Home / Romansa / Menikahi Penguasa / Bab 7: Kebimbangan Arka

Share

Bab 7: Kebimbangan Arka

Author: Jerry
last update Last Updated: 2025-07-14 18:41:12

Pagi hari ini, tepatnya di kantor Arka.

Langit Jakarta masih berkabut saat mobil hitam mewah berhenti di depan gedung kaca yang menjulang tinggi: Alvaro Corp. Pintu dibukakan oleh sang sopir dengan cepat, dan dari dalam keluarlah sosok yang telah lama dikenal sebagai pria dingin, penuh wibawa, sekaligus ditakuti—Arka Alvaro.

Dengan langkah cepat dan pasti, Arka memasuki lobi. Para staf menunduk hormat, dan suasana langsung berubah sunyi. Tak ada yang berani bercanda atau membuang waktu saat CEO mereka melintas.

Di balik kaca transparan lift, Arka berdiri tegak, jas hitamnya membingkai tubuh tinggi dan tegasnya yang terlibat begitu sempurna. Tapi jika diperhatikan lebih dekat, mata itu… menyimpan beban yang berat. Sesuatu yang tidak diketahui oleh siapa pun di dalam gedung ini.

Begitu sampai di lantai tertinggi, sekretarisnya, Dita, langsung menyambut dengan map di tangannya

.

“Pagi, Pak Arka. Agenda hari ini cukup padat. Rapat divisi finansial jam sembilan, lalu review akuisisi JamTech dengan tim legal jam sebelas. Setelah makan siang, ada pertemuan dengan investor baru dari Korea.”

Arka mengangguk sambil mengambil map. “Bereskan semua catatan JamTech. Aku tak ingin ada celah dalam laporan mereka. Dan Dita…”

“Iya, Pak?”

“Pastikan ruang rapat steril dari orang luar. Hari ini aku tak punya waktu untuk drama di meja direksi.”

Dita langsung mencatat. “Siap, Pak.”

Tak lama kemudian, rapat dimulai. Semua direktur duduk dengan rapi di ruang rapat modern yang dikelilingi layar digital. Arka duduk di ujung meja, tatapannya menyapu satu per satu.

“Laporan kuartal kedua menunjukkan kenaikan laba bersih sebesar delapan persen,” ucap direktur keuangan, Reza.

“Delapan persen?” tanya Arka, pelan tapi tajam. “Target kita dua belas persen. Jadi di mana empat persen lainnya?”

Reza menelan ludah. “Kami sempat mengalami keterlambatan distribusi karena vendor luar negeri yang–”

Arka memotong. “Saya tidak mau dengar alasan apa pun. Saya butuh solusi. Jika vendor bermasalah, kita cari vendor baru. Jangan biarkan satu masalah membuat semua strategi goyah. Kita bukan perusahaan kecil.”

Suasana tegang. Tapi semua tahu—itulah Arka. Tegas. Perfeksionis. Dan tidak ada ruang untuk kegagalan.

Salah satu direktur wanita, Nadia, menyela, “Tapi Pak, kalau kita terlalu agresif, kita bisa kehilangan mitra yang sudah lama…”

Arka menoleh padanya. “Justru karena kita sudah lama bermitra, mereka seharusnya tahu standar kita. Jangan turunkan standar hanya karena loyalitas. Loyalitas harus terjadi dua arah.”

Nadia diam. Matanya menatap Arka, masih menyimpan rasa yang dulu pernah tumbuh. Tapi Arka tak terganggu. Ia bukan pria yang mencampur adukkan perasaan dan kepemimpinan. Setidaknya, tidak di ruang ini.

Rapat berakhir dengan keputusan tegas dan tenggat waktu yang ketat. Arka berdiri, menatap semua orang di meja.

“Kita akan kejar target dua belas persen. Tidak ada negosiasi. Semua tim siap untuk lembur jika perlu.”

Dan dengan itu, ia keluar lebih dulu. Seperti biasa.

Namun, saat pintu menutup dan semua orang menghela napas, di balik semua itu… tak satu pun dari mereka tahu bahwa hati pria itu masih diselimuti pertanyaan tentang seorang wanita yang meninggalkannya… dan wanita lain yang perlahan mulai mengisi ruang kosong itu secara perlahan dan tanpa di sadari.

-------

Siang Hari, Arka menatap layar laptopnya. Tapi pikirannya tak benar-benar fokus. Email dari investor, laporan keuangan, dan kontrak merger… semuanya hanya sekadar teks saat bayangan wajah Keysha muncul di pikirannya.

Pagi tadi, ia melihat Keysha menatap keluar jendela kamar, seperti sedang membawa beban yang terlalu besar untuk pundaknya yang ramping.

Ia memejamkan mata. Kenapa wanita itu mulai masuk ke pikirannya terlalu dalam?

Seketika semua pikiran nya buyar saat pintu diketuk dari luar.

Tok. Tok. Tok.

“Masuk.”

Dita masuk dan menyodorkan sebuah amplop. “Ini ada amplop yang disampaikan langsung oleh Nona Keysha, Pak. Katanya penting.”

Arka mengerutkan kening. Ia membuka amplop itu.

Isinya adalah tulisan tangan Keysha.

> “Aku bertemu Bryan. Dia tidak jahat. Tapi dia juga tidak cukup kuat. Aku masih belum bisa sepenuhnya membela Alena, tapi aku mulai mengerti kenapa dia memilih lari. Akan kuceritakan semuanya malam ini. Tapi satu hal yang perlu kamu tahu—dia tidak kabur karena kamu. Dia kabur karena dirinya sendiri.”

Tangannya menggenggam kertas itu dengan erat.

Emosi dalam dadanya berkecamuk. Ia ingin marah. Ingin merasa lega. Ingin tahu lebih. Tapi yang paling ia rasakan justru… keheningan dan kebimbangan.

Keysha sudah melangkah sejauh itu untuk membantunya. Bertemu Bryan, membawa kebenaran. Ia melakukannya bukan karena diminta… tapi karena peduli.

Arka memutar kursinya, menatap pemandangan kota dari balik jendela tinggi. Di bawah sana, semua tampak kecil. Tapi di dunia ini, hanya satu sosok yang kini terasa paling besar pengaruhnya.

Keysha.

Dia jelas-jelas bukan Alena, tapi kenapa?

Dan justru karena itu… Arka mulai merasa takut.

Takut karena untuk pertama kalinya, ia ingin seseorang tinggal bukan karena status, bukan karena perjanjian…

Tapi karena rasa.

Ia berdiri, mengambil jaketnya. “Dita,” panggilnya.

“Ya, Pak?”

“Batalkan pertemuan sore ini. Aku akan pulang.”

Dita melongo, tapi tidak bertanya. Ia tahu, jika Arka sampai memotong jadwalnya… pasti ada alasan besar di baliknya.

Dan Arka melangkah pergi. Dengan langkah cepat. Dengan hati yang tak sepenuhnya bisa ia mengerti. Tapi ia tahu, malam ini… ia ingin bertemu dan melihat wajah Keysha.

Bukan untuk bertanya tentang Alena.

Tapi untuk bicara tentang mereka berdua.

--------------

[ Bersambung........]

"See you in the next chapter"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Penguasa   Bab 14: Luka yang Tak Pernah Pergi

    Pagi ini, langit tampak redup, seolah bersiap menjadi saksi dari pertemuan yang tidak pernah ingin dijalani. Arka menyetir dalam diam, wajahnya fokus tapi tegang. Di sampingnya, Keysha menatap ke luar jendela, memikirkan banyak hal—terutama tentang seseorang yang tak disangka kembali mengusik hidup mereka: Bryan.“Arka… kamu yakin mau ketemu sama dia?” tanya Keysha hati-hati.Arka mengangguk pelan. “Kita tidak bisa biarkan dia terus bermain di belakang. Aku harus tahu apa maunya. Kamu nggak harus ikut kalau nggak mau.”Keysha menggeleng. “Aku mau ikut. Dia pernah bersikap baik padaku… aku ingin tahu siapa dia sebenarnya, dan apa maunya Sampai harus mengirim pesan seperti itu.”Mereka berhenti di kafe kecil, tempat yang dipilih Bryan. Tempat itu tenang, hampir tak ada pengunjung lain. Begitu melangkah masuk, mereka langsung melihat Bryan yang sudah duduk di pojok ruangan, menyesap espresso sambil menatap ke arah luar jendela.Keysha menarik napas. Ia ingat pertemuan pertama mereka—Brya

  • Menikahi Penguasa   Bab 13: Pesan Tak Dikenal

    Keysha seketika mematung di depan meja, menatap layar ponselnya tanpa berkedip.Pesan itu masih tertera dengan jelas: “Jangan terlalu percaya pada cinta yang datang setelah luka. Karena tak semua luka mudah untuk sembuh sepenuhnya.”Jari-jarinya menggenggam ponsel lebih erat. Sekilas ia menoleh ke jendela—seolah berharap itu hanya angin iseng yang melemparkan ketakutan. Tapi tidak. Ini nyata. Dan seseorang mengirim pesan itu untuknya, dengan maksud tertentu.Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri. Mungkin itu hanya pesan anonim, atau pesan salah kirim. Mungkin hanya orang iseng. Tapi mengapa terasa begitu pribadi? Seolah si pengirim tahu apa yang sedang ia dan Arka jalani. Bahkan tahu luka apa yang sedang mereka coba sembuhkan.Keysha menelan ludah, lalu mengetik balasan.“Siapa kamu?”Belum sampai satu menit, muncul lagi pesan balasan.“Seseorang yang tahu siapa cinta pertama Arka. Dan tahu luka apa yang masih dia sembunyikan.”Keysha terdiam.Degup jantungnya mulai kacau. Tangannya

  • Menikahi Penguasa   Bab 12: Malam, Sebelum Segalanya Berubah

    Suasana kamar terasa begitu hening, hanya suara pendingin ruangan dan detak jarum jam di dinding yang terdengar. Keysha duduk di sisi tempat tidur, mengenakan piyama berbahan katun lembut berwarna biru pucat. Ia menatap cermin kecil di hadapannya sambil menyisir rambut perlahan. Di balik pantulan kaca, ia bisa melihat Arka berdiri di ambang pintu kamar, memandangi dirinya tanpa kata.“Aku belum bisa tidur,” kata Keysha pelan.Arka melangkah masuk, menyandarkan tubuhnya ke dinding di dekat meja rias. “Aku juga.”Hening sejenak. Hanya tatapan mereka yang saling bertaut. Tak ada lagi pembicaraan tentang Alena malam ini, tak ada luka lama yang dibongkar kembali. Tapi ada sesuatu yang berubah di antara mereka—entah lebih dekat atau lebih rapuh, mereka berdua belum tahu pasti.“Kamu masih memikirkan apa yang dikatakan Alena?” tanya Keysha hati-hati, menatap bayangannya sendiri di cermin.Arka berjalan pelan, duduk di ujung ranjang. “Sedikit. Tapi bukan tentang dia. Aku lebih memikirkan soal

  • Menikahi Penguasa   Bab 11: Kebenaran yang Melegakan

    Langit sore tampak kelabu, ketika Arka tiba di kafe tempat yang sudah dijanjikan dengan Alena. Tempat itu terlalu penuh kenangan—dulu mereka sering duduk di meja paling ujung, dekat jendela besar yang menghadap ke jalan. Tapi hari ini, kenangan itu bukan lagi alasan untuk tinggal—melainkan untuk ditutup selama nya.Arka duduk lebih dulu. Tak lama, Alena datang. Rambutnya diikat sederhana, wajahnya pucat namun tenang."Terima kasih sudah mau datang, Arka," ucap Alena, dengan suara pelan.Arka mengangguk singkat. "Langsung ke intinya saja, kamu bilang ada yang ingin dijelaskan."Alena duduk, tangannya gemetar saat menyentuh cangkir di depannya. Hening beberapa detik sebelum ia berbicara."Kamu marah padaku, dan kamu punya hak penuh untuk melakukan itu," katanya pelan. "Tapi aku ingin kamu tahu... aku tidak meninggalkanmu karena aku tidak mencintaimu."Arka menahan napas. Matanya tajam menatap Alena. "Lalu kenapa kamu tinggalkan aku di hari pernikahan kita? Tanpa penjelasan, tanpa pesan.

  • Menikahi Penguasa   Bab 10: Janji di Ujung Keraguan

    Keysha seketika terdiam. Kata-kata Arka menggantung di udara seperti kabut pekat yang sulit ditembus. Malam yang semula terasa begitu hangat seketika berubah menjadi dingin. Hujan di luar masih turun, tapi kini, yang lebih deras justru suara degup jantungnya sendiri."Alena... mengirim pesan padamu? tapi kenapa?" suaranya nyaris tak terdengar.Arka meletakkan ponsel nya di atas meja. "Baru saja. Aku juga sangat terkejut.""Apa... kamu sudah membaca semua pesannya?" Keysha menelan ludah.Arka mengangguk dengan pelan. "Hanya sebagian."Keysha menatap Arka, mencoba membaca ekspresi wajahnya, mencari sisa-sisa rindu atau luka yang mungkin masih tertinggal."Apa kamu masih terganggu dengan kehadirannya?"Arka menghela napas. "Aku tidak tahu, Keysha. Ini bukan karena aku masih menyimpan rasa pada Alena. Tapi karena aku tidak menyangka dia akan muncul... saat aku baru saja mulai merapikan hidupku lagi, bersamamu."Keysha menunduk, jari-jarinya memainkan ujung bantal di sampingnya. "Apa dia

  • Menikahi Penguasa   Bab 9: Bukan Sekedar Pelarian

    Aroma kopi menyebar perlahan dari dapur yang biasanya sunyi. Keysha berdiri di depan mesin pembuat kopi, memakai apron putih dengan rambut yang diikat asal-asalan. Wajahnya masih menampakkan bekas kantuk, tapi juga ketenangan baru setelah melalui malam yang menguras emosi. Matanya memandangi tetesan kopi yang jatuh perlahan, sembari memikirkan ulang semua percakapan semalam.Arka masuk ke dapur tanpa suara, mengenakan kaus abu-abu polos dan celana panjang. Tak seperti sosok CEO dingin dengan setelan hitam seperti biasa. Kali ini, ia tampak seperti pria biasa—yang mungkin sedang belajar menjadi suami.“Pagi,” ucapnya lirih.Keysha menoleh sambil menyodorkan secangkir kopi. “Pagi. Kamu suka kopi hitam kan?”Arka mengangguk dan duduk di kursi bar dapur. “Iya. Tapi biasanya pahit.”Keysha menyeringai kecil. “Kadang, rasa pahit justru bikin kita sadar kalau yang manis itu bukan segalanya.”Mereka tertawa kecil. Hening setelahnya terasa berbeda. Tidak canggung, tapi nyaman. Seperti dua oran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status