Share

Bab 8

Penulis: Iyustine
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-10 15:54:54

“Eh, m-maaf.” Revan menelan ludah.

Faya menutup wajah menggunakan kedua tangannya sendiri. Mencoba menghentikan suara isak yang tak kuasa dia tahan lagi. Bahu perempuan berkulit putih bersih itu berguncang, dan dadanya mendadak terasa sesak.

Beberapa saat terus begitu, sampai Faya mendengar bunyi benda digeser di atas meja. Menimpa suara isak tangisnya.

Spontan Faya melonggarkan jari jemari, sehingga dia bisa melihat tangan Revan yang berbulu halus sedang memindahkan mangkuk mie milik Faya. Revan menempatkan mangkuk itu berjejer dengan mangkuk miliknya. Kemudian lelaki tersebut terlihat mengelap meja di bagian yang paling dekat dengan Faya.

Perlahan tangan Faya luruh. Wajahnya yang basah menatap Revan. Sedikit mengernyit.

Revan yang tampak menyadari sedang dipandang, balas menatap Faya. Menyeringai seraya menunjuk meja, persis di posisi mangkuk tadi. “Mm… ini… barangkali kamu butuh meja untuk menangis.”

“Hah?” Faya mengernyit. Mulutnya bahkan sampai terbuka melongo.

“Gini maksudnya….”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 9

    Sepertinya Revan sadar jika sedang diperhatikan, lelaki itu pun menoleh. Lalu terlihat mengusap kedua pipinya bergantian dengan buru-buru. Setelah itu tampak cepat membuang muka.Faya pun menunduk. Perempuan itu menghabiskan minumnya. Lalu bergerak dan duduk di sofa. Entah kenapa, dia salah tingkah sendiri.Tidak berapa lama, pintu belakang terbuka. Revan muncul di sana. Wajah putihnya menampakkan senyum, masih seperti senyum Alex, tetapi matanya kentara memerah.“Faya… sudah bangun?” tanyanya. Revan ikut duduk. Namun memilih di kursi dekat dapur. Jarak mereka sekitar empat meter.

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 8

    “Eh, m-maaf.” Revan menelan ludah.Faya menutup wajah menggunakan kedua tangannya sendiri. Mencoba menghentikan suara isak yang tak kuasa dia tahan lagi. Bahu perempuan berkulit putih bersih itu berguncang, dan dadanya mendadak terasa sesak.Beberapa saat terus begitu, sampai Faya mendengar bunyi benda digeser di atas meja. Menimpa suara isak tangisnya.Spontan Faya melonggarkan jari jemari, sehingga dia bisa melihat tangan Revan yang berbulu halus sedang memindahkan mangkuk mie milik Faya. Revan menempatkan mangkuk itu berjejer dengan mangkuk miliknya. Kemudian lelaki tersebut terlihat mengelap meja di bagian yang paling dekat dengan Faya.Perlahan tangan Faya luruh. Wajahnya yang basah menatap Revan. Sedikit mengernyit.Revan yang tampak menyadari sedang dipandang, balas menatap Faya. Menyeringai seraya menunjuk meja, persis di posisi mangkuk tadi. “Mm… ini… barangkali kamu butuh meja untuk menangis.”“Hah?” Faya mengernyit. Mulutnya bahkan sampai terbuka melongo.“Gini maksudnya….”

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 7

    “Kenapa kamu nggak kunci pintu?” bentak Faya. Dia kebingungan. Antara mau berbalik, tetapi merasa kencingnya sudah tidak bisa ditahan lagi. Namun jika tetap di situ, dia merasa malu dengan ketelanjangan Revan.“L-loh s-sudah tadi kok. Apa rusak—”“Pakai handuk, dan cepat kamu keluar!” pekik Faya. “Aduh… aku ngompol!”Air mengalir dari pangkal paha Faya. Turun cepat membasahi lantai.Revan yang semula panik, harus menahan tawa sembari menyambar handuk. “I-ini a-aku masih perlu keluar atau… ppfff….”“Kenapa ketawa? Ini semua salahmu!” geram Faya. Dia mundur, tetapi sial, lantai menjadi licin karena air seninya sendiri.Faya merasakan tubuhnya oleng. Matanya menangkap sosok Revan yang datang bergegas ke arahnya, mengulurkan tangan. Hap, akhirnya tangan mereka bertautan.Sayangnya, lagi-lagi sial, handuk yang melilit pinggang Revan melorot, menyebabkan kaki lelaki itu terserimpet. Mereka pun jatuh. Posisi Revan di atas, tetapi dia sigap menangkupkan tangan untuk melindungi kepala Faya.K

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 6

    “Alex bilang akan membawamu ke tempat terapi sekali lagi, dan dia minta waktu enam bulan dari sekarang. Dia yakin sekali kamu bisa hamil,” kata Papa Agusto.Faya menutup wajah dengan kedua tangannya. Mata perempuan berhidung mancung itu mulai terasa panas.“Alex sangat mencintaimu, Faya.” Papa Agusto menghela napas, lebih panjang dari yang pertama. “Alex menolak untuk menikah lagi, demi kamu. Tapi keluarga ini perlu penerus… jadi Papa harap kamu ikut membujuk Alex untuk menikah lagi, jika ternyata kamu gagal hamil.”Diam. Mulut Faya terasa dikunci. Kepalanya masih penuh. Terlalu penuh.Bahkan sampai Alex datang dan membawa Faya pergi. Meninggalkan rumah mewah mereka dengan dalih pergi ke tempat terapi.“Kamu sekarang tau kenapa kamu harus cepat-cepat hamil?” Alex, yang menyupir sendiri mobilnya, berkata tanpa menoleh pada Faya.“Kenapa Pap bilang sama Papa kalau aku yang man—”“Kalau kamu nggak bisa menjalankan misi ini, mungkin Sofia bisa,” tukas Alex. Derainya menguar beberapa deti

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 5

    Faya menelan ludah. Dia melihat badan tegap Alex tengah membelakanginya, sementara Sofia berdiri tepat di depan lelaki itu.“Kamu pasti suka tubuh muda dan kencang ini kan, Al? Spesial bagian sini. Atau di….” Sofia terkikik-kikik seraya menyentuh dadanya sendiri, lalu tanpa malu, tangannya turun ke bawah perutnya.Mendadak derai tawa Sofia musnah. Matanya telah bersitatap tanpa sengaja dengan Faya, yang berada tiga meter di belakang Alex. Namun satu detik kemudian, cekikikannya justru terdengar mengudara lebih riang. “Mas, aku siap melahirkan Alex junior. Empat atau lima, pokoknya sebanyak kamu mau. Rahimku ini subur, tidak kering seperti milik perempuan tua tidak berguna itu.” Sofia mengambil tangan Alex. Terlihat jelas dia ingin mengarahkan tangan Alex ke dadanya.Faya cepat berdehem.Alex spontan terperanjat. Membalikkan badan. “Faya… ternyata kamu di sini.”“Suamiku….” Faya mendekat. Meraih lengan Alex. Dengan sengaja dia menirukan nada genit Sofia. “Kamu mencari aku kan, Sayang?

  • Menikmati Sentuhan Pria Bayaran   Bab 4

    “Agh ….” Faya menjerit tertahan ketika milik Alex mulai masuk ke tubuhnya. Perih, berdenyut-denyut sakit.Gerakannya kasar, dan terburu-buru seperti biasa. Alex langsung mengguncang tubuh langsing itu, mempercepat ritme-nya sembari mencengkeram kedua tangan Faya yang terasa meremukkan.“P-pap …. “ Faya meringis. Memejamkan mata, sebab perih yang tiada terkira di bawah tubuhnya. Terasa bagai sebilah tombak tajam yang digesekkan ke daging yang belum basah sempurna.“A-ah… P-pa… P-pap….” Perempuan seratus lima puluh delapan senti meter itu terus menjerit tertahan.Alex yang sedari tadi mengguncang sembari mendongak, kini menggerakkan leher untuk melihat wajah Faya yang tengah berjuang menahan sakit. Dia menyeringai lebar. “Katakan, Sayang. Katakan saja….”Bibir Faya bergetaran. Air mata turun perlahan.Melihat wajah Faya yang tampak lemah dan kewalahan, Alex justru tertawa, seolah-olah dia telah mencapai kemenangan atas permainan panasnya.Dengan kasar lelaki itu membalik tubuh istrin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status