Share

04. Makan Siang Bertiga

***

Satu jam setengah berlalu dengan cepat. Barra mencapai meja Lola dan menemukan gadis kecilnya tidak berada di tempat semula. Salah satu pelayan dengan sigap menunjukkan dimana putri kecil dan istrinya berada.

Hah, apa? Istri? Sejak kapan aku memiliki Istri? Barra protes dalam hati. Wajahnya merah padam menahan amarah dan rasa khawatir mengenai keberadaan putrinya. 

Apa mantan istrinya sudah kembali dan akan merebut Lola darinya? Tapi, Aimee tidak mungkin mengenal wajah Lola. Sejak kepergiannya, Barra tidak pernah berniat mencari Aimee atau menghubunginya.

Barra akhirnya menangkap sosok putrinya yang sedang dipangku seorang wanita. Ia hanya bisa menangkap sosok feminin dari balik punggungnya. Keduanya sedang tertawa-tawa seolah kawan lama yang sedang bertukar cerita. 

Bagaimana Lola bisa seakrab itu dengan orang asing? Lola tidak mengenal tante lain, selain adik Barra. Siapa dia? Perempuan itu pasti memiliki niat buruk terhadap Lola!

“Lola!!!!” Barra menggelegar dan berdiri dengan berkacak pinggang di depan punggung Celine.

“Ayah.” Lola mendongak ke atas dan melihat kilatan marah Barra.

“Sudah berapa kali Ayah bilang, jangan berbincang dengan orang asing!” Barra lalu melanjutkan, “Sini, ayo pulang!”

Celine memperhatikan perubahan pada wajah Lola yang mendadak ketakutan. Binar keceriaan yang tadi mereka rasakan berdua mendadak lenyap. Bagaimana seorang ayah tega memperlakukan putri mungilnya dengan dingin? 

Dasar lelaki tidak punya perasaan! Celine mengutuk dalam hati dan ia masih belum berbalik untuk berhadapan dengan Ayah Lola. Mendadak tangan kekar seseorang menghardik Lola yang terlihat ketakutan. Celine tidak bisa tinggal diam.

Celine menghalau tangan lelaki itu dan menarik balik tangan mungil Lola. Gadis kecil itu kini berlindung di balik ceruk lehernya. Celine berdiri sambil membawa Lola dalam gendongannya. Celine sudah siap bertarung dengan lelaki yang dipanggil Ayah oleh Tuan Putri Kecil ini.

“Kamu!”

“Celine.” Barra mengucap nama perempuan milik mendiang sahabatnya. Celine adalah istri kesayangan Alaric Kusuma, sahabat karib Barra sejak remaja. 

Mata mereka saling beradu. Barra bisa melihat kilatan marah yang dihujam Celine padanya, namun sedetik kemudian pandangan itu melunak. 

Sedetik kemudian keduanya membuka suara berbarengan.

“Barra.”

“Celine”

Ini kedua kalinya Barra menyebut namanya dalam tiga puluh detik terakhir. Lola semakin mendekatkan diri pada ceruk leher dan dada Celine, berusaha bersembunyi pada rambut panjangnya yang digerai.

“Lola, kemari. Kembali pada Ayah.” Barra memerintah Lola dan suaranya sudah jauh lebih pelan dibanding sebelumnya.

Celine dapat merasakan sumber kegundahan Lola sepanjang tadi mereka menghabiskan waktu bersama. Gadis kecil itu belum melepaskan pelukannya pada leher Celine.

“Lola!” Barra tidak sabar dan hendak menarik putrinya dari Celine.

Celine mengambil inisiatif menghalau tarikan Barra dan justru semakin mendekap Lola dalam pelukannya.

“Barra, Lola hanya anak kecil. Sudah cukup.”

“Tapi, ia nakal sekali!” Barra membalas tatapan Celine tidak kalah tajam. “Aku sudah katakan, jangan beranjak sejengkal dari tempatnya duduk dan jangan berbicara dengan orang asing. Bagaimana anak ini bahkan melakukan tindakan nakalnya sekaligus?”

“Barra, itu salahku. Bukan salah Lola.” Celine mengganti nada suaranya dengan lembut. Ia tahu Barra bukanlah lelaki pemarah seperti yang sedang dihadapinya saat ini.

Celine meraih jari Barra dan mengamitnya, “Please, Barra.”

Barra memandang sepasang mata Celine yang begitu dikenalnya. Sama seperti dulu, ia akan luluh dengan suara merdu semanis madu itu. Barra akan mengabulkan semua permintaan Celine, bahkan jika gadis itu meminta bulan padanya.

Sebuah ajakan makan siang tidak akan merugikan siapa pun, 'kan? Begitu pikir Barra dalam hati.***

Add this book to your library! Love and Vote!

IG: TabiCarra10

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status