Share

03. Princess Aurora Hutama

***

Celine sudah menyelesaikan pembayaran perlengkapan dan furniture untuk rumah barunya. Sebetulnya, tidak bisa dianggap rumah baru juga. Town House yang kini ditempatinya merupakan salah satu warisan mendiang suami yang diwariskan untuknya. Alaric Kusuma adalah anak tengah yang datang dari keluarga berada. Semua warisan atas nama Celine merupakan hasil jerih payahnya sendiri dan tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga Kusuma. 

Ia memutuskan untuk menikmati secangkir kopi sebelum pulang. Matanya tertuju pada cafe yang berada di pintu muka pusat perbelanjaan. Dekorasi cafe yang menarik karena mengusung konsep Green House dengan sejumlah tanaman hias dan bunga beragam warna. 

Kehadirannya disambut oleh suasana yang nyaman dan segar karena di tengah cafe terdapat pohon rindang yang menaungi ruangan semi terbuka. Pengunjung yang duduk pun tidak terlalu ramai seperti di dalam pusat perbelanjaan furniture tadi.

Celine memesan iced americano dan roti lapis prosciutto. Hidangan yang menggugah selera saat cacing dalam perutnya meronta-ronta minta makan. Ia memilih berdiri di balik meja dekat barista yang sedang menyelesaikan pesanannya. Matanya lalu tertunduk dengan keberadaan seorang gadis mungil yang sibuk sendiri dengan pekerjaannya. Ujung mulut Celine membentuk senyuman puas meski hanya dengan memandang gadis itu.

Gadis kecil itu terlihat kesulitan meraih gelas yang berisi milkshake di hadapannya. Tepat hitungan ketiga, tangan kecilnya tidak kuat dan menjatuhkan gelas berisi minuman itu.

Prang! Gelas kaca tinggi itu terjatuh dan menyisakan puing beling di lantai. Celine dengan sigap menghampiri karena khawatir akan ada pecahan kaca melukai sang gadis mungil. 

Celine meraih kedua tangan kecil itu dan menggendongnya dengan segera. Ia memanggil pelayan dengan sigap. “Mas, ini tolong dibersihkan dulu. Saya khawatir pecahan gelas mengenai anak ini.”

Pelayan mengangguk dan dengan segera menutup Tempat Kejadian Perkara dengan serbet putih dari pinggangnya. Sedetik kemudian, pekerja lain sudah siap membawa peralatan untuk membersihkan pecahan.

“Sayang, kamu tidak apa-apa?” Celine menatap wajah Lola.

Lola menggeleng dan terlihat sangat pucat. Celine menunggu balita yang sedang mengenakan pakaian putri kerajaan ini akan menangis meraung-raung seperti anak kecil pada umumnya. Tapi ternyata, Lola bukan balita yang suka menangis dan berteriak.

“Loh, nggak nangis. Hebat ya, Tuan Putri. Tante ijin menggendong kamu sebentar ya, soalnya Tante Celine khawatir pecahan gelasnya akan melukaimu.”

Lola mengangguk mengerti tapi kegundahan di wajahnya belum sirna.

Celine memperhatikan wajah Lola yang blasteran. Ia mencoba cara lain agar gadis mungil ini bisa memberitahu dimana orang tuanya berada.

Princess, where’s your mommy and daddy?” 

I don’t have mommy, Tante. Ayah is meeting with his friends right now.” Lola membuka suaranya dan menunjuk ruang semi terbuka dimana ayahnya berada.

Belum sempat Celine merespon penjelasan Lola. Salah satu pekerja dengan name tag Manajer mendekati tempat Celine dan Lola berdiri.

“Ibu, makanannya biar kami ganti. Sebentar kami bantu pindahkan barangnya ke meja yang sudah kami siapkan. Silakan.” 

Celine mengiyakan dan mengikuti utusan manajer ke meja baru yang sudah dibersihkan.

***

Celine masih menggendong Lola sambil duduk bersamanya. Entah mengapa, ia tidak ingin melepas gadis kecil ini begitu saja. Celine langsung teringat dengan mendiang bayinya yang meninggal yang bahkan belum sempat menghirup dunia. 

Andai, kecelakaan itu tidak merenggut nyawa bayinya. Sudah tentu bayinya juga akan tumbuh sama manisnya seperti gadis mungil yang sedang digendongnya saat ini. Begitu suara hati Celine membisiki lamunannya.

“Tante.” Suara Lola menghamburkan lamunan Celine.

“Iya, Manis. Kau boleh memanggilku Celine.” Celine mengelus pipi tembem Lola. Gadis mungil di pangkuannya terkikik. Padahal, Celine sudah khawatir gadis kecil ini akan menangis mencari kedua orang tuanya. 

Bukankah anak sekecil ini seharusnya didampingi seorang dewasa? Bagaimana jika ia adalah penculik dan dengan mudah akan membawa kabur Tuan Putri ini? Celine mulai merangkai ide gila untuk menculik gadis kecil di hadapannya.

“Princess manis, namamu siapa?” 

“Ayah bilang, aku tidak boleh berbicara dengan orang asing.”

“Uhm, anak pintar.” Celine memuji kepintaran Lola. “Baiklah kalau begitu, supaya kita lagi menjadi asing, kau dan aku harus saling berkenalan sambil bersalaman.”

Tampak keraguan di wajah gadis kecil ini.

“Sesama Tuan Putri harus saling mengenal loh,” bujuk Celine. “Ayo, ceritakan tentang kerajaanmu, Tuan Putri?” Celine meraih ujung dress Lola yang menyerupai kostum Princess Jasmine lengkap dengan mahkota kecil di atas kepalanya yang dikepang manis.

“Memang Tante Celine seorang putri juga?” Terlihat kilatan ingin tahu dari mata Lola.

“Tentu saja. Apa kau tidak mengenal Princess Celine dari Budapest, Hungaria?” Celine mengetes Lola.

Lola menggeleng.

“Baiklah, akan kuceritakan bagaimana kerajaan milikku di Budapest. Tapi, cerita ini hanya akan kubagi pada sesama Putri.”

“Namaku Aurora. Ayah, Opa dan Oma selalu memanggilku Lola.” Lola menjelaskan dengan antusias pada Celine.

“Halo, Princess Aurora. Senang berkenalan denganmu, aku Putri Celine.” Celine memperkenalkan diri dan mereka hanyut dalam dongeng yang akan diceritakan olehnya untuk Lola.***

Add this book to your library! Love and Vote!

IG: TabiCarra10

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Marrygoldie
lucu bgt Auroranya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status