Share

TAMU TAK DIUNDANG

Perkenalan singkatnya dengan Bara menjadi pertanda yang sangat buruk untuk Reyna. Kejutan kecil dari perkenalan teman beda dunianya selalu menghiasi persinggahan Reyna. 

Semenjak kejadian itu Reyna banyak sekali mendapatkan tanda-tanda dari makhluk halus yang tertarik dengan baunya. Reyna benar-benar terganggu dan risih oleh tingkah mereka sehingga ia banyak menarik diri dari dunia luar.

Bahkan wanita ini tak bisa merasakan ketenangan hidup. Diamnya Reyna adalah kebisingan yang sesungguhnya. Reyna yang masih belum terbiasa selalu berhasil dibuat frustasi. Keheningan yang selama ini Reyna jaga akhirnya sirna.

Pancingan Bara itu berhasil membuat Reyna melangkah lebih dekat bersamanya. Ketenangan dan iman Reyna mulai goyah karenanya. Sehingga Bara bisa memanggil seluruh temannya untuk mengganggu Reyna sesuka hati.

Sampai-sampai Reyna sangat merindukan tidur nyenyak tanpa diganggu. Ketika ingin tertidur 'pun masih bisa merasakan makhluk itu terus mengajaknya bermain. Memainkan sukmanya sesuka hati tanpa mempedulikan kondisi Reyna seperti apa.

Malam yang bising pun berganti setiap harinya. Pagi yang cerah tak bisa menenangkan Reyna dengan semangat yang berbeda. Lelah, dan muak kurang lebih itulah yang dirasakan Reyna ketika melewati ketenangan malam. 

Seiring bergantinya jam ke hari, semakin Reyna sesak dengan gangguan itu. Asanya mulai hilang, ia lelah sekali mengalah untuk diam dan tak menggubris mereka. Kekesalan itu muncul ketika Bara tak sengaja datang untuk menengok kondisinya. Dan—

BRAK!

Spontan Reyna melemparkan novel tebal seberat satu kilogram itu ke arah Bara. Menembus, dan Bara hanya bisa tersentak dengan sambutan yang mengejutkan dirinya. Reyna menatap geram kehadiran Bara di depannya.

"Siapa kau?!" bentak Reyna pada Bara. Bara hanya tersenyum kaku mendengar pernyataan Reyna kala itu. Ia merubah wujud menyeramkannya, menjadi pria tampan bak artis. Tak semudah itu Bara bisa menaklukan hati beku Reyna dengan tampang.

"Kenapa galak banget sih? Padahal aku ke sini cuman mau nengok kamu, Rey." sahutnya mencari alasan yang masuk logika manusia. Reyna Hanya bisa mendengus sebal dengan alasan klasik itu. Ia tidak bisa ditipu dengan tampang hantu tampan Bara.

Lagi Bara menyunggingkan senyum tulus yang sebenarnya. Setulus hati ia lakukan itu untuk membuka hati Reyna. Penantiannya yang lama akhirnya terbayarkan dengan respon Reyna yang mulai luluh.

'Rasanya ... aku pernah melihat senyum dan binar cahaya matanya yang hangat itu,' batin Reyna karena spontan teringat dengan seseorang di masa lalunya.

Kekesalan Reyna sirna ketika langkah kaki Bara mendekatinya. Semakin Reyna tersipu dengan auranya yang menenangkan hati. Inilah yang ia cari selama ini, tapi mengapa harus berbeda dunia ia dipertemukan.

"A-aku Bara," jawab Bara gugup sekali karena ketakutan. Ia menjulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan lebih dekat lagi. Meraih tangan yang putih dan pucat pasi, Reyna seperti diingatkan dengan memori masa lalu dengan seseorang.

Ia yakin pria ini pernah singgah di kehidupan nyatanya. Bukan di mimpi maupun hadir sebagai makhluk halus di dunia ini. Tapi sayang, Reyna tak bisa mengingat betul memori singkat itu. Reyna menatap dengan lekat siapa sosok asing di depannya itu. 

Ia berdiri dan perlahan mendekati lagi Bara dengan tatapan penuh arti. Matanya menatap tajam, mengamati setiap lekuk tubuh Bara yang menyerupai manusia. Mengendus bau yang berbeda aroma dari sebelumnya.

"Kau manusia?" lagi tanya Reyna kebingungan. Tatapannya belum bisa berpaling sedikitpun dari penampilan Bara. Bara berhasil menghipnotis Reyna ke dalam penampilannya. Bara hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu sambil terkekeh.

Suasana semakin canggung karena ulah Reyna. Ia mengamati dari ujung kepala hingga ujung kaki tanpa henti. Lagi matanya mendelik karena kehadiran Bara yang tiba-tiba ada di depan mata. Mungkin pagi ini akan berbeda nuasanya untuk Reyna.

Karena pada akhirnya Reyna berhasil bertemu dengan sosok yang menyuruhnya menikah dengan sosok gaib. Reyna teringat kembali akan cacian orang-orang sekitarnya. Menjadi wanita pembawa sial hingga gagal menikah terus menerus. 

Netra Reyna kembali dilemparkan pada sosok itu karena masih penuh dengan pertanyan. Masih menjadi misteri apa maksud roh pria muda nan tampan ini. Dengan lancangnya ia berani menyumpahi Reyna mengenai jodohnya.

"Aku tahu ini bukan wujud aslimu! Wujud aslimu yang aku lihat saat hujan deras itu," ketus Reyna sambil berlalu menghindari sosok itu. 

"B-bagaimana kau bisa tahu?"

"Bau, senyum dan sikap kalian sama. Apa maksud perkataanmu tempo hari? Kenapa kau datang lagi ke hadapanku,"

"A-akh kau pasti masih ingat dengan kata-kata terakhirku bukan?" sesal Bara atas kelancangannya. Reyna mengangguk mengiyakan, Bara tertunduk lemas.

"Apa maksudmu saat itu? Apa karena aku perempuan pembawa sial? Yang mana bisa menjadi tempat singgah para makhluk seperti kalian, hah?"

"M-maafkan aku. Aku tidak ingin kehilangan jejakmu lagi Reyna. Karena kehadiranmu sangat berarti untukku! Dan—"

"...." lagi Reyna hanya bisa diam sambil menatap Bara sangat tajam.

Rasanya Reyna semakin muak dengan sosok demit yang ia temui kali ini. Ia mencoba membaca ayat-ayatNya untuk mengusir Bara. Tapi langkah Bara lebih cepat untuk membungkam mulut Reyna kala itu. Ia memeluk erat Reyna untuk menghentikan kepergiannya.

"Aku merindukanmu Reyna. Tolong jangan usir aku," bisik Bara seiring mengecup leher Reyna yang putih. Tangannya menjelajahi tubuh Reyna, hingga Reyna masuk dalam buaian nafsu Bara kala itu. Kepolosan Reyna ternodai karena keusilan Bara terhadapnya.

Tapi Bara tak ingin melakukan ini dengan cepat. Ia menghentikan penjelajahannya dan hanya memeluk Reyna dengan erat. "Berjanjilah padaku untuk tetap bertahan menjadi sosok ini selamanya," bisik Bara sambil berlalu begitu saja dengan muka menahan nafsu.

Reyna hanya bisa diam tak bisa mengucapkan lagi kata-kata. Dan rasanya ada perasaan lain ketika Bara datang mengakui perbuatan. Sosok ini benar-benar bersemayam pada sukma Reyna. Berhasil menanamkan perasaan setia pada jodoh yang terlarang untuk dimiliki.

Reyna mencari lagi keberadaan Bara yang menghilang tanpa pamit. Menyisir setiap sudut kamarnya, nihil dan Bara berhasil membuat Reyna merindukan kehadirannya dalam sekejap mata. Dan pertemuan perdananya dengan Bara sangatlah berkesan untuk Reyna.

'Mengapa aku merasa nyaman dengan sosok demit itu? Jangan-jangan aku ...?' batin Reyna bertanya-tanya dengan kejanggalan yang dialaminya. Hari-hari berlalu begitu cepat, tapi sayang Bara tak lagi menampakan dirinya di depan Reyna.

Ia rindu sosok Bara bukan sosok lain yang selalu singgah setiap hari. Reyna selalu menunggu kedatangan Bara dengan mengurung dirinya sendiri tanpa sebab. Berbicara sendiri tanpa lawan bicara. Hingga Reyna sampai pada auranya yang mulai luruh dari hari ke hari menunggu kehadiran Bara.

Ibu Reyna yang semula tidak mengambil pusing tingkah anaknya itu, mulai risau. Ia khawatir ada hal buruk yang menimpa anaknya. Diam-diam ibu Reyna memperhatikan gerak gerik anaknya itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status