FAZER LOGINSayangnya, Michael langsung keluar dari toilet lagi. Membuat tangan Jennara yang nyaris memegang ponsel urung secepat kilat.
Hampir saja napasnya hilang. Takut jikalau laki-laki itu memergokinya. Tapi... sepertinya ekspresi Michael biasa saja. Lantas, gadis itu tersenyum manis pada Michael yang sudah berjalan ke arahnya lagi. “Nggak ada baby… harus beli sendiri. Nggak papa, aku terima kamu apa adanya kok.” Michael langsung mengungkung Jennara begitu saja. Tidak memberikan kesempatan sedetik pun pada Jennara untuk menghindar. Laki-laki itu kini membungkuk, mulai melepas blazer hitam Jennara dan melemparnya asal. Menyisakan kemeja putih milik Jennara, lalu juga membukanya pelan-pelan sambil tak berhenti memandang Jennara penuh dengan nafsu. Jennara panas dingin, tetapi dia menahan tubuhnya tetap diam. Setiap sentuhan Michael membuat kulitnya merinding, itu bukan karena nikmat, tapi karena rasa jijik yang ingin meledak. Dia menunggu celah. Begitu tengkuk Michael turun, Jennara langsung mengaitnya paksa, membuat kepala laki-laki itu terbenam di bahunya. Kesempatan itu muncul. Dengan gerakan secepat kilat, Jennara menyeret ponsel Michael dari nakas. Syukurlah, tidak ada sandi keamanan saat Jennara membuka sistem ponsel itu. Fitur ponsel di hp Michael langsung tergerak cepat, akibat jari jemari Jennara begitu lihai menekan tombol tombol sentuh di sana. Tangannya sendiri memang sudah amat terbiasa mengetik di keyboard komputer maupun ponsel, sehingga kecepatan jarinya sudah tidak bisa diragukan lagi. Jennara berhasil membuka lima aplikasi keuangan dengan mudah. Semua itu tertaut dengan akun keuangan milik Jennara. Tetapi, gerakan Jennara tertahan. Kepala Michael bergerak mendongak... napasnya berat. Degup jantungnya bertambah. Buru-buru Jennara menyelipkan ponsel itu. Lalu membalas gerakan Michael sejenak agar laki-laki itu tetap berada dalam posisi itu. Berhasil. Napasnya terhembus sedikit agak legah. Dengan gerakan yang amat pelan, Jennara mulai fokus ke ponsel Michael lagi. “Tidak mungkin ku-ubah satu per satu pengaturan aplikasinya. Buaya darat ini bisa cepat sadar kalau aku terlalu lama!” lirih Jennara dari dalam hatinya. Sebagai orang yang bekerja di perusahaan bidang teknologi, tentu saja Jennara tahu bahwa ada langkah cepat agar semua program aplikasi keuangan itu tak bisa diakses lagi oleh Michael. Dia menekan tombol power ponsel itu, hingga muncul tiga panel. Matikan Daya. Mulai Ulang. Kembali ke Setelan Pabrik. Jennara menekan panel ketiga. “Syukurlah, tidak ada sinkronisasi akun lagi. Michael selain gagal bangun usaha, juga bodoh soal teknologi. Entah apa yang dulu kusuka dari dia,” cibir Jennara dari dalam hati. Lalu tersenyum puas, saat ponsel Michael benar-benar mulai kembali ke Setelan Pabrik. Sudah dipastikan, ponsel Michael akan kembali ke masa pertama ponsel itu diaktifkan. Dan segala data pasti sudah terhapus tuntas tanpa sisa. Kedua tangan Jennara angsung bergerak mendorong Michael yang sudah semakin turun ke bagian bawah lehernya. PLAK! “What the fuck, Jennara?!” tajam Michael langsung sambil memegangi pipinya yang panas akibat tertampar Jennara. Jennara memberikan senyum sinisnya untuk Michael, “jangan mimpi bisa sentuh aku!” Jennara langsung berdiri dari kursi. Menyambar blazernya sendiri dan segera keluar dari kamar hotel itu. Meninggalkan Michael yang sudah uring-uringan sendiri di kamar hotelnya. Jennara bahkan tak sempat merapikan kemejanya yang sedikit mengekspos kulit bahu dan sedikit tali bra putihnya begitu keluar dari pintu. Dia buru-buru bergegas lari, agar Michael tak dapat menangkapnya sama sekali. Jennara tak tahu. Sejak dia tiba di hotel, seseorang telah rutin mengikuti dan menangkap jejak setiap langkah tubuhnya. Mengarahkan kamera, dan merekam serta memotretnya tanpa celah satupun. *** Usai merapikan penampilannya di toilet hotel, Jennara berkaca. Memastikan kalau dirinya sudah rapi kembali. Tak ada sisa-sisa jejak sentuhan dari Michael. Jennara melangkah keluar dari toilet. Langsung menuju parkiran. Dan sudah melihat taksi online pesanannya. Jennara menumpangi taksi itu. Kisaran waktu dua puluh menit, cukup lama karena macet. Jennara akhirnya sampai di apartemen lagi. Karena dia sudah izin juga ke Laura untuk cuti, jadi tak mungkin dia kembali ke kantor. Jujur saja, hati galau Jennara masih ada. Apalagi, dia baru saja menantang bencana datang ke kamar hotel Michael sendirian saja. Membuat jantungnya saat ini butuh relaksasi lebih. Gadis itu memutuskan untuk memanfaatkan waktu cutinya. Bersantai sambil menenangkan diri. Setelah berhasil masuk ke kamar apartemen, Jennara meletakkan tas putihnya ke meja rias. Blazer juga dia tanggalkan ke sofa. Sepatu hak tinggi di kakinya pun dia lepas. Sisa kemeja putih dan celana hitamnya. Jennara langsung duduk santai di atas ranjang. Meraih dan membuka laptop dari laci. Mengaktifkannya, sampai laptop itu terkoneksi. Jennara bangkit sebentar, mengambil Snack kentang dari kulkas. Lalu kembali duduk di ranjang. Melanjutkan kegiatan menonton layar laptop. Jarinya menggulir santai pada tetikus. Untuk melihat postingan berita-berita terbaru di halaman populer Website milik Media Sky Star Technology, radar berita di perusahaan tempatnya bekerja. Ada sebuah berita menarik perhatiannya. “Taglinenya panjang amat,” lirih Jennara. Lantas mengklik halaman berita itu. [ Putra Mahkota Pemilik Sky Star Technology, Pemegang Saham Tertinggi, Chakra Ragantara muncul ke permukaan, menjadi salah satu CEO termuda yang berhasil melambungkan prestasi hingga tingkat mancanegara melalui peluncuran produk sistem Artificial Intelegensi terbarunya. ] Setelah artikelnya terbuka lebar. Jennara melihat dengan jelas, wajah dari pemilik nama Chakra Ragantara tersebut. Lantas melanjutkan untuk membaca seluruh isi artikelnya. Ada keterangan khusus, bahwa laki-laki itu selama ini hanya bersembunyi di balik para karyawan perusahaan. Untuk mengetes kualitas kerja karyawan di dalam perusahaan. Jennara jadi ingat. Sebuah kejadian. Itu baru pagi hari tadi. “Oh … yang di lift tadi! Astaga … anak Pak Bos! CEO pula! Jennara … bisa-bisanya kamu nggak say hello ke dia,” lolos Jennara jujur dari hati, sedikit terkejut dengan fakta berita itu. Jennara dengan semangat membaca berita itu sampai akhir. Tak ada satupun kalimat yang membuat citra pria bernama Chakra Ragantara itu buruk. Semua tertulis dengan amat detail dan rapih. Hanya segudang prestasi yang disebut. Jennara sendiri jadi takjub. Tak menyangka, bahwa ada orang seperti Chakra di negara ini. Jennara yakin, isi berita artikel itu tidak ada yang dibuat-buat. Karena selama dua tahun bekerja di Sky Star Technology, Jennara selalu melihat kualitas berita yang mereka luncurkan. Berita mereka selalu fakta dan real time. Walaupun kadang, juga ada berita yang sedikit sensasional terkait para pekerja karyawan. Seperti kemarin, saat berita tentang salah satu karyawan viral. Tertangkap basah sedang malam mingguan di rumah satpam. Baik karyawan dan juga satpam di berita itu, mengakuinya tanpa membantah. Maka Jennara yang benar-benar mempercayai berita di laman tersebut. Merasa… sedikit kagum dengan isi berita putra mahkota itu. “Ganteng… kaya … berprestasi pula. Beruntung banget nanti yang jadi istrinya,” celetuk Jennara polos. Hingga Jennara pun keluar dari artikel itu. Sekedar menggulir-gulir lagi untuk mencari-cari berita lain. Banyak sekali tesis-tesis muncul di timeline. Jennara sangat suka membaca berita di laman Sky Star. Sampai tak sadar sudah memakan waktu satu jam. Hanya untuk menggulir isi berita saja. Jennara tetap asyik. Seolah tak bisa lagi diganggu. Jarinya terus menggulir tetikus. Hingga sebuah tulisan sensasional muncul. Jennara membeku. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Artikel itu mengaitkan namanya. Matanya menajam. Sebuah judul besar dari laman tautan berwarna biru itu menusuk relung hatinya. Begitu kentara jelas, membuat dada Jennara sesak. Napasnya mulai panas. Tangannya gemetar seraya menekan panel berita itu. [ HOT NEWS! STAFF ASISTEN AKUNTANSI, ALINKA JENNARA, TERTANGKAP BASAH SEDANG CHECK IN KE HOTEL IN NETHERLANDS, SEPERTINYA GAIRAH SUDAH TAK TERTAHANKAN! ] “Siapa yang upload berita ini?!”Jennara membeku di tempat. Jantungnya seperti lompat sendiri dari rongganya. Bahkan, pertahanan kakinya berguncang. "Calon istri bagaimana maksud, Pak Chakra? Jelas jelas... perjanjian awal kita adalah tunangan pura-pura. Pak..." Jennara mendera Chakra dengan pertanyaan paniknya. Tetapi, Chakra tak menjawab. Dia hanya tersenyum singkat, tetapi bukan senyuman yang hangat. Seolah memberikan sinyal penyiksaan bagi Jennara. Gadis itu mengepalkan tangannya kuat, saat melihat Chakra berlalu begitu saja. Masih diam, tanpa menjawab pertanyaannya. "Pak Chakra!" teriak Jennara, mengejar langkah Chakra yang sudah selangkah lebih maju dengannya, "Pak... tolong jelaskan, Pak. Ini mengenai nasib hidup saya..." geger Jennara. Langkahnya cepat, sangat teratur mengikuti tubuh Chakra yang berjalan tenang. Bahkan, tak mempedulikan tatapan orang di kanan-kirinya. Hanya fokus pada Chakra yang masih diam tidak menjawabnya. "Pak Chakra... tolong jawab pertanyaan saya dengan baik," pinta Jennar
"M-maksudnya, itu apa ya pak... dari atas sampai kaki?" Jennara mengeluarkan suara keberaniannya yang tersisa. Jarinya mulai kaku, "s-saya... benar-benar bukan wanita murahan, Pak. Jadi, jangan berpikir bisa mengikat saya dengan hubungan yang tidak seharusnya," terusnya, menjelaskan prinsip yang dia genggam erat. Kali ini, meskipun Jennara takut, Jennara harus berani untuk membela dan menjaga kehormatan dirinya. Kontan, Chakra terkekeh. Terdengar berat, dan juga... agak mengerikan. "Kamu mudah sekali ya terbawa suasana? Saya cuman bercanda. Siapa juga yang minat melaksanakan hubungan tidak seharusnya dengan kamu?" lolos Chakra, menikam relung hati Jennara. Gadis itu menunduk. Melanjutkan pertanyaan. "Jadi, maksud bapak untuk klausul 5 itu lebih jelasnya bagaimana?" tanya Jennara. Menyembunyikan kesalnya. Melanjutkan catatan notepad di hp milik Chakra. "5. Perjanjian kontrak klausul berakhir dalam waktu 90 hari. Diwajibkan terlaksana, tanpa melibatkan perasaan nyata." Jan
Keberanian Jennara seakan hilang entah kemana. Melihat dengan mata kepalanya dengan nyata. Postingan Chakra di lembar halaman Website Sky Star Technology itu sudah terunggah dan memiliki reaksi kontan. Langsung populer begitu saja hanya dalam waktu singkat. Jennara memandang Chakra dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, "pak... tolong hapus saja... itu nggak bener, kita bahkan baru saling ketemu detik ini, pak ..." suara Jennara terasa agak lemah. Seakan serak tak berdaya. "Bisa saya hapus." Singkat Chakra, menyorot pandang mata dingin kepada Jennara. "Benarkah, pak?!" Jennara langsung semangat. Seakan mendapat asa hidupnya lagi. "Dengan dua pilihan." Suara Chakra tetap datar. Tapi, cukup terdengar menenangkan saat ini. "M-Maksud bapak?" "Pilihan pertama. Mengakui hubungan, temui wartawan bersama saya," kata Chakra semakin melangkah, mendekati Jennara. Gadis itu menelan ludahnya. Saat merasakan aura dominasi Chakra kian meninggi. "Pilihan kedua?" tanya Jennara, sangat m
Suara itu kontak membuat tubuh Jennara membalik. Terhampar bersandar di pintu itu. Jennara mendongak pelan. Dan dunia seolah berhenti berputar. Pria di depannya berdiri dengan kemeja putih digulung sampai siku, rambut masih basah menetes-netes, dan sorot matanya… seperti bisa membunuh sekaligus menyelamatkan dalam satu detik yang sama. Jennara ingat wajah itu. "C-Chakra Ragantara?!" tuturnya terkejut, langsung menutup mulutnya sendiri. Kedua mata pria itu menusuknya tanpa jeda. Langkah tenangnya maju. Tiga langkah, tanpa suara. Lalu berjongkok tetap di depan Jennara. Menggeser tubuh Jennara enteng, seolah Jennara hanyalah benda ringan. Lalu, berdiri lagi. Mengintip sebuah panel digital kecil dari pintu. Monitornya memberitahukan, di luar pintu sudah ada sekerumunan manusia heboh membawa banyak kamera. Pria itu adalah Chakra. Yang sudah dikenali oleh Jennara ketika berita positifnya menguasai perhatian publik. Tetapi, kini Chakra berada di tengah amukan para wartaw
Kalut membaca artikel itu, Jennara tak sadar Snack kentangnya sudah tumpah berserakan ke ranjang. Fokusnya berpusat total pada sisipan video dan foto yang ada di artikel. Jennara memutar sisipan Video. Itu adalah rekaman dirinya yang memasuki kamar 111. Juga saat setelah dia keluar dari sana. Bahkan, ada zoom untuk melihat lebih detail penampilannya. Jelas sekali, bagian bahu putih dan sepotong tali bra miliknya terpampang dari video itu. Jennara menggigit bibirnya. Keluar dari video itu, berlanjut melihat beberapa foto. Dari saat dirinya berada di meja resepsionis. Hingga sampai memasuki kamar. Semuanya ada! "Penguntit dari mana yang kurang kerjaan ngerekam aku cuman buat berita bohong kayak gini, sih?!" monolog Jennara sangat marah. Otak kepala Jennara mulai semakin panas. Mencoba mengklik tautan artikel itu berkali-kali. Berharap bisa terhapus dari layar laptopnya. Tapi, nihil. Yang ada, malah laporan statistik baca artikel tersebut sudah 99.877 kali dibaca. Tentu saja
Sayangnya, Michael langsung keluar dari toilet lagi. Membuat tangan Jennara yang nyaris memegang ponsel urung secepat kilat. Hampir saja napasnya hilang. Takut jikalau laki-laki itu memergokinya. Tapi... sepertinya ekspresi Michael biasa saja.Lantas, gadis itu tersenyum manis pada Michael yang sudah berjalan ke arahnya lagi.“Nggak ada baby… harus beli sendiri. Nggak papa, aku terima kamu apa adanya kok.” Michael langsung mengungkung Jennara begitu saja.Tidak memberikan kesempatan sedetik pun pada Jennara untuk menghindar. Laki-laki itu kini membungkuk, mulai melepas blazer hitam Jennara dan melemparnya asal. Menyisakan kemeja putih milik Jennara, lalu juga membukanya pelan-pelan sambil tak berhenti memandang Jennara penuh dengan nafsu.Jennara panas dingin, tetapi dia menahan tubuhnya tetap diam. Setiap sentuhan Michael membuat kulitnya merinding, itu bukan karena nikmat, tapi karena rasa jijik yang ingin meledak. Dia menunggu celah. Begitu tengkuk Michael turun, Jennara lang







