka.

-----------------

[ Bersambung........]

"See you in the next chapter, friends."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Penguasa   Bab 14: Luka yang Tak Pernah Pergi

    Pagi ini, langit tampak redup, seolah bersiap menjadi saksi dari pertemuan yang tidak pernah ingin dijalani. Arka menyetir dalam diam, wajahnya fokus tapi tegang. Di sampingnya, Keysha menatap ke luar jendela, memikirkan banyak hal—terutama tentang seseorang yang tak disangka kembali mengusik hidup mereka: Bryan.“Arka… kamu yakin mau ketemu sama dia?” tanya Keysha hati-hati.Arka mengangguk pelan. “Kita tidak bisa biarkan dia terus bermain di belakang. Aku harus tahu apa maunya. Kamu nggak harus ikut kalau nggak mau.”Keysha menggeleng. “Aku mau ikut. Dia pernah bersikap baik padaku… aku ingin tahu siapa dia sebenarnya, dan apa maunya Sampai harus mengirim pesan seperti itu.”Mereka berhenti di kafe kecil, tempat yang dipilih Bryan. Tempat itu tenang, hampir tak ada pengunjung lain. Begitu melangkah masuk, mereka langsung melihat Bryan yang sudah duduk di pojok ruangan, menyesap espresso sambil menatap ke arah luar jendela.Keysha menarik napas. Ia ingat pertemuan pertama mereka—Brya

  • Menikahi Penguasa   Bab 13: Pesan Tak Dikenal

    Keysha seketika mematung di depan meja, menatap layar ponselnya tanpa berkedip.Pesan itu masih tertera dengan jelas: “Jangan terlalu percaya pada cinta yang datang setelah luka. Karena tak semua luka mudah untuk sembuh sepenuhnya.”Jari-jarinya menggenggam ponsel lebih erat. Sekilas ia menoleh ke jendela—seolah berharap itu hanya angin iseng yang melemparkan ketakutan. Tapi tidak. Ini nyata. Dan seseorang mengirim pesan itu untuknya, dengan maksud tertentu.Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri. Mungkin itu hanya pesan anonim, atau pesan salah kirim. Mungkin hanya orang iseng. Tapi mengapa terasa begitu pribadi? Seolah si pengirim tahu apa yang sedang ia dan Arka jalani. Bahkan tahu luka apa yang sedang mereka coba sembuhkan.Keysha menelan ludah, lalu mengetik balasan.“Siapa kamu?”Belum sampai satu menit, muncul lagi pesan balasan.“Seseorang yang tahu siapa cinta pertama Arka. Dan tahu luka apa yang masih dia sembunyikan.”Keysha terdiam.Degup jantungnya mulai kacau. Tangannya

  • Menikahi Penguasa   Bab 12: Malam, Sebelum Segalanya Berubah

    Suasana kamar terasa begitu hening, hanya suara pendingin ruangan dan detak jarum jam di dinding yang terdengar. Keysha duduk di sisi tempat tidur, mengenakan piyama berbahan katun lembut berwarna biru pucat. Ia menatap cermin kecil di hadapannya sambil menyisir rambut perlahan. Di balik pantulan kaca, ia bisa melihat Arka berdiri di ambang pintu kamar, memandangi dirinya tanpa kata.“Aku belum bisa tidur,” kata Keysha pelan.Arka melangkah masuk, menyandarkan tubuhnya ke dinding di dekat meja rias. “Aku juga.”Hening sejenak. Hanya tatapan mereka yang saling bertaut. Tak ada lagi pembicaraan tentang Alena malam ini, tak ada luka lama yang dibongkar kembali. Tapi ada sesuatu yang berubah di antara mereka—entah lebih dekat atau lebih rapuh, mereka berdua belum tahu pasti.“Kamu masih memikirkan apa yang dikatakan Alena?” tanya Keysha hati-hati, menatap bayangannya sendiri di cermin.Arka berjalan pelan, duduk di ujung ranjang. “Sedikit. Tapi bukan tentang dia. Aku lebih memikirkan soal

  • Menikahi Penguasa   Bab 11: Kebenaran yang Melegakan

    Langit sore tampak kelabu, ketika Arka tiba di kafe tempat yang sudah dijanjikan dengan Alena. Tempat itu terlalu penuh kenangan—dulu mereka sering duduk di meja paling ujung, dekat jendela besar yang menghadap ke jalan. Tapi hari ini, kenangan itu bukan lagi alasan untuk tinggal—melainkan untuk ditutup selama nya.Arka duduk lebih dulu. Tak lama, Alena datang. Rambutnya diikat sederhana, wajahnya pucat namun tenang."Terima kasih sudah mau datang, Arka," ucap Alena, dengan suara pelan.Arka mengangguk singkat. "Langsung ke intinya saja, kamu bilang ada yang ingin dijelaskan."Alena duduk, tangannya gemetar saat menyentuh cangkir di depannya. Hening beberapa detik sebelum ia berbicara."Kamu marah padaku, dan kamu punya hak penuh untuk melakukan itu," katanya pelan. "Tapi aku ingin kamu tahu... aku tidak meninggalkanmu karena aku tidak mencintaimu."Arka menahan napas. Matanya tajam menatap Alena. "Lalu kenapa kamu tinggalkan aku di hari pernikahan kita? Tanpa penjelasan, tanpa pesan.

  • Menikahi Penguasa   Bab 10: Janji di Ujung Keraguan

    Keysha seketika terdiam. Kata-kata Arka menggantung di udara seperti kabut pekat yang sulit ditembus. Malam yang semula terasa begitu hangat seketika berubah menjadi dingin. Hujan di luar masih turun, tapi kini, yang lebih deras justru suara degup jantungnya sendiri."Alena... mengirim pesan padamu? tapi kenapa?" suaranya nyaris tak terdengar.Arka meletakkan ponsel nya di atas meja. "Baru saja. Aku juga sangat terkejut.""Apa... kamu sudah membaca semua pesannya?" Keysha menelan ludah.Arka mengangguk dengan pelan. "Hanya sebagian."Keysha menatap Arka, mencoba membaca ekspresi wajahnya, mencari sisa-sisa rindu atau luka yang mungkin masih tertinggal."Apa kamu masih terganggu dengan kehadirannya?"Arka menghela napas. "Aku tidak tahu, Keysha. Ini bukan karena aku masih menyimpan rasa pada Alena. Tapi karena aku tidak menyangka dia akan muncul... saat aku baru saja mulai merapikan hidupku lagi, bersamamu."Keysha menunduk, jari-jarinya memainkan ujung bantal di sampingnya. "Apa dia

  • Menikahi Penguasa   Bab 9: Bukan Sekedar Pelarian

    Aroma kopi menyebar perlahan dari dapur yang biasanya sunyi. Keysha berdiri di depan mesin pembuat kopi, memakai apron putih dengan rambut yang diikat asal-asalan. Wajahnya masih menampakkan bekas kantuk, tapi juga ketenangan baru setelah melalui malam yang menguras emosi. Matanya memandangi tetesan kopi yang jatuh perlahan, sembari memikirkan ulang semua percakapan semalam.Arka masuk ke dapur tanpa suara, mengenakan kaus abu-abu polos dan celana panjang. Tak seperti sosok CEO dingin dengan setelan hitam seperti biasa. Kali ini, ia tampak seperti pria biasa—yang mungkin sedang belajar menjadi suami.“Pagi,” ucapnya lirih.Keysha menoleh sambil menyodorkan secangkir kopi. “Pagi. Kamu suka kopi hitam kan?”Arka mengangguk dan duduk di kursi bar dapur. “Iya. Tapi biasanya pahit.”Keysha menyeringai kecil. “Kadang, rasa pahit justru bikin kita sadar kalau yang manis itu bukan segalanya.”Mereka tertawa kecil. Hening setelahnya terasa berbeda. Tidak canggung, tapi nyaman. Seperti dua oran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status