Beranda / Rumah Tangga / Menikahi Suami Sahabatku / Chapter 06 | Suatu Kebetulan

Share

Chapter 06 | Suatu Kebetulan

Penulis: Els Arrow
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-02 18:03:41

Malam ini semua isi mansion berhamburan keluar, semua penjaga bahkan sampai turun ke jalanan untuk mencari Austin. Tidak terkecuali Azriya yang turut kalut lantaran perasaannya yang merasa sangat bersalah. Wanita cantik itu tengah berdiri mematung dan termenung seakan tidak tahu harus melakukan apa, tangannya menggenggam erat jemari lentiknya guna menahan kegelisahan, bahkan bibirnya juga tiada henti berdoa.

Tanpa di sadari olehnya, dari arah ruang tengah Lauren tengah berjalan cepat ke arahnya. Wanita paruh baya itu langsung menarik lengan Azriya hingga menyebabkan wanita itu hampir terjungkal. Belum berakhir keterkejutan Azriya, Lauren melayangkan tangannya, dan menampar kuat pada pipi wnaita yang baru saja menjadi menantunya tersebut.

Plakkk!

"Akh!" pekik Azriya saat merasakan pipinya memanas.

"Dasar wanita tidak tahu diri!"

Plakkk!

Lagi, sebuah tamparan kembali Lauren layangkan pada pipi kanan Azriya, sedangkan wanita cantik itu hanya bisa menahan rasa panasnya tanpa berniat membalas.

"Kau nggak becus menjaga Austin, heh! Ternyata benar apa yang dikatakan Adolf, kau itu hanya perusuh di mansion ini. Belum ada satu minggu dan masalah sudah datang bertubi-tubi. Seharusnya sedari awal Gavriel tidak sebodoh itu langsung menyetujui permintaan Kartika!"

Lauren berusaha mengatur deru napasnya yang memburu, dadanya nampak naik turun, dengan urat-urat leher yang mencuat.

"Apa jangan-jangan kau yang mengatakan kepada Kartika agar kau bisa menjadi istrinya Gavriel, lalu membuat kekacauan di mansion ini, iya ...?!"

Azriya menggeleng.

"Aku nggak pernah melakukan itu, Mom. Silakan Mommy tanya sendiri kepada tenaga medis yang menangani Kartika, apa ada aku memintanya melakukan hal itu."

"Jangan pernah panggil aku dengan sebutan Mommy, aku nggak sudi!"

Hening! Azriya tidak menjawab sepatah katapun.

Belum pudar rasa panas pada pipinya, kini Azriya harus merasakan sakit hati saat dituduh atas hal yang tidak dia lakukan.

"Kalau sampai Austin kenapa-napa, siap-siap saja angkat kaki dari mansion ini!"

Lauren lantas pergi meninggalkan Azriya yang masih menatapnya dengan pandangan yang tidak dapat diartikan. Wanita cantik itu masih terus menatap tajam kepada punggung Lauren bahkan saat wanita paruh baya itu sudah menghilang di balik pintu.

Baru setelahnya, Azriya turut meninggalkan ruang tamu dan menuju halaman depan. Meskipun nanti Gavriel juga akan mengusirnya, setidaknya ia sudah berusaha ikut mencari Austin.

***

"Ya Tuhan, Austin ... ke mana kamu, Nak," gumam Azriya.

Sampai saat ini belum diketahui ke mana perginya bocah itu. Sungguh! Azriya bahkan merasa sangat tidak berguna saat ini. Ia yang telah diberikan amanat oleh Kartika, malah tidak menjaganya dengan baik.

"Ngapain kamu mondar-mandir?!" tanya suara bariton yang membuat tubuh Azriya sontak menegang.

"A-Aku—"

"Kalau cuma mau nyariin Austin, mendingan kamu nggak usah ikut. Kamu lupa dia hilang gara-gara siapa?! Mulai detik ini kamu jangan dekat-dekat lagi dengan anak-anakku," ucap Gavriel.

"Maaf, Gav. Aku sangat merasa bersalah."

"Apa ucapan maafmu bisa mengembalikan anakku?! Simpan saja ucapan maaf tidak berguna mu itu!"

Azriya menahan napas saat Gavriel pergi setelah mengatakan hal menyakitkan barusan. Namun, ia tetap tidak mengindahkan peringatan Gavriel barusan, dirinya tetap bergabung dengan beberapa pengawal untuk mencari Austin ke jalanan.

Hingga malam semakin larut, tetapi tetap tidak ada kemajuan. Polisi bahkan sudah membantu proses pencariannya, tetapi hasilnya tetap nihil.

"Aku sudah memperingatkan Austin untuk tidak bermain dengan Aunty Riya, Grandma. Tapi dia tidak mau mendengarkan ku, dan sekarang dia malah hilang. Austin akan pulang 'kan, Grandma? Dia tidak akan seperti Mommy 'kan?"

Suara Adolf terdengar tengah berbisik dari balik tembok taman tempat Azriya menyandarkan tubuhnya. Rupanya bocah laki-laki itu juga masih terjaga.

"Austin akan kembali, kita doakan saja, ya. Biar para pengawal itu cepat menemukan Austin."

Azriya sontak mengubah posisi duduknya dan lantas menempelkan daun telinganya pada tembok tersebut saat mendengar suara Lauren yang menyahut.

'Aku penasaran bagaimana wanita itu mempengaruhi cucunya sendiri,' batin Azriya.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam dan pencarian masih belum membuahkan hasil. Adolf sudah dibawa maid untuk masuk ke dalam kamar, sementara yang lain masih melakukan upaya untuk menemukan Austin.

Wajah-wajah itu hampir menyerah. Bagaimana tidak?! Peluh keringat sudah membasahi pelipis mereka, tetapi hasil belum juga terlihat. Bahkan Gavriel sudah seperti kehilangan semangat hidupnya.

"Apa yang akan aku katakan kepada Kartika kalau anaknya hilang? Dia pasti akan sangat sedih," gumam Gavriel.

"Kita akan menemukannya, Gav. Polisi juga sudah menyusuri kota ini, pasti Austin secepatnya akan ketemu," sahut Azriya.

Gavriel langsung memalingkan kepalanya dengan pandangan menghunus tajam, rahang tegas itu sontak mengeras, dengan deru napas yang terdengar kasar. Wajah garangnya langsung memerah dan kian mendekat pada wajah cantik Azriya.

"Apa aku minta pendapatmu?! Apa aku minta kau menjawab kata-kataku?!" sentaknya.

"Gav—"

"Austin hilang karena kebodohanmu! Dan kau masih berani berucap! Apa akalmu sudah hilang, hah ...?! Harus berapa kali aku bilang kalau aku muak mendengar suaramu! Aku tidak sudi mendengar suaramu sampai Austin kembali, Sialan ...!"

Azriya sontak mundur beberapa langkah. Wanita cantik itu masih menunduk dengan menahan napas.

Bohong kalau dia tidak khawatir, apalagi merasa bersalah. Justru Azriya yang paling tidak tenang sedari tadi, tetapi apa boleh buat? Tuhan belum memberikan jawaban untuknya.

Hingga waktu sudah menunjukkan hampir pukul satu dini hari, nampak sebuah mobil sport berwarna kuning metalik memasuki gerbang mansion Erlando. Gavriel dan Lauren langsung bangkit, sementara Azriya hanya diam mematung dengan pandangan penuh tanda tanya.

"Mom," ucap seorang wanita yang baru saja keluar dari mobil tersebut.

"Silvana ... Nak!" Lauren langsung menghambur ke pelukan wanita dengan wajah teduh dan rambut sebahu tersebut.

"Jangan menangis, Mom. Austin bersamaku, aku menemukannya diam sendirian di pinggir jalan."

Deg!

Gavriel sontak mencengkeram bahu Silvana dengan mata melotot, "apa yang kamu katakan, Kak?!" tanyanya.

"Aku menemukan Austin, Gav. Dia ada di dalam mobilku, dan sedang tidur sama Aurel. Sebaiknya kamu gendong dia dan bawa masuk, Kakak jelaskan di dalam."

Gavriel langsung mengangguk dan lantas menghampiri mobil tersebut. Benar saja, sepersekian detik kemudian Gavriel kembali keluar dengan membopong tubuh kecil itu dalam dekapannya, juga ada seorang gadis kecil cantik sekitar umur enam tahun yang ikut keluar dari mobil tersebut.

Gadis dengan kuncir dua di kepalanya itu langsung digendong oleh Lauren. Mereka semua lantas masuk ke dalam mansion, sehingga membuat Azriya juga mengikutinya dari belakang.

"Siapa dia? Kenapa Gavriel memanggilnya Kakak?" gumam Azriya.

Ternyata seorang maid mendengar suaranya barusan, "dia adalah Nona Silvana. Putri sulung Nyonya Besar, Nona," jawab maid tersebut.

Azriya terhenyak dan kemudian mengangguk untuk menyembunyikan tanda tanya besar di dalam benaknya. Ia masih mempertahankan pandangan awasnya menatap wanita dengan wajah keibuan tersebut.

'Bagaimana bisa ini suatu kebetulan?' batin Azriya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menikahi Suami Sahabatku    Perasaan Lega — ENDING

    Azriya membawa tubuh Aurell masuk ke dalam pelukannya, wanita cantik itu mengusap lembut rambut hitam putri kecilnya. Pedih.Yeah! Aurell hanya gadis kecil yang sudah kehilangan orang tuanya dan sekarang harus kehilangan sang Grandma, ditambah ia baru tahu fakta ini."Kenapa Grandma menyiapkan ini semua untukku, Mom? Aku tidak mau. Apa itu semua bisa ditukar agar Grandma bisa kembali lagi?" tanyanya di sela-sela isak tangis."Grandma menyerahkan itu kepada kamu, karena Grandma percaya kamu bisa menjaganya, Nak. Jangan berpikir seperti itu, ya. Nanti Grandma sedih. Aurell tidak mau 'kan Grandma sedih di sana?" Gadis cantik itu menggelengkan kepala, meskipun hatinya masih perih dengan kejadian ini, tetapi ia harus kuat demi Grandma nya. Azriya menyugar pelukan, menghapus titik air mata yang masih mengalir deras dari pelupuk netra Aurell. Sementara Gavriel sudah memalingkan pandangan, tidak kuasa melihat pemandangan haru ini."Sekarang kamu buka kotak ini. Setelah ini kotak dan isinya

  • Menikahi Suami Sahabatku    Kedatangan Ghina dan Wasiat untuk Aurell

    "Tuan, Nyonya," sapa Ghina seraya membungkukkan badan.Wanita paruh baya dengan setelah serba hitam itu mengulas senyum tipis, di tangannya memegangi goodie bag berwarna hitam yang entah berisi apa."Kamu ... datang sendirian?" tanya Azriya."Iya, Nyonya. Tadi saya naik taksi ke sini," sahut Ghina dengan kepala yang masih menunduk."Ayo masuk saja." Ajak Gavriel yang melangkah lebih dulu ke dalam Mansion.Pria itu mendudukkan dirinya di atas sofa diikuti oleh Azriya, sementara ketiga anak itu langsung menuju kamar masing-masing tanpa harus diperintah lagi."Silakan duduk Ghina, tidak usah sungkan. Kamu di sini adalah tamu," ucap Azriya yang lantas diangguki oleh Ghina.Wanita itu duduk dengan kikuk, goodie bag ia letakkan di atas sofa kemudian kedua tangannya ditumpuk di atas paha."Kedatangan saya malam ini karena mendengar kabar Nyonya Lauren meninggal, saya mengucapkan berduka cita yang sedalam-dalamnya." Ghina menjeda ucapannya barang sesaat. "Saya juga ingin mengembalikan barang

  • Menikahi Suami Sahabatku    Pemakaman Lauren

    "Baby, kamu masih lama?" suara bariton itu sontak membuat Azriya tersentak."Gav, aku menemukan ini," ucapnya tanpa menjawab pertanyaan Gavriel barusan."Apa itu?" Pria itu melangkah masuk ke dalam kamar, meraih sebuah buku kecil yang ditunjukkan istrinya."Apa ini, Baby?" Gavriel kembali melontarkan pertanyaan."Aku tidak tahu, sepertinya itu buku diary Mom. Yeah, meskipun awalnya aku tidak percaya Mom masih menulis di diary, tetapi setelah aku membaca lembar pertama, aku yakin kalau buku itu memang buku diary," jelas Azriya yang membuat Gavriel mengernyit bingung.Selama hidup ia tidak pernah tahu kalau Mommy-nya menyimpan buku ini, ia semakin terkejut saat melihat sekilas isi lembar buku itu yang kebanyakan berisi isi hati Mommy-nya untuk mendiang sang Kakak — Silvana."Aku menemukannya di tumpukan kain batik, Gav," ucap Azriya yang langsung diangguki oleh Gavriel."Baiklah, kita akan melihat nanti saja. Sekarang kita ke depan, pemuka agama sudah menunggu kainnya." Gavriel memasukka

  • Menikahi Suami Sahabatku    Menemukan Buku Diary

    Gavriel luruh ke lantai saat Azriya melipat kembali surat tersebut. Dadanya sakit, seperti ada tangan tak kasat mata yang meremas jantungnya.Gavriel adalah seorang pria, ia sudah membunuh banyak musuh dengan tangannya. Menghadapi segala rintangan dan tantangan dalam hidup. Pahit manis kehidupan dan tipu daya musuh sudah pernah ia rasakan.Namun, kenapa sekarang ia menangis? Kenapa menjadi lemah?Oh, sungguh! Mau sejahat apapun Mommy-nya, Gavriel tetap tidak sanggup kalau harus kehilangan. Lauren adalah seluruh cintanya, baginya posisi wanita paruh baya itu setara dengan posisi Azriya di hatinya."Sayang?" Azriya mengambil posisi jongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan sang suami. "Jangan seperti ini, Mom pasti sedih melihat kamu begini," ucapnya lagi."Memangnya apa yang lebih sedih dari ini? Mom sudah mendapatkan ingatannya tiga bulan lalu, tapi Mom berlagak tidak ingat dan tidak mau bicara denganku. Hanya momen saat di taman tadi yang menjadi kebersamaan manis kita, Baby. Bagaimana

  • Menikahi Suami Sahabatku    Surat dari Lauren

    Gavriel ingin tidak percaya, tetapi Dokter sendiri yang mengatakannya. Pria itu akhirnya menuju rumah sakit dengan memacu mobilnya secepat mungkin, hingga tidak seberapa lama kemudian mobil mewah itu sudah berhenti di parkiran gedung rumah sakit.Ia turun dan lantas berlari memasuki rumah sakit dengan Azriya yang mengekor dari belakang, langkahnya menuju ke kamar rawat Lauren. Sampai di sana ia melihat kamar itu sudah penuh dikerubungi tim medis."Dokter!" pekiknya yang sontak membuat semua orang menoleh. "Kenapa bisa seperti ini? Saya tadi meninggalkan Mom, Mom masih baik-baik saja. Bahkan hari ini Mom mau keluar ke taman, bukankah itu suatu perkembangan bagus? Lalu kenapa sekarang bisa seperti ini?" tanyanya lagi."Pak, tolong dengarkan saya dulu." Dokter paruh baya itu menarik napas dalam, kemudian ia mulai berkata," saat suster mengantarkan makan siang untuk pasien, suster mendapati kalau pasien sedang tidur, Pak. Suster berusaha membangunkan, tetapi pasien sama sekali tidak meres

  • Menikahi Suami Sahabatku    Kabar Mengejutkan

    Hari-hari berlalu, setiap ada kesempatan selalu digunakkan Gavriel untuk mengunjungi Lauren. Pria itu mengajak sang Mommy berbincang, ia juga menceritakan banyak hal. Meskipun tidak ada jawaban dari wanita paruh baya itu, tetapi Gavriel tidak menyerah.Sampai akhirnya hari ini Lauren meminta ditemani berjemur di taman. Gavriel sangat bahagia, ia dengan semangat membantu Mommy-nya untuk turun dari ranjang dan naik kursi roda.Yeah! Terlalu banyak mendapatkan suntikan berefek pada kondisi Lauren yang semakin lemas, bahkan terkadang kakinya mati rasa. "Matahari pagi ini bagus banget, Mom. Udaranya juga segar," ucap Gavriel. "Mommy suka?" Pria itu kembali melontarkan pertanyaan.Lauren hanya mengangguk, bibirnya mengulas senyum memandang langit biru. Meskipun ia hanya menyebut nama Silvana dan Kartika, tetapi Lauren sama sekali tidak membenci Gavriel. Wanita paruh baya itu juga menurut saat beberapa kali Azriya menyuapinya.Ah, entahlah. Lauren tidak membenci, atau ingatannya belum puli

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status