Home / Romansa / Menikahi Sang Pendendam / 03. Princess Aurora Hutama

Share

03. Princess Aurora Hutama

Author: Tabina Carra
last update Last Updated: 2021-05-19 23:39:51

***

Celine sudah menyelesaikan pembayaran perlengkapan dan furniture untuk rumah barunya. Sebetulnya, tidak bisa dianggap rumah baru juga. Town House yang kini ditempatinya merupakan salah satu warisan mendiang suami yang diwariskan untuknya. Alaric Kusuma adalah anak tengah yang datang dari keluarga berada. Semua warisan atas nama Celine merupakan hasil jerih payahnya sendiri dan tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga Kusuma. 

Ia memutuskan untuk menikmati secangkir kopi sebelum pulang. Matanya tertuju pada cafe yang berada di pintu muka pusat perbelanjaan. Dekorasi cafe yang menarik karena mengusung konsep Green House dengan sejumlah tanaman hias dan bunga beragam warna. 

Kehadirannya disambut oleh suasana yang nyaman dan segar karena di tengah cafe terdapat pohon rindang yang menaungi ruangan semi terbuka. Pengunjung yang duduk pun tidak terlalu ramai seperti di dalam pusat perbelanjaan furniture tadi.

Celine memesan iced americano dan roti lapis prosciutto. Hidangan yang menggugah selera saat cacing dalam perutnya meronta-ronta minta makan. Ia memilih berdiri di balik meja dekat barista yang sedang menyelesaikan pesanannya. Matanya lalu tertunduk dengan keberadaan seorang gadis mungil yang sibuk sendiri dengan pekerjaannya. Ujung mulut Celine membentuk senyuman puas meski hanya dengan memandang gadis itu.

Gadis kecil itu terlihat kesulitan meraih gelas yang berisi milkshake di hadapannya. Tepat hitungan ketiga, tangan kecilnya tidak kuat dan menjatuhkan gelas berisi minuman itu.

Prang! Gelas kaca tinggi itu terjatuh dan menyisakan puing beling di lantai. Celine dengan sigap menghampiri karena khawatir akan ada pecahan kaca melukai sang gadis mungil. 

Celine meraih kedua tangan kecil itu dan menggendongnya dengan segera. Ia memanggil pelayan dengan sigap. “Mas, ini tolong dibersihkan dulu. Saya khawatir pecahan gelas mengenai anak ini.”

Pelayan mengangguk dan dengan segera menutup Tempat Kejadian Perkara dengan serbet putih dari pinggangnya. Sedetik kemudian, pekerja lain sudah siap membawa peralatan untuk membersihkan pecahan.

“Sayang, kamu tidak apa-apa?” Celine menatap wajah Lola.

Lola menggeleng dan terlihat sangat pucat. Celine menunggu balita yang sedang mengenakan pakaian putri kerajaan ini akan menangis meraung-raung seperti anak kecil pada umumnya. Tapi ternyata, Lola bukan balita yang suka menangis dan berteriak.

“Loh, nggak nangis. Hebat ya, Tuan Putri. Tante ijin menggendong kamu sebentar ya, soalnya Tante Celine khawatir pecahan gelasnya akan melukaimu.”

Lola mengangguk mengerti tapi kegundahan di wajahnya belum sirna.

Celine memperhatikan wajah Lola yang blasteran. Ia mencoba cara lain agar gadis mungil ini bisa memberitahu dimana orang tuanya berada.

Princess, where’s your mommy and daddy?” 

I don’t have mommy, Tante. Ayah is meeting with his friends right now.” Lola membuka suaranya dan menunjuk ruang semi terbuka dimana ayahnya berada.

Belum sempat Celine merespon penjelasan Lola. Salah satu pekerja dengan name tag Manajer mendekati tempat Celine dan Lola berdiri.

“Ibu, makanannya biar kami ganti. Sebentar kami bantu pindahkan barangnya ke meja yang sudah kami siapkan. Silakan.” 

Celine mengiyakan dan mengikuti utusan manajer ke meja baru yang sudah dibersihkan.

***

Celine masih menggendong Lola sambil duduk bersamanya. Entah mengapa, ia tidak ingin melepas gadis kecil ini begitu saja. Celine langsung teringat dengan mendiang bayinya yang meninggal yang bahkan belum sempat menghirup dunia. 

Andai, kecelakaan itu tidak merenggut nyawa bayinya. Sudah tentu bayinya juga akan tumbuh sama manisnya seperti gadis mungil yang sedang digendongnya saat ini. Begitu suara hati Celine membisiki lamunannya.

“Tante.” Suara Lola menghamburkan lamunan Celine.

“Iya, Manis. Kau boleh memanggilku Celine.” Celine mengelus pipi tembem Lola. Gadis mungil di pangkuannya terkikik. Padahal, Celine sudah khawatir gadis kecil ini akan menangis mencari kedua orang tuanya. 

Bukankah anak sekecil ini seharusnya didampingi seorang dewasa? Bagaimana jika ia adalah penculik dan dengan mudah akan membawa kabur Tuan Putri ini? Celine mulai merangkai ide gila untuk menculik gadis kecil di hadapannya.

“Princess manis, namamu siapa?” 

“Ayah bilang, aku tidak boleh berbicara dengan orang asing.”

“Uhm, anak pintar.” Celine memuji kepintaran Lola. “Baiklah kalau begitu, supaya kita lagi menjadi asing, kau dan aku harus saling berkenalan sambil bersalaman.”

Tampak keraguan di wajah gadis kecil ini.

“Sesama Tuan Putri harus saling mengenal loh,” bujuk Celine. “Ayo, ceritakan tentang kerajaanmu, Tuan Putri?” Celine meraih ujung dress Lola yang menyerupai kostum Princess Jasmine lengkap dengan mahkota kecil di atas kepalanya yang dikepang manis.

“Memang Tante Celine seorang putri juga?” Terlihat kilatan ingin tahu dari mata Lola.

“Tentu saja. Apa kau tidak mengenal Princess Celine dari Budapest, Hungaria?” Celine mengetes Lola.

Lola menggeleng.

“Baiklah, akan kuceritakan bagaimana kerajaan milikku di Budapest. Tapi, cerita ini hanya akan kubagi pada sesama Putri.”

“Namaku Aurora. Ayah, Opa dan Oma selalu memanggilku Lola.” Lola menjelaskan dengan antusias pada Celine.

“Halo, Princess Aurora. Senang berkenalan denganmu, aku Putri Celine.” Celine memperkenalkan diri dan mereka hanyut dalam dongeng yang akan diceritakan olehnya untuk Lola.***

Add this book to your library! Love and Vote!

IG: TabiCarra10

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Marrygoldie
lucu bgt Auroranya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menikahi Sang Pendendam   67. Finale

    ***Celine tidak pernah membayangkan bahwa hari ini akan datang. Setelah kejadian buruk menimpa keluarga mereka terus menerus dan kini Celine bisa berdiri tegak menatap langit.Ya, di bawah langit cerah dengan lautan biru menghampar di sebuah kapal yacht berukuran sedang milik mertuanya. Celine dan Barra kembali mengikat janji suci secara agama menurut kepercayaan mereka untuk disaksikan keluarga terkasih.Gaun putih Celine yang bertema vintage berkibar pelan ditiup sepoian angin laut. Bahan yang ringan membuat gaunnya semakin terlihat estetik. Apalagi dengan tubuh sintal semampai milik Celine. Tidak yakin Barra bisa menahan diri untuk tidak menerkam istrinya di depan umum.

  • Menikahi Sang Pendendam   66. Cinta Terakhir Barra

    ***Untuk pertama kalinya dalam enam bulan, semalam Barra bisa tidur dengan nyenyak dalam pelukan istrinya. Setelah kejadian di dalam mobil dimana Celine begitu keras untuk mendobrak pintu hatinya yang membeku bersamaan saat ia menerima abu milik ibunya. Semua hal di dunia dan sekitarnya menjadi tidak penting, pikir Barra.Barra menggeliat dan meregangkan tubuhnya saat Celine sedang bergerilya menyusuri bagian tubuh bawahnya yang sensitif. Barra dapat merasakan kulit istrinya yang polos dan mulus sedang bergerak di balik selimut.Ia tahu Celine sedang mengulum sesuatu sebagai sarapan paginya. bergerak dari atas lalu ke bawah dan begitu seterusnya dengan gerakan memutar.

  • Menikahi Sang Pendendam   65. Putusan Vonis Barra

    ***“Dengan ini menyatakan bahwa Barra Hutama dinilai lalai dalam tindak pidana pasar modal dan/atau penipuan dan/atau penggelapan dan/atau tindak pidana pencucian uang. Meski barang bukti yang diperlihatkan oleh Det. Zane menunjukkan ketidakterkaitan Barra dengan kegiatan kasus money laundering yang melibatkan sejumlah oknum petinggi partai dan sejumlah perantara atau makelar kasus.Pihak ketiga yang dimaksud bertugas menjembatani beberapa perusahaan asing yang tidak beroperasional di tanah air dan/atau memiliki keterkaitan khusus dengan warga negara di tanah air. Dalam persidangan terpisah juga ditemukan sejumlah perusahaan fiktif lain yang bertugas menyalurkan uang-uang yang terpecah dalam tahap placement dan/atau layering. Penjelasan lengkap sudah terlampir.

  • Menikahi Sang Pendendam   64. Berita Duka Barra

    *** Menunggu agenda persidangan selanjutnya bagi Barra bukanlah hal mudah. Meski Celine sudah mendapatkan barang bukti dari tangan Eldar dan membuat berita acara penyerahan barang bukti pada Det. Zane. Tapi tetap saja perasaannya masih belum tenang. “Sayang, hari ini jadi berangkat ke Sinar Kusuma Group?” Barra menghampiri Celine yang sedang memeluk Lola. Pagi ini Celine sedang meminta izin tidak mengantar Lola berangkat ke sekolah. “Iya, Sayang. Ella mengabari bahwa berkas dari kantor hukum yang ditunjuk Sinar Kusuma Group sudah selesai. Hari ini aku akan menandatangani dokumen terkait surat wasiat Alaric yang diwariskan untuk Lola.” Barra mengangguk. Padahal sebelum mereka sepakat bahwa Celine dapat mewa

  • Menikahi Sang Pendendam   63. Barang Bukti

    ***Tanpa bertanya pada Barra, Celine sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan kemenangan besar yang dikatakan Zoraya Kusuma padanya tadi. Celine mengantar Lola pulang lalu kembali pergi. Ia ada urusan di kantor Hope Foundation, Rona mendadak menghubunginya dan mengatakan ada hal penting yang ingin disampaikan.Tidak terlalu curiga dengan kabar Rona, kepala rumah tangga di yayasan tersebut. Celine berangkat sendiri tanpa mengabari suaminya lebih dulu. Ia tahu Barra saat ini sedang terpukul dengan kenyataan bahwa Zoraya berhasil masuk dalam dewan direksi PT. Hijau Hutama.Celine memarkir mobilnya seperti biasa. Kondisi yayasan juga cukup sepi. Mobil yang kini terparkir hanya mobil operasional milik yayasan dan miliknya. Ia mengunci pintu mobil dan memasuki gedung.&ldquo

  • Menikahi Sang Pendendam   62. Zoraya Menguasai Hijau Hutama

    ***Setelah melewati malam penuh huru hara bersama istrinya, Barra yang tidak bisa tidur sepanjang malam memutuskan menyalurkan setengah sisa energinya untuk lari pagi. Meski udara pagi itu sebetulnya tidak bersahabat karena mendung, ia tetap memaksakan diri. Barra butuh sesuatu yang bersifat fisik untuk mengalihkan perhatiannya.Semalam istrinya marah besar saat Barra memberinya ide untuk pergi menyusul orang tua Barra dan tinggal sementara di sana. “Sayang, bagaimana jika kau dan Lola untuk sementara waktu menyusul orang tuaku?” Kalimat pembuka Barra pada istrinya selepas ia membersihkan badan.Celine yang sedang mengoleskan body butter tipis-tipis di sepanjang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status