Home / Romansa / Menjadi Candu Guruku / Jangan Memfitnahku, Jo!

Share

Menjadi Candu Guruku
Menjadi Candu Guruku
Author: Merpati_Manis

Jangan Memfitnahku, Jo!

Author: Merpati_Manis
last update Last Updated: 2023-08-22 09:38:46

"Oh, Pak Andre. Ini nikmat sekali." Joana yang tubuhnya ditindih oleh Andreas dengan sengaja mengeraskan suara. Gadis belia itu mendesah manja seraya memejamkan mata. Joana juga semakin mengeratkan pelukan di leher sang guru idola, membuat Andreas tidak dapat melepaskan dirinya.

Kepala sekolah yang kebetulan sedang melintas di depan ruangan Andreas dan mendengar suara aneh dari dalam lalu mendekati pintu yang tidak tertutup rapat itu. Pria paruh baya tersebut sangat terkejut, melihat apa yang terjadi di dalam sana. Di ambang pintu, tatapannya terpaku melihat ke dalam ruangan sang guru matematika.

Seketika, rahang laki-laki tambun itu mengeras. Netra keabuannya menyorot tajam ke arah sofa, di mana tubuh kedua anak manusia yang berlainan jenis berada dalam posisi yang sangat intim. "Apa yang kalian lakukan?"

Rupanya, suara keras kepala sekolah tenggelam oleh suara desahan Joana di telinga Andreas. Guru muda itu sama sekali tidak menyadari hadirnya sang kepala sekolah. Sejenak, Andreas seperti menikmati posisi mereka sekarang. 

"Kamu apa-apaan, sih, Jo?" Sedetik kemudian, Andreas tersadar dan memaksa menyeret perasaannya yang hampir terhanyut karena ulah Joana. Pria muda itu kemudian berusaha melepaskan dekapan siswinya.

Sementara Joana yang dapat melihat kehadiran kepala sekolah, semakin berulah. Gadis belia yang masih mengenakan seragam putih abu-abu itu, mengeratkan pelukan dan semakin mendesah manja. "Pak Andre, ah ... terus, Pak! Jo suka."

Mendengar ocehan siswi yang sangat dia kenali, laki-laki paruh baya dengan dahi lebar yang berdiri di ambang pintu lalu mendekati mereka berdua. Pak Kepala Sekolah nampak sangat murka, melihat kejadian tidak senonoh yang dilakukan oleh seorang guru terhadap siswinya. Apalagi, siswi itu adalah keponakannya. 

"Pak Andre! Apa yang Bapak lakukan?" Merah padam wajah Pak Bernardus, menatap tajam pada sang guru yang kelabakan sendiri dan berusaha untuk bangkit dari atas tubuh Joana. 

Tentu saja Andreas sangat terkejut dengan kedatangan sang kepala sekolah, di saat yang tidak terduga. Guru muda itu lalu menoleh ke arah sofa dan kemudian menjauh dari Joana. Wajah guru tampan itu terlihat sangat pias.

"Pak Kepsek, silakan duduk. Saya bisa jelaskan semua," kata Andreas, berusaha untuk bersikap tenang karena memang dia tidak bersalah. Kejadiannya sangat tiba-tiba tadi dan semua di luar kuasa Andreas. 

"Kancingkan dulu kemeja Pak Andre!" Kepala sekolah itu menunjuk dada Andreas yang terbuka. 

Andreas kembali nampak terkejut lalu buru-buru membetulkan kancing baju bagian atas yang terbuka, akibat ulah siswinya. Andreas sendiri tidak sadar, kapan gadis belia itu membuka kancing bajunya.

"Pak Andre telah mencuri ciuman di bibir Jo, Pak Bernard," adu Joana tiba-tiba, seraya menangis tersedu.

Andreas sontak melotot tajam ke arah gadis yang baru saja ditolongnya, tetapi malah menjebak Andreas dengan menarik tubuh guru muda itu ke arah sofa. Ya, Andreas sangat yakin bahwa Joana tadi memang sengaja menjebaknya. 

"Aduh, panas!" jerit Joana, gadis centil berseragam putih abu-abu yang sudah lama mengejar sang guru idola. Joana menerobos mengikuti Andreas, masuk ke dalam ruangan guru matematika. Dia masuk sambil membawa segelas teh panas dan di saat yang tepat, gadis itu sengaja menumpahkan teh tersebut ke dadanya.

Tidak tega melihat Joana menjerit kesakitan karena ketumpahan minuman panas, Andreas segera mendekat. "Ceroboh sekali kamu! Kenapa tidak hati-hati, sih, Jo? Lagian, ngapain juga kamu ke sini?" Wajah guru muda itu nampak sangat khawatir.

Andreas kemudian membantu Joana mengelap seragam putih siswi itu di bagian dada yang tersiram air teh panas dengan sapu tangannya. Joana sangat menikmati apa yang dilakukan oleh sang guru idola. Gadis centil itu tersenyum penuh kemenangan karena berhasil mendapatkan perhatian dari Andreas, guru muda yang memiliki garis wajah tegas.

"Saya cuma mau nganter teh manis untuk Pak Andre," balas Joana yang dibalas Andreas hanya dengan helaan napas kasar.

'Pak Andre benar-benar tampan. Aku jadi ingin berlama-lama seperti ini.' bisik Joana dalam hati, seraya tersenyum.

"Kenapa senyum-senyum?" selidik Andreas, curiga.

"Aw, Pak, sakit!" rintih Joana kemudian, pura-pura kesakitan. "Saya enggak senyum, Pak, tapi meringis menahan sakit dan panas, di sini," imbuh Joana menunjuk dadanya sendiri, meyakinkan.

Telaten, guru muda tersebut terus mengelap bagian dada Joana dengan sapu tangan. Andreas mengusap dengan sangat pelan karena gadis cantik itu merintih kesakitan. Joana sengaja mendramatisir keadaan dengan mengatakan bahwa kulitnya juga terasa panas seperti terbakar. 

"Rasanya panas sekali, Pak Andre. Serius," rajuk Joana, hampir menangis untuk meyakinkan sang guru bahwa keadaannya saat ini, memang tidak baik-baik saja.

"Lagian, kamu kenapa aneh-aneh bawain minuman segala? Jadi begini, kan? Saya juga yang repot!"

Joana terdiam, tidak menanggapi gerutuan sang guru tampan. 'Meskipun marah-marah, Pak Andre tetap terlihat tampan dan makin menggemaskan. Aku jadi pengin ngekepin, biar Bu Jannet tidak bisa mengambilnya dariku.'

"Kita ke UKS saja, ya?" Suara berwibawa Andreas, mengurai lamunan Joana.

"Enggak usah, Pak. Malu jalan ke sananya kalau masih basah gini," tolak Joana.

Andreas berdecak kesal. "Kamu, sih, jalan enggak pakai mata! Kaki meja segala ditendang! Udah tahu bawa minuman panas, masih aja sembrono!"

Meskipun masih membantu Joana mengeringkan baju gadis centil itu, tetapi Andreas melakukannya sambil ngomel-ngomel tidak karuan. Namun, Joana tidak menanggapi omelan sang guru tampan. Gadis itu semakin lebar mengulas senyuman yang tidak dapat dilihat oleh Andreas yang sedang fokus di bagian dadanya yang besar.

"Jo jalan pakai kaki, Pak. Kalau lihat pakai mata. Tapi kalau lihat Pak Andre yang tampan, Jo pakai mata hati, bukan mata kaki," canda Joana, mencoba mencairkan suasana hati sang guru idola. Namun, usahanya sia-sia belaka karena sang guru masih jutek, meskipun tetap membantunya.

Joana tidak peduli. Baginya, bisa berdekatan seperti ini saja dengan Andreas, dia sudah sangat hepi. Apalagi jika dapat memiliki. 'Kapan, ya, aku bisa memilikimu, Pak Andre?'

Hembusan napas Andreas yang terasa hangat menerpa kulit wajah Joana, membuat gadis belia itu melayang. 'Ah ... andai bisa berdekatan terus seperti ini dengan Pak Andre, aku rela enggak dikasih uang jajan selama satu bulan oleh mama.' Joana terkikik sendiri dalam hati.

Guru matematika itu masih sibuk membantu Joana. Dia sama sekali tidak menaruh curiga bahwa semua ini hanyalah drama yang dibuat oleh siswinya. Andreas terus berusaha untuk mengeringkan dada sang siswi, dia sampai tidak memedulikan keringat yang mulai mengucur dari keningnya.

"Pak Andre makin seksi kalau keringetan gini," gumam Joana sambil mengusap keringat Andreas dengan ibu jarinya.

"Bicara apa, kamu?" Andreas menghentikan aktifitasnya lalu menatap tajam Joana dengan dahi berkerut dalam.

"Sa-sakit, Pak. Dada Saya rasanya makin perih. Mungkin, ada kulitnya yang melepuh dan mengelupas karena Pak Andre terlalu keras menekan sapu tangan," kilah Joana. "Pak Andre mau lihat?" tanya Joana yang kemudian membuka kancing bajunya.

"No!" tolak Andreas, tegas.

Guru matematika itu memejamkan mata, seraya menghela napas panjang. Kesabarannya benar-benar teruji berhadapan dengan gadis centil di hadapan. Gadis yang sering membuatnya menjadi keki. Namun, sejauh ini dia berusaha untuk tidak peduli.

"Masih sakit?" tanya Andreas seraya sedikit menjauh.

"Masih, lah, Pak. Masih basah juga bajunya," balas Joana yang maju, mendekati sang guru.

Mau tidak mau, Andreas kembali mengusap dada siswinya. Di saat Andreas masih sibuk mengeringkan bagian dada Joana, ekor mata gadis itu melihat dari jauh kemunculan kepala sekolah yang sedang berjalan ke arah ruangan sang guru matematika. Gadis belia itu tidak menyia-nyiakan kesempatan, dia langsung menarik tubuh Andreas dan menjatuhkan di sofa, di atas tubuhnya. 

Sejenak Andreas terpaku mendapatkan pelukan dari siswi yang terkenal memiliki wajah cantik dan bertubuh sintal itu. Dadanya berdebar dan naluri kelelakiannya bangkit seketika. Namun, Andreas segera menepisnya. 'Ini tidak benar. Dia masih anak-anak.'

"Benar, 'kan, Pak Andre. Tadi Bapak telah mencium bibir Jo dan Bapak juga meminta Jo untuk melayani Pak Andre?" Suara Joana yang diucapkan dengan terisak, menyeret Andres dari lamunan. 

"Joana! Kenapa kamu bicara yang tidak-tidak? Jangan memfitnahku, Jo!" Dari nada bicaranya yang penuh penekanan, terdengar jelas bahwa guru muda itu sangat geram dengan ulah Joana. Sebab, gadis. belia tersebut sedari tadi terus saja menyudutkan dirinya dan mengarang cerita yang tidak benar. 

🌹🌹🌹

bersambung... 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sonya Kapahang
Aqu baru hadir niy Mba Hind.. Abis riweuh pindahan.. Kyanya agak beda niy awalnya.. Semangat terus..!!! .........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjadi Candu Guruku   Nathan dan Nala

    Wanita bertubuh kurus yang ada di dalam mobil taksi itu terus mengamati rumah Andreas. Dia nampak menimbang-nimbang. Entah apa yang dipikirkan."Maaf, Bu. Sampai kapan kita akan tetap di sini?" tanya sopir taksi tersebut, mengurai lamunan penumpangnya."Iya, tunggu sebentar, ya, Pak."Setelah berkata demikian pada sopir taksi, wanita tinggi semampai itu segera turun lalu berjalan perlahan memasuki gerbang kediaman Andreas yang memang tidak ditutup karena ada beberapa saudara Joana yang belum datang. Tanpa ragu, dia terus melangkah perlahan lalu menaiki teras rumah yang cukup tinggi dengan sangat hati-hati. Seolah, dia takut jika kaki jenjangnya akan tersandung, dan bisa menyebabkan tubuh ringkih itu terjatuh."Permisi." Terdengar sopan, wanita itu menyapa penghuni rumah.Tak perlu menunggu lama, sosok Andreas segera muncul lalu menghampiri tamunya. Andreas mengerutkan dahi kala m

  • Menjadi Candu Guruku   Ini Tak Adil Untukku

    Andreas kini dapat bernapas dengan lega, setelah sang istri tersadar. Tak henti, pria tampan itu mengecupi wajah istrinya yang sudah berangsur cerah dan tak sepucat tadi. Joana bahkan sudah bisa dipindahkan ke ruang perawatan, setelah dipastikan bahwa kondisinya sudah membaik.Di ruang perawatan pun, Andreas tak mau jauh-jauh dari sang istri tercinta. Dia bahkan tadi hanya menggendong anak-anaknya sebentar karena setelah itu, kedua bayi mungil itu sudah menjadi rebutan. Saat ini, bayi laki-laki berada di pangkuan Mama Anggie, sementara bayi perempuan berada di pangkuan Bibi Liana.Ya, Bibi Liana sebenarnya menginginkan cucu perempuan karena dia hanya memiliki anak laki-laki. Namun sayang, anak yang dilahirkan sang menantu, Melanie, malah laki-laki. Meski begitu, istri Pak Bernardus itu tetap menyayangi sang cucu."Kakak Ipar. Ryan belum kebagian gendong keponakan, nih. Bikin lagi, ya. Satu aja," pinta Ryan yang tiba-tiba

  • Menjadi Candu Guruku   Jatuh Pingsan

    Andreas yang ikut menemani sang istri di dalam ruang persalinan, sebenarnya sangat tegang. Namun, pria itu mencoba untuk menutupi ketegangannya dengan menciumi puncak kepala Joana. Andreas terus memberikan semangat kepada istrinya."Kamu pasti bisa, Yang. Kamu wanita yang hebat. Aku mencintaimu, Yang," bisik Andreas, terus menerus. Memberikan kebahagiaan semangat, sekaligus mengungkapkan perasaannya yang terdalam.Di tengah rasa sakit yang mendera, Joana mencoba untuk tersenyum. Meski wanita cantik itu tak dapat berkata-kata, tetapi melalui tatapan matanya, Joana mengungkapkan rasa syukur karena memiliki suami seperti Andreas. Dia eratkan genggaman tangan, kala kontraksi kembali datang.Ya, Joana memilih proses persalinan normal untuk melahirkan kedua bayinya. Dokter yang menangani Joana jauh-jauh hari pun setuju karena baik kondisi ibu maupun kedua janin, sama-sama sehat. Meski awalnya Andreas menyarankan untuk operasi cesar saja karena pria itu tak sanggup melihat sang istri kesakit

  • Menjadi Candu Guruku   Membuka Jalan Lahir

    Joana benar-benar ikut pulang dengan kedua orang tua, beserta kakaknya, Sandy. Segala bujuk rayu Andreas, tak dia hiraukan karena wanita hamil itu ingin selalu berdekatan dengan sang mama. Bahkan sepanjang perjalanan menuju bandara, Joana terus bergelayut manja dengan mamanya dan mengabaikan sang suami yang ikut mengantar.Andreas sengaja ikut mengantar ke bandara karena berharap, sang istri akan berubah pikiran. Suami Joana itu masih berharap, sang istri mengurungkan niatnya. Sebab, Andreas tidak dapat membayangkan bagaimana hari-harinya nanti tanpa sang istri."Abang kalau kangen 'kan, bisa nyusul Jo ke sana," jawab Joana dengan santai ketika sang suami masih berusaha membujuknya."Yaelah, Jo. Kamu pikir, Jakarta Bandung. Bisa nyusul sewaktu-waktu." Ricky yang juga ikut mengantar ke bandara, menyahut."Demi cinta, pasti jarak bukan halangan. Benar begitu 'kan, Bang?" Joana m

  • Menjadi Candu Guruku   Menjalani Hubungan Jarak Jauh

    Semua orang dibuat panik karena Joana yang tadinya baik-baik saja, tiba-tiba ambruk, dan tak sadarkan diri. Andreas langsung membopong tubuh ramping istrinya dan membawanya berlari menuju mobil. Sandi yang baru saja datang, berteriak menyuruh sang adik ipar agar membawa Joana ke mobilnya.Sandi memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sang mama yang duduk di samping kemudi, sampai harus mengingatkan sang putra sulung agar berhati-hati. Sementara di bangku belakang, Andreas yang memangku kepala sang istri, nampak sangat khawatir."Bangun, dong, Sayang. Kamu kenapa, sih?" Andreas menepuk lembut pipi Joana yang matanya terus terpejam.Sementara di belakang mobil Sandy, nampak tiga mobil lain mengiringi. Mobil yang dikendarai papanya Joana, berada tepat di belakang mobil Sandy. Diikuti mobil Ricky dan terakhir mobil Ryan.Tak berapa lama, iring-iringan mobil itu memasuki kawasan rumah sakit. Setelah berh

  • Menjadi Candu Guruku   Sayang, Kamu Kenapa?

    Belum juga ada tanda-tanda kehamilan meski sudah lebih dari satu bulan Joana dan Andreas pulang dari berbulan madu ke negara matahari terbit kala itu, membuat Joana kembali murung. Wanita cantik itu bahkan tak bersemangat, menyambut wisudanya minggu depan. Joana akhir-akhir ini juga sering mengurung diri di dalam kamar.Tentu saja sikap istrinya tersebut membuat Andreas khawatir. Pria muda itu dibuat bingung sendiri dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Padahal, dia sudah seringkali mengatakan pada sang istri bahwa tidak kunjung hamilnya Joana, tak masalah bagi Andreas."Sudah, dong, Yang. Jangan begini terus!" Andreas mencoba membujuk sang istri. "Kita makan malam di luar, yuk. Sekalian nonton film," lanjutnya menawarkan karena ingin membuat mood sang istri kembali membaik.Joana menggeleng. "Jo lagi enggak pengin ke mana-mana, Bang."Andreas menghela napas panjang. "Yang. Jangan terlalu dipikirkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status