Share

Bab 2

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2023-06-06 22:34:19

“Tentu saja kau tidak salah dengar! Sudahlah, bulan depan kau harus mau menikah denganku dan harus mau mengakui bayi yang aku kandung adalah anakmu!”

Entah bahagia atau bersedih, perasaan yang Jaka alami saat ini. Bermimpi pun tidak, dapat menikahi anak konglomerat seperti Helena Abimanyu.

“Tapi, Nona ... sa-saya hanya seorang supir. Nanti apa kata orang? Apa tidak membuat malu Nona dan keluarga besar?”

Jaka tidak langsung menyetujui rencana Helena. Dia tahu, kalau gadis itu menikahinya hanya agar menutupi aib yang sedang dialami. Kehamilan yang sebetulnya bukanlah suatu aib, justru sebuah anugrah.

“Harus dirahasiakan! Aku mau menikahimu karena selama ini orang-orang tidak pernah melihat wajahmu. Wajahmu selalu ditutupi masker. Hm ... Jaka, kau tentu tahu? Kalau aku adalah pewaris Abimanyu. Aku tidak mau, kalau harta warisan yang semestinya menjadi milikku harus jatuh pada Cella, si anak tiri itu! Hanya karena aku hamil!”

Cella Paramitha, anak dari ibu tiri Helena dari suami sebelumnya. Usia gadis itu dengan Helena sebaya. Mereka kerap kali berlomba dalam hal apapun.

Jaka tak menanggapi. Dia jadi bingung. Apa yang mesti dilakukannya? Apa dia mampu menjadi suami pura-pura Helena?

“Nona yakin tidak akan menyesal karena menikahi saya yang hanya ----“

“Stop! Aku tidak mau kau bahas masalah ini lagi! Sampai di rumah, aku akan bicara pada Papa. Aku yakin, Papa akan menyetujui pernikahan kita. Ya ... dari pada Papa malu karena aku hamil di luar nikah? Ya 'kan?”

Kedua pundak Jaka lemas. Tidak tahu harus berkata apa lagi.

“Baik, Nona.”

Akhirnya Jaka pasrah. Dia tidak mampu menolak atau melarang majikannya untuk menjalankan rencana. Sebelum ke rumah Abimanyu, Helena meminta Jaka mengantar ke salah satu butik. Helena ingin mengubah penampilan Jaka seperti seorang Pengusaha sukses.

“Ternyata kau tampan sekali, Jaka,” puji Helena, melihat penampilan Jaka yang berubah seratus delapan puluh derajat.

"Terima kasih, Nona.”

Selanjutnya, mereka melanjutkan perjalanan. Kali ini, Helena duduk di bangku samping kemudi. Sesekali ia mencuri pandang. Melihat supir pribadinya dari samping. Helena baru sadar jika lelaki yang selama ini mengantarnya kemana pun ia pergi, ternyata sangat tampan dan gagah.

Tiba di kediaman Abimanyu Adiwilaga, Helena keluar mobil sambil menggandeng lengan supir pribadi. Seolah dirinya sedang jatuh cinta pada supir itu.

“Nona, maaf ... a-apa ....”

“Sudahlah, Jaka ... hanya ini jalan satu-satunya buatku agar tetap bisa tinggal di sini! Aku tidak mau diusir! Aku mohon, tolong aku. Aku janji, kalau kau menjadi suamiku, aku akan meminta posisi untukmu kerja di perusahaan. Bukankah kau seorang sarjana?” telisik Helena pada lelaki yang sebagian wajahnya selalu tertutup masker hitam. Jaka mengangguk pasrah. Sedangkan Helena tersenyum puas.

“Sekarang buka maskermu! Jangan katakan kalau kau supir pribadiku pada Papa, Nenek lampir dan si Cella. Oke?”

Selama ini, Abimanyu, Saraswati dan Cella memang tidak pernah melihat wajah supir pribadi Helena. Apalagi gadis itu jarang tinggal di rumah. Lebih sering menghabiskan waktu di apartemen. Helena juga menyewakan rumah kontrakan untuk Jaka yang jaraknya tidak terlalu jauh dari apartemen miliknya.

Gadis berusia dua puluh tiga tahun itu menggamit mesra lengan Jaka menuju ruang keluarga. Helena tahu, biasanya jam empat sore Papanya sudah berada di rumah.

“Tumben sekali kau pulang ke rumah,” cibir Ibu tiri Helena bernama Saraswasti pada saat menyadari Helena berdiri di sampingnya.

"Papa mana?” Helena tak menanggapi cibiran wanita yang kerap kali ia juluki ‘Nenek Lampir.’

Saraswati bergeming, pura-pura tidak mendengar pertanyaan anak tirinya yang selalu saja berusaha menyikirkan dirinya dan Cella. Pandangan Saraswati fokus ke layar televisi yang menayangkan acara infotainment.

“Aku tanya! Di mana Papa?” Nada suara Helena naik beberapa oktav. Saraswati tersentak kaget, begitu pula Jaka. Namun, supir pribadi Helena mampu menguasai dirinya. Ia hanya terkejut sebentar saja. Saraswati berdiri, menatap nyalang anak kandung Abimanyu.

“Memangnya mau apa kau cari Mas Abi? Mau minta uang lagi? Dasar anak tidak berguna! Bukannya bekerja, malah foya-foya! Kau lihat, Cella! Anakku sangat rajin bekerja. Masih mau membantu perusahaan Papamu!” sentak Saraswati membalas sikap Helena yang menurutnya sangat tidak sopan. Helena mencebik, menyilangkan kedua tangan di depan dada.

“Membantu? Cari muka kali ... lagian ya, wajar saja kalau anakmu bekerja di perusahaan Papa. Jadi benalu harus tahu diri! Harusnya kau juga bekerja! Kalian berdua kan cuma menumpang di rumahku! Apa kau lupa, sebelum dinikahi Papa, kau hanya seorang gembel?”

Jaka menoleh cepat mendengar ucapan kasar yang terlontar dari bibir mungil Helena.

Saraswati sangat geram dan marah dirinya dihina dan direndahkan seperti itu. Andai saja Abimanyu sudah mati, mungkin Saraswati sudah mengusir anak yang menurutnya anak sialan.

“Kurang ajar! Jaga mulutmu, anak sialan!”

“Hei ... aku bicara apa adanya. Kau dan si Cella itu hanya menumpang di rumahku! Hanya me-num-pang!”

Saraswati tidak terima dengan penghinaan yang dilakukan Helena padanya. Dulu, dia sudah berhasil mengusir anak sulung Abimanyu dari rumah. Abimanyu lelaki yang sangat menjunjung tinggi norma dalam keluarga. Dia tidak akan memaafkan anak-anaknya jika melakukan tindakan yang melanggar norma masyarakat. Itulah, salah satu alasan Helena lebih memilih tinggal di apartemen agar ia lebih leluasa.

“Ada apa ini?”

Suara penuh wibawa itu menyentak Helena, Jaka dan Saraswati. Dia adalah Abimanyu. Lelaki yang ingin ditemui Helena.

“Sayang, maaf ... aku mengganggumu. Biasalah ... kalau ada Helena di rumah ini, pasti akan terjadi keributan.” Dengan lincah, Saraswati mendekati suaminya. Sebelah tangan Saraswati terselip di lengan Abimanyu. Melihat sikap Saraswati, rasanya Helena ingin muntah.

Pandangan Abimanyu beralih pada anak bungsunya dan juga lelaki yang berdiri di samping Helena.

“Kenapa kau tiba-tiba pulang ke rumah, Helena?” tanya Abimanyu menatap lekat wajah anaknya. Helena tersenyum manis, menggamit lengan Jaka dengan mesra.

“Aku pulang ke rumah karena ingin mengenalkan seseorang,” jawab Helena riang. Abimanyu Adiwilaga menghela napas. Menelisik lelaki berpostur tinggi tegap, berpenampilan sangat rapi.

“Siapa dia? Apakah dia kekasihmu?”

Melihat kemesraan yang dilakukan Helena dengan lelaki di sampingnya, Saraswati sangat kesal. Sebab, kemungkinan besar lelaki itu adalah kekasih Helena.

“Iya, Pa. Lelaki ini adalah kekasihku. Pa, kenalkan ... ini ... calon suamiku. Namanya ... Jake Abraham.”

Kedua mata Jaka melebar, mendengar Helena mengganti nama tanpa persetujuannya. Keringat dingin langsung membasahi pelipis Jaka.

Helena memberi isyarat pada Jaka melalui lirikan mata agar ia mengulurkan sebelah tangannya.

Jaka pun mengerti, ia menarik napas panjang, menegakkan tubuh. Lalu, mengulurkan sebelah tangan kanan ke hadapan lelaki bernama lengkap Abimanyu Adiwilaga.

“Perkenalkan, Om ... Saya ... Jake Abraham.”

Senyum Abimanyu terlihat, menyambut uluran tangan pemuda yang dianggapnya pengusaha sukses.

“Nama saya Abimanyu Adiwilaga, Papa kandung Helena." Mereka melepaskan tautan tangan ketika menyebut nama masing-masing. Abimanyu menelisik penampilan Jaka. Bibirnya menyunggingkan senyum, dia berpikir sepertinya lelaki pilihan Helena adalah lelaki yang tepat.

"Jake, kalau boleh tahu, kau kerja di perusahaan dalam bidang apa?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 74

    Raut wajah Jake sangat sumringah mendengar kalimat yang diucapkan kakak iparnya. Kali ini Jake sangat bahagia karena benih yang ada di dalam rahim Helena adalah benih darinya. Jake menaiki anak tangga dengan senyum lebar. Membuka pintu kamar, terlihat Helena tengah tergolek lemah. Jake langsung mendekati, menggenggam telapak tangan istrinya. "Ada apa, Jake?" tanya Helena lemah, pandangannya sangat sendu, wajah putihnya semakin memucat. "Kata Kak Bella dan Mama Saraswati, kamu sedang hamil." Ucapan yang disampaikan Jake membuat kening Helena mengkerut. Ia berpikir sejenak, bagaimana mungkin dirinya hamil padahal belum lama mengalami keguguran?"Tapi, aku kan Jake---"Kalimat Helena terpotong. Ia tak boleh merusak kebahagiaan yang terlihat dari raut wajah suaminya. Lebih baik, ia ke dokter kandungan saja, memeriksakan kondisinya. "Baiklah. Kita ke dokter aja, ya? Supaya lebih pasti.""Iya, Sayang. Aku siap-siap dulu. Kamu mau ganti pakaian gak?" Jake bertanya tergesa-gesa. Helena meng

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 73

    Roger mencaci maki istrinya. Dia tentu terkejut mendengar Cella menyerahkan sertifkat apartemen pada Toni Sanjaya yang tak lain papa kandung Cella sendiri. Sebenarnya Roger tak pantas bicara demikian. Terserah Cella mau memberikan sertifikat apartemen ke siapapun. "Kamu kenapa marahin aku? Memangnya kenapa dengan papaku? selama ini ke aku baik kok." Cella tidak terima Roger membentak, mencaci maki dirinya. Toni dulunya memang pernah jahat, tetapi belakangan lelaki itu sering membantu Cella dan juga menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya terhadap Cella. Kasih sayang yang selama ini tidak pernah Cella dapatkan. "Kenapa marahin kamu? Ya karena kamu bodoh. Papamu baik ke kamu karena ada maunya. Kalau kamu gak percaya padaku, buktikan saja nanti sendiri. Aku yakin seratus persen, papamu itu akan menjual apartemenmu," tandas Roger tanpa keraguan. Sedikit banyak Roger sudah tahu sifat Toni. Lelaki itu selalu saja memanfaatkan kesempatan. Sekarang Cella telah menyerahkan surat berharga p

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 72

    "Cella, kalau boleh, Papa ingin lihat sertifikat apartemen ini. Ya takutnya ada yang salah," ucap Toni beralasan. Padahal dalam hati, ia menyimpan rencana busuk. Tak peduli dia adalah istrinya, anaknya, atau pun temannya. "Takut ada yang salah gimana, Pah?" Cella tak mengerti. Dia sudah lama membeli apartemen ini. Sampai sekarang tidak ada masalah apa-apa."Ya kamu gak tau aja, di luar sana ada banyak orang yang tertipu membeli apartemen gara-gara sertifikatnya palsu." Cella menyimak penuturan yang disampaikan Toni. "Masa sih, Pah? Aku selama ini gak pernah bermasalah.""Ya coba bawa ke sini dulu. Papah ingin lihat." Toni mengeluarkan sebungkus rokok, mengambil sebatang dan memantiknya. "Baiklah." Cella beranjak, masuk ke dalam kamar, mengambil sertifikat apartemen yang disimpan rapi di laci bawah meja rias. Kemudian, menunjukkan pada Toni yang tak lain ayah kandungnya. "Ini, Pah. Aku bikin ini langsung ke notaris. Kayaknya gak mungkin kalau palsu."Toni mengabaikan ucapan Cella.

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 71

    "Kamu kenapa terlihat murung, Saras?" tanya abimanyu saat mereka berada di dalam kamar."Aku teringat Cella," jawab Saraswati, wajahnya terlihat sendu. Bertemu kembali dengan Cella membuatnya murung. Kesedihan yang dialami Saraswati jauh dari Cella begitu dalam. Sebagai seorang ibu, Saraswati pun merindukan wanita yang dulu terlahir dari rahimnya."Kenapa Cella? apa dia meneleponmu? menyakiti hatimu lagi?" Abimanyu tampak mengkhawatirkan istrinya. Ia merangkul pundak Saraswati, membelai pelan dan berusaha menenangkan.Saraswati menatap Abimanyu dengan wajah kebingungan. Dia tidak tahu harus menjawab apa. "Enggak, Mas. Cella gak telepon aku. Aku hanya merindukannya. Kamu tentu tau, kalau aku selama ini selalu membelanya. Apapun yang dia lakukan, aku selalu berada di dekatnya. Aku hanya tidak membelanya saat ia lebih memilih menikah dengan lelaki yang telah memiliki istri. Itu seperti mengorek lukaku di masa lalu, Mas. Aku merasa kalau Cella gak ubahnya dengan wanita yang telah mengha

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 70

    Setelah hidup bersama selama beberapa waktu, Cella mulai merasa bahwa Roger telah berubah menjadi seorang yang berbeda dari saat pertama mereka bertemu. Roger semakin sering merendahkan Cella, memarahinya dan mengabaikan kebutuhan dan perasaannya. Cella merasa sangat kesal pada awalnya, tetapi dia bersikeras untuk tetap bersama Roger dan tetap berharap bahwa akan ada perubahan di masa depan.Namun, semakin lama, sifat Roger yang buruk semakin jelas, terutama setelah dia mulai membandingkan Cella dengan istri pertamanya. Roger sering menyebutkan istri pertamanya dengan nama yang buruk dan menyatakan bahwa ia lebih memilih Cella daripada istri pertamanya. Cella merasa sangat terhina dan keberatan dengan perlakuan Roger tersebut.Suatu hari, Cella tidak tahan lagi dan menghadap Roger, marah dan bertanya mengapa dia begitu berubah dan tidak mencintai dia seperti saat dia memilihnya untuk menjadi istrinya."Kenapa kamu begitu berubah, Roger? Aku tahu bahwa kamu lebih memilih aku daripada i

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 69

    Bella dan Helena berdiri di depan butik mereka yang baru saja dibuka pada hari pertama bisnis mereka. Wajah mereka dipenuhi dengan antusiasme dan harapan untuk menjadi sukses dalam bisnis mereka. Keduanya saling berpandangan selama beberapa menit, kemudian Bella mulai membuka pintu toko dan para pelanggan mulai berdatangan untuk memeriksa produk-produk yang mereka tawarkan."Sudahkah kamu siap untuk menjadi pengusaha hebat?" tanya Bella kepada Helena dengan antusiasme."Sudah siap di hari pertama yang indah ini!" jawab Helena sambil tersenyum.Bella dan Helena saling menatap dan tersenyum, kemudian Bella menunjukkan produk-produk terbaru mereka, termasuk pakaian dan aksesoris terbaru yang menyenangkan."Produk-produk itu sangat indah, Kak Bella. Aku yakin kita akan sukses dalam waktu singkat!" kata Helena dengan senyum lebar.Namun, tidak lama setelah butik dibuka, Bella dan Helena mendapati bahwa persaingan di bisnis fashion cukup ketat. Orang-orang yang menjual produk yang sama deng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status