Beranda / Romansa / Menikahi Sang Pendendam / 02. Aloha, Barra Hutama!

Share

02. Aloha, Barra Hutama!

Penulis: Tabina Carra
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-19 23:36:48

***

Mengingat kejadian semalam. Kegiatan berasyik-masyuknya digagalkan oleh kehadiran atasan Ann. Barra gagal mengeksekusi Ann si gadis bahenol. Sial! Barra merutuk dalam hati. Jumat malamnya kacau sudah. Padahal, ia sudah berpuasa syahwat hampir sebulan ini karena aktivitas perusahaan yang sibuknya bukan main menerima pesanan konsumen.

Bagaimana sabtu-minggu ini? Sabtu paginya harus diisi dengan jadwal meeting dadakan dengan calon klien yang berprospek besar. Mana bisa dibatalkan! Belum lagi kesialannya berhenti, ketika akan menuju garasi mendadak pengasuh Lola mengejarnya dengan panik sambil menggendong Lola, putri semata wayangnya. Pengasuh paruh baya itu memohon ijin pulang karena suaminya mengalami kecelakaan dan kini berada di rumah sakit.

Sekejam-kejamnya Barra, tidak mungkin ia melarang perempuan paruh baya penuh keibuan itu untuk mengejar suaminya yang sedang terluka. Terlihat Lola sudah siap dengan ransel mininya.

“Ayah.” Lola memanggil namanya. Anak gadisnya terlihat menyerupai princess mini yang imutnya bukan main. Dua bulan lagi, usianya akan genap lima tahun. Untuk gadis mungil seusianya, Lola bukan anak yang susah diatur biarpun aktifnya tidak kepalang.

“Lola, kamu temani Ayah menghadiri rapat ya. Ayah tidak sempat menitipkan kamu ke rumah Opa dan Oma karena mereka juga sedang ada urusan pagi ini. Lola, jangan nakal!”

Anak gadisnya mengangguk dengan antusias. Mungkin dalam pikirannya, ayah sedang mengajaknya jalan-jalan. Barra akui, ia memang jarang jalan keluar rumah hanya berdua dengan Lola. Akhir pekan Lola biasanya akan dititipkan di rumah orang tuanya. Sejak kepergian Aimee dari hidup Barra untuk mengejar karirnya sebagai model internasional dan meninggalkan Lola tepat ketika bayi mereka berumur genap enam bulan.

***

“Lola!” Barra meneriaki gadis kecilnya dari jarak tiga meter. Beberapa mata menguncinya dengan pandangan ingin tahu. Bagaimana seorang lelaki dewasa bisa meneriaki anak balita intonasi kemarahan tidak tertahan?

Alis Lola menyatu, bibirnya mengatup dengan sudut yang ditarik kebawah, sepasang matanya yang bulat mulai banjir dengan air mata. Tapi, Lola sama sekali tidak bersuara. Gadis kecil itu menahan isak sekuat tenaganya. 

“Apa Ayah bilang? Kamu jangan kemana-mana! Kalau ada penculik, bagaimana? Dasar anak nakal!” Barra kehabisan sabar dan dengan secepat kilat sudah meraih Lola. Meski suaranya tertahan tapi cengkeraman kasar Barra seolah menusuk kepolosan putri kecilnya.

“Aww, Ayah! Sakit. Lola… Lo...Laaa.” Anak gadisnya tidak bisa lagi menahan tangis. Derainya memecah keramaian cafe pada sabtu siang. Barra segera membawa Lola ke sudut cafe terdekat. Mendudukinya di sofa. Kedua kaki gadis itu tergantung karena dudukan sofa yang cukup tinggi. 

Barra mendorong punggung Lola agar bersandar dan mengambil sejumlah peralatan gambar dari dalam tas ransel princess dengan agak kasar.

“Sudah, jangan menangis. Ini lanjutkan gambarnya.” Suara Barra mulai melunak karena tidak tega sendiri. Jauh dalam lubuk hati, ia sering mempertanyakan mengapa sikapnya terlalu dingin pada Lola. Semua kekacauan yang terjadi dalam rumah tangganya bersama Aimee tentu bukan salah gadis kecilnya. Tapi, mengapa ia selalu bersikap keras dan acuh?

Barra mengelus pelan pipi Lola dengan sayang. Naluri kebapakannya mendadak muncul. Lola menghentikan tangis dan memandang wajah Barra. Seketika itu pula Lola sudah kembali tersenyum manis. Seakan lupa dengan hardikan yang baru saja dimuntahkan ayahnya dua menit lalu. 

“Ayah, Lola janji tidak nakal lagi. Lola duduk disini ya, tunggu Ayah.” Cicit kecil gadis mungil Barra mengalir dengan tulus.

Barra mengangguk. Mengambil nampan berisi rainbow cupcake dan milkshake vanilla kesukaan Lola. “Tunggu, Ayah. Jangan berbicara pada orang asing!”

Ia memberi instruksi pada barista cafe yang sedang bertugas tepat di sebelah meja Lola. Hampir semua pekerja di cafe mengenal Barra. Sudah tiga tahun terakhir, perusahaannya yang memasok tanaman hias dan bunga segar untuk dekorasi cafe. Setiap dua minggu sekali selalu ada jenis bunga dan tanaman eksotis menghias di cafe.

Barra berjalan ke samping dan melewati beberapa meja, dimana calon klien dan anak buahnya sedang menunggu di ruangan khusus meeting. Setelah duduk di kursi, Barra bisa menangkap sosok Lola yang sudah mulai menggambar dan terlihat sibuk sendiri di di sofanya.

Hatinya cukup tenang karena bisa mengawasi Lola dari jauh dan tetap melanjutkan rapat penting untuk keberlangsungan bisnisnya.***

Add this book to your library! Love and Vote!

IG: TabiCarra10

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Marrygoldie
galak amat sih pak. kan kasihan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Menikahi Sang Pendendam   67. Finale

    ***Celine tidak pernah membayangkan bahwa hari ini akan datang. Setelah kejadian buruk menimpa keluarga mereka terus menerus dan kini Celine bisa berdiri tegak menatap langit.Ya, di bawah langit cerah dengan lautan biru menghampar di sebuah kapal yacht berukuran sedang milik mertuanya. Celine dan Barra kembali mengikat janji suci secara agama menurut kepercayaan mereka untuk disaksikan keluarga terkasih.Gaun putih Celine yang bertema vintage berkibar pelan ditiup sepoian angin laut. Bahan yang ringan membuat gaunnya semakin terlihat estetik. Apalagi dengan tubuh sintal semampai milik Celine. Tidak yakin Barra bisa menahan diri untuk tidak menerkam istrinya di depan umum.

  • Menikahi Sang Pendendam   66. Cinta Terakhir Barra

    ***Untuk pertama kalinya dalam enam bulan, semalam Barra bisa tidur dengan nyenyak dalam pelukan istrinya. Setelah kejadian di dalam mobil dimana Celine begitu keras untuk mendobrak pintu hatinya yang membeku bersamaan saat ia menerima abu milik ibunya. Semua hal di dunia dan sekitarnya menjadi tidak penting, pikir Barra.Barra menggeliat dan meregangkan tubuhnya saat Celine sedang bergerilya menyusuri bagian tubuh bawahnya yang sensitif. Barra dapat merasakan kulit istrinya yang polos dan mulus sedang bergerak di balik selimut.Ia tahu Celine sedang mengulum sesuatu sebagai sarapan paginya. bergerak dari atas lalu ke bawah dan begitu seterusnya dengan gerakan memutar.

  • Menikahi Sang Pendendam   65. Putusan Vonis Barra

    ***“Dengan ini menyatakan bahwa Barra Hutama dinilai lalai dalam tindak pidana pasar modal dan/atau penipuan dan/atau penggelapan dan/atau tindak pidana pencucian uang. Meski barang bukti yang diperlihatkan oleh Det. Zane menunjukkan ketidakterkaitan Barra dengan kegiatan kasus money laundering yang melibatkan sejumlah oknum petinggi partai dan sejumlah perantara atau makelar kasus.Pihak ketiga yang dimaksud bertugas menjembatani beberapa perusahaan asing yang tidak beroperasional di tanah air dan/atau memiliki keterkaitan khusus dengan warga negara di tanah air. Dalam persidangan terpisah juga ditemukan sejumlah perusahaan fiktif lain yang bertugas menyalurkan uang-uang yang terpecah dalam tahap placement dan/atau layering. Penjelasan lengkap sudah terlampir.

  • Menikahi Sang Pendendam   64. Berita Duka Barra

    *** Menunggu agenda persidangan selanjutnya bagi Barra bukanlah hal mudah. Meski Celine sudah mendapatkan barang bukti dari tangan Eldar dan membuat berita acara penyerahan barang bukti pada Det. Zane. Tapi tetap saja perasaannya masih belum tenang. “Sayang, hari ini jadi berangkat ke Sinar Kusuma Group?” Barra menghampiri Celine yang sedang memeluk Lola. Pagi ini Celine sedang meminta izin tidak mengantar Lola berangkat ke sekolah. “Iya, Sayang. Ella mengabari bahwa berkas dari kantor hukum yang ditunjuk Sinar Kusuma Group sudah selesai. Hari ini aku akan menandatangani dokumen terkait surat wasiat Alaric yang diwariskan untuk Lola.” Barra mengangguk. Padahal sebelum mereka sepakat bahwa Celine dapat mewa

  • Menikahi Sang Pendendam   63. Barang Bukti

    ***Tanpa bertanya pada Barra, Celine sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan kemenangan besar yang dikatakan Zoraya Kusuma padanya tadi. Celine mengantar Lola pulang lalu kembali pergi. Ia ada urusan di kantor Hope Foundation, Rona mendadak menghubunginya dan mengatakan ada hal penting yang ingin disampaikan.Tidak terlalu curiga dengan kabar Rona, kepala rumah tangga di yayasan tersebut. Celine berangkat sendiri tanpa mengabari suaminya lebih dulu. Ia tahu Barra saat ini sedang terpukul dengan kenyataan bahwa Zoraya berhasil masuk dalam dewan direksi PT. Hijau Hutama.Celine memarkir mobilnya seperti biasa. Kondisi yayasan juga cukup sepi. Mobil yang kini terparkir hanya mobil operasional milik yayasan dan miliknya. Ia mengunci pintu mobil dan memasuki gedung.&ldquo

  • Menikahi Sang Pendendam   62. Zoraya Menguasai Hijau Hutama

    ***Setelah melewati malam penuh huru hara bersama istrinya, Barra yang tidak bisa tidur sepanjang malam memutuskan menyalurkan setengah sisa energinya untuk lari pagi. Meski udara pagi itu sebetulnya tidak bersahabat karena mendung, ia tetap memaksakan diri. Barra butuh sesuatu yang bersifat fisik untuk mengalihkan perhatiannya.Semalam istrinya marah besar saat Barra memberinya ide untuk pergi menyusul orang tua Barra dan tinggal sementara di sana. “Sayang, bagaimana jika kau dan Lola untuk sementara waktu menyusul orang tuaku?” Kalimat pembuka Barra pada istrinya selepas ia membersihkan badan.Celine yang sedang mengoleskan body butter tipis-tipis di sepanjang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status