Share

BONEKA HIDUP BARA

Setelah kepergian makhluk tak kasat mata itu, tiba-tiba langit diterangi kembali oleh cahaya bulan. Termasuk hujan deras yang menghalangi jalan Reyna berhenti begitu saja. 

Malam yang semula riuh kini menjadi lebih tenang. Reyna memastikan kembali apa ada demit lain yang ingin mengganggunya. Melihat lagi tempat yang ia pijak, harap-harap gangguan sudah hilang bersama redanya hujan.

'Fyuh, aman. Harus buru-buru balik sekarang juga! Mumpung situasinya aman,' batin Reyna menggerutu seiring menyalakan mesin motornya itu.

VRROOOMM

Pergi secepat kilat menembus kabut yang mulai turun. Reyna berdecak kesal karena ada saja hal yang mengganggu langkahnya untuk pergi dari situ. 

Sepanjang perjalanan Reyna mencoba waspada karena masih ketakutan mendapati penampakan aneh itu. Kabut semakin tebal menutup jalanan Reyna, nyali wanita ini benar-benar diuji. 

Ia harus menerobos kabut di tengah hutan rimbun yang ditutupi kabut, sendirian. Tak henti mulutnya terus melantunkan ayat-ayat suci sebagai tameng pertahanan.

TIN TIN

TIN TIN

Klakson mobil itu memecah lamunan Reyna yang gusar. Sedikitnya ia bisa bernapas lega dan mengenyampingkan pemikiran negatifnya. Benar saja niat sang pengemudi hanya ingin mengantarkan Reyna pulang dengan selamat.

'Alhamdulillah,' batinnya lega karena ada sebuah mobil yang mau membantunya menerobos tebal kabut di tengah malam. Mobil itu terus menyinari jalanan yang Reyna lewati. Tak lupa suara jangkrik dan katak menemani Reyna untuk kembali pulang ke rumah.

Sepintas di perjalanan Reyna, merenungi kata-kata yang diutarakan oleh demit tak dikenal itu. Angin malam yang dingin terus menuntunnya hingga sampai ke depan gerbang rumah.Reyna sampai di depan rumahnya berkat pertolongan dari orang tak dikenal. 

Ketika melihat Reyna sudah dekat dengan gang rumahnya, mobil itu langsung melaju mendahului laju motor Reyna. "Terima kasih!" teriak Reyna sambil melambaikan tangannya. Dan sang pengemudi memberikan jempol yang disodorkan dari balik jendela mobilnya terbuka.

Lagi Reyna melanjutkan perjalanannya yang sudah dekat. Tapi benaknya masih memikirkan dan menerka apa maksud yang diutarakan demit aneh itu. ‘Aku harus menikah dengan hantu? Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Apa benar aku ini pembawa sial untuk calon suamiku?'

'Mengapa aku bisa disebut pembawa kemalangan?’ berondong Reyna sepanjang jalan sambil mengendarai motor bututnya itu. Perjalanan penuh drama berakhir sudah. Membuka gerbang, memasukan motor ke area parkir rumah dan segera memburu pintu rumah. 

Reyna tidak bisa membohongi rasa takutnya yang terus menghantui.

TOK TOK TOK

TOK TOK TOK

“Reyna …,” lirih suara perempuan yang sangat asing di telinga Reyna. Ia mencari si empunya suara nyaring itu di balik kabut menutupi rumahnya. Tapi ia tidak mendapati lagi seseorang di manapun.

“Hihihihihi … Reyna kenapa kau mengabaikanku? Padahal aku ada di sampingmu, Reyna …,” lanjutnya semakin membuat Reyna gusar. ‘Benar-benar menambah kerjaan untukku saja! Cih, siapa sosok wanita jelek ini, Ya Allah?’ batinnya gemetar karena mendapati sosok wanita dari ekor matanya.

Reyna mencoba menerobos masuk tapi sayang terkunci. Menghela nafas panjang agar bisa lebih tenang tapi, nihil. Ia terus mengetuk pintu rumahnya yang sudah terkunci dari dalam.  

Lagi bulu kuduk Reyna berdiri semakin merinding, karena mendengar seseorang berbisik terus menerus menyebut namanya. Ia mengetuk pintu rumahnya semakin keras dan cepat agar sang ibu bisa terbangun dari tidur nyenyaknya kala itu. “Iya, sebentar.” seru ibu Reyna dari dalam rumah terburu-buru. 

KLIK

Akhirnya pintu terbuka dan ia segera masuk tanpa menoleh sedikitpun. Ia berlari sekuat tenaga menuju kamar kesayangannya, sehingga membuat ibunya kebingungan. Batinnya terus bertanya atas apa yang terjadi pada Reyna kala itu.

Wanita paruh baya itu segera menghampiri Reyna karena khawatir. Ia mendapati putri semata wayangnya menyelimuti tubuhnya dengan gemetar seperti ketakutan. Ia menghampiri Reyna perlahan karena takut membuat putrinya terkejut.

"Reyna?" panggil sang ibu lembut. Reyna mengintip dari sela-sela selimutnya. Ia meyakinkan dirinya, bahwa sosok yang di hadapannya itu manusia dan itu adalah ibu asli Reyna. "Reyna kamu kenapa, Sayang?" sambung lagi ibu Reyna sambil mendekap hangat.

'Ternyata dia ibuku,' lagi batin Reyna bisa bernapas panjang dari biasanya. Ia langsung memeluk erat ibunya itu dan menangis sejadi-jadinya.

"Kamu ke mana aja, sayang? Ibu beneran khawatir sama kamu. Kamu baik-baik aja 'kan?" tanya ibu Reyna sambil mengusap rambut anaknya itu.

"A-aku hanya ingin mencari ketenangan, Bu. Bu apa aku salah lahir ke dunia ini? Kenapa aku harus mendapatkan kutukan ini, Bu? Kenapa? Apa salahku, Bu?" gerutu Reyna dengan polosnya di depan sang ibu. 

Wanita paruh baya itu hanya bisa bungkam, ia tidak mampu mengatakan sepatah kata apapun untuk menjelaskannya. "Kenapa Bu? Kenapa?" lirih Reyna semakin membuat ibunya terisak oleh sesak kebohongan. Reyna membenamkan wajahnya di pundak wanita tersayangnya. 

Hanya dengan cara ini ia bisa mengisi ulang seluruh tenaga yang sudah terkuras. Air matanya tak sengaja mulai jatuh dari pelupuk mata. Reyna yang mencoba tegar sekuat karang, akhirnya menangis karena perkataan menyedihkan dari demit biadab itu. 

Seolah-olah dunia sedang menghantamnya bertubi-tubi. Kejadian gagal menikah selama tiga kali berturut-turut, belum lagi cibiran dan hinaan yang sering ia dapati. Membuat mentalnya benar-benar hancur dan berada di titik terendah hidup. 

Semua orang yang melihatnya selalu menghakimi Reyna karena alasan dirinya pembawa sial. Ia tidak tahu pasti maksud Tuhannya memberikan cobaan yang berat sekali untuk dipikul seorang diri. 

Reyna menghukum dirinya dengan sangat sadis, melontarkan kata-kata penuh umpatan sebagai timbal balik yang dilakukannya. Reyna sangat terpukul, dan seorang ibu hanya bisa ikut menangis untuk menenangkan kesedihan yang begitu mendalam.

Gairah hidup Reyna mulai hilang semenjak kejadian pahit terakhir kalinya terulang lagi. Sehingga Reyna semakin tertutup dan tidak mau terbuka sama sekali karenanya. Semakin asyik Reyna hidup seorang diri menurut pandangan manusia normal.

Namun apa yang dikatakan oleh mereka tak sejalan dengan yang dihadapi Reyna. Ya, semenjak pertemuan singkat itu banyak sekali demit yang ingin berkenalan bahkan ingin menguasai tubuh Reyna. Tapi sayang, frekuensi gelombang mereka tak pernah bisa sama seperti Bara.

Ya, Bara adalah demit yang menghakimi Reyna dalam keterpurukan. Sehingga mata batinnya terbuka secara spontan karena terus menghindar dari hal-hal positif. Reyna banyak sekali berubah karena ulah Bara yang selalu menjahili kehidupannya.

Tapi keinginan Bara bukan untuk satu hal sederhana itu sedari dulu. Kutukan Bahulaweyan itu ternyata memancing Bara semakin menyayangi Reyna tanpa sepengetahuannya. Bara hanya bisa mengatur seluruh jalan hidup Reyna sesuai keinginannya.

Tubuh Reyna menang utuh, tapi jiwanya benar-benar hampa sekali. Aura yang terpancar pun mulai berbeda dari sebelumnya. Perjalanan hidup Reyna layaknya boneka bagi demit bernama Bara ini. Ia mengendalikan seluruh hidup Reyna. Untuk mencapai tujuan yang ia inginkan selamanya ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status