Beranda / Romansa / Menjadi Candu Guruku / Sengaja Menghindar?

Share

Sengaja Menghindar?

Penulis: Merpati_Manis
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-12 19:59:00

Waktu terus berjalan. Pagi berganti siang. Sore yang ditunggu Joana pun datang menjelang.

Gadis belia itu nampak tengah mematut diri di dalam kamarnya. Bolak-balik Joana terlihat berganti pakaian, untuk memastikan bahwa penampilannya sempurna. Hal itu membuat sang Bibi yang memerhatikan dari ambang pintu, geleng-geleng kepala.

"Sudah, Jo. Kamu itu aslinya sudah cantik. Tidak perlu berdandan juga sudah cantik. Ayo, kita keluar. Takutnya, calon suami kamu sudah datang dan nanti kelamaan menunggumu di bawah," ajak Bi Liana, menghampiri sang keponakan.

"Bentar, Bi. Apa menurut Bibi, penampilan Jo sudah benar-benar bagus?" tanya Joana, memastikan.

Adik kandung sang mama itu menganggukkan kepala. "Kamu cantik, Sayang," pujinya, tulus. "Tapi sebaiknya kamu mengenakan kulot dan blouse yang itu saja karena Pak Andre 'kan bawa motor." Wanita paruh baya tersebut menunjuk blouse berwarna salem yang tadi sudah dicoba oleh Joana.

Joana menatap sang bibi, dengan dahi berkerut. Bibi Liana mengangguk, meyakinkan. "Yang itu lebih sopan dan kamu terlihat anggun, Sayang."

Gadis belia itu kembali mengganti pakaiannya, entah ini untuk yang keberapa. 

"Jo. Kata pamanmu, Pak Andre itu orangnya sederhana. Mungkin saja, ibunya juga sederhana. Untuk itu, kamu tidak perlu tampil mewah untuk menarik simpati ibunya Pak Andre. Yang terpenting, bersikaplah dengan baik. Hormati beliau seperti kamu menghormati orang tua sendiri," nasehat Bibi Liana kemudian dengan bijak, setelah melihat penampilan sang keponakan yang anggun dan sopan.

"Bibi juga seorang ibu, Jo, dan bagi seorang ibu yang memiliki anak laki-laki, pasti menginginkan anaknya menikah dengan gadis yang baik dan tidak neko-neko," imbuhnya dan Joana mengangguk, mengerti.

"Terima kasih, Bi. Bibi memang yang terbaik." Joana lalu memeluk bibinya.

Kedua wanita cantik berbeda generasi itu kemudian segera turun, ketika dari bawah terdengar Pak Bernardus memanggil. Di ruang tamu, Andreas nampak sudah duduk menanti. Melihat kehadiran Joana, pria itu bersikap biasa saja hingga membuat gadis centil itu merasa gemas sendiri.

'Ish, nyebelin! Aku sudah dandan cantik, tapi dianya biasa aja, dan tetap dingin!' Joana mengerucutkan bibir.

"Jo. Ayo, senyum!" bisik sang bibi dan Joana kemudian tersenyum meskipun dipaksakan karena kesal.

Joana lalu berpamitan pada paman dan bibinya, yang diikuti oleh Andreas.

"Saya titip keponakan saya, Pak Andre," kata Pak Bernardus, seraya menepuk pelan punggung Andreas. Pria muda itu hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Paman dan bibi Joana melepas kepergian mereka sampai ke teras. Joana segera naik ke boncengan motor Andreas ketika guru muda itu sudah menghidupkan mesin motornya. Perlahan, Andreas mulai melajukan motornya setelah memastikan bahwa Joana duduk dengan benar.

Joana menopang dagunya di bahu Andreas. Gadis centil itu terus tersenyum seraya menatap Andreas melalui pantulan kaca spion. Dia juga sengaja duduk dengan menempel pada punggung sang guru matematika hingga membuat Andreas merasa tidak nyaman. Apalagi ketika tangannya melingkar di perut rata Andreas.

"Jo, please ... jangan seperti ini!"

"Kenapa, Pak? Apa pelukan Jo kurang erat?" Joana semakin mengeratkan pelukan, membuat Andreas menghela napas panjang.

'Kuatkan aku, Tuhan.'

Andreas memilih fokus memacu motornya dan fokus dengan jalan raya di hadapan. Dia biarkan Joana yang duduk di jok belakang, melakukan apa pun yang gadis itu inginkan. Hanya satu keinginan Andreas saat ini, mereka bisa segera sampai tujuan dan dia terbebas dari gadis centil yang telah memorak-porandakan hidupnya.

Kehadiran Joana di rumah sederhana orang tua Andreas, disambut baik oleh sang ibu dan juga adik laki-lakinya. Gadis itu pun langsung terlihat akrab dengan Bu Martha. Begitu pula dengan Ryan yang nampak mengagumi kecantikan, kesederhanaan, serta sikap santun Joana.

Kedua orang tua Joana dan juga paman serta bibinya memang selalu mengajarkan pada gadis itu untuk bersikap baik pada siapa saja. Mereka juga mengajarkan agar Joana tidak pilih-pilih teman dan bergaul dengan kalangan mana pun tanpa memandang status sosialnya. Sebab, semua makhluk di mata Tuhan itu sama, begitulah senantiasa yang mereka katakan pada Joana.

Itu sebabnya, Joana dapat bersahabat baik dengan Melanie, anak seorang penjual gorengan di pinggir jalan. Melanie dapat bersekolah di sekolah elite tersebut karena beasiswa prestasi yang dia dapatkan. Di saat teman-teman lain merendahkan Melanie, Joana datang untuk membela dan kemudian menjadikan gadis berkulit hitam manis tersebut sebagai teman.

"Bang Andre pamit ke kamar, kok, enggak keluar-keluar ya, Bu?" tanya Ryan setelah mereka berbincang cukup lama dan senja pun telah berganti petang.

Ibu dan anak itu lalu saling pandang dengan dahi berkerut dalam. 'Apa anak itu sengaja menghindar?' tebak Bu Martha, dalam hati.

🌹🌹🌹

Bersambung...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Candu Guruku   Nathan dan Nala

    Wanita bertubuh kurus yang ada di dalam mobil taksi itu terus mengamati rumah Andreas. Dia nampak menimbang-nimbang. Entah apa yang dipikirkan."Maaf, Bu. Sampai kapan kita akan tetap di sini?" tanya sopir taksi tersebut, mengurai lamunan penumpangnya."Iya, tunggu sebentar, ya, Pak."Setelah berkata demikian pada sopir taksi, wanita tinggi semampai itu segera turun lalu berjalan perlahan memasuki gerbang kediaman Andreas yang memang tidak ditutup karena ada beberapa saudara Joana yang belum datang. Tanpa ragu, dia terus melangkah perlahan lalu menaiki teras rumah yang cukup tinggi dengan sangat hati-hati. Seolah, dia takut jika kaki jenjangnya akan tersandung, dan bisa menyebabkan tubuh ringkih itu terjatuh."Permisi." Terdengar sopan, wanita itu menyapa penghuni rumah.Tak perlu menunggu lama, sosok Andreas segera muncul lalu menghampiri tamunya. Andreas mengerutkan dahi kala m

  • Menjadi Candu Guruku   Ini Tak Adil Untukku

    Andreas kini dapat bernapas dengan lega, setelah sang istri tersadar. Tak henti, pria tampan itu mengecupi wajah istrinya yang sudah berangsur cerah dan tak sepucat tadi. Joana bahkan sudah bisa dipindahkan ke ruang perawatan, setelah dipastikan bahwa kondisinya sudah membaik.Di ruang perawatan pun, Andreas tak mau jauh-jauh dari sang istri tercinta. Dia bahkan tadi hanya menggendong anak-anaknya sebentar karena setelah itu, kedua bayi mungil itu sudah menjadi rebutan. Saat ini, bayi laki-laki berada di pangkuan Mama Anggie, sementara bayi perempuan berada di pangkuan Bibi Liana.Ya, Bibi Liana sebenarnya menginginkan cucu perempuan karena dia hanya memiliki anak laki-laki. Namun sayang, anak yang dilahirkan sang menantu, Melanie, malah laki-laki. Meski begitu, istri Pak Bernardus itu tetap menyayangi sang cucu."Kakak Ipar. Ryan belum kebagian gendong keponakan, nih. Bikin lagi, ya. Satu aja," pinta Ryan yang tiba-tiba

  • Menjadi Candu Guruku   Jatuh Pingsan

    Andreas yang ikut menemani sang istri di dalam ruang persalinan, sebenarnya sangat tegang. Namun, pria itu mencoba untuk menutupi ketegangannya dengan menciumi puncak kepala Joana. Andreas terus memberikan semangat kepada istrinya."Kamu pasti bisa, Yang. Kamu wanita yang hebat. Aku mencintaimu, Yang," bisik Andreas, terus menerus. Memberikan kebahagiaan semangat, sekaligus mengungkapkan perasaannya yang terdalam.Di tengah rasa sakit yang mendera, Joana mencoba untuk tersenyum. Meski wanita cantik itu tak dapat berkata-kata, tetapi melalui tatapan matanya, Joana mengungkapkan rasa syukur karena memiliki suami seperti Andreas. Dia eratkan genggaman tangan, kala kontraksi kembali datang.Ya, Joana memilih proses persalinan normal untuk melahirkan kedua bayinya. Dokter yang menangani Joana jauh-jauh hari pun setuju karena baik kondisi ibu maupun kedua janin, sama-sama sehat. Meski awalnya Andreas menyarankan untuk operasi cesar saja karena pria itu tak sanggup melihat sang istri kesakit

  • Menjadi Candu Guruku   Membuka Jalan Lahir

    Joana benar-benar ikut pulang dengan kedua orang tua, beserta kakaknya, Sandy. Segala bujuk rayu Andreas, tak dia hiraukan karena wanita hamil itu ingin selalu berdekatan dengan sang mama. Bahkan sepanjang perjalanan menuju bandara, Joana terus bergelayut manja dengan mamanya dan mengabaikan sang suami yang ikut mengantar.Andreas sengaja ikut mengantar ke bandara karena berharap, sang istri akan berubah pikiran. Suami Joana itu masih berharap, sang istri mengurungkan niatnya. Sebab, Andreas tidak dapat membayangkan bagaimana hari-harinya nanti tanpa sang istri."Abang kalau kangen 'kan, bisa nyusul Jo ke sana," jawab Joana dengan santai ketika sang suami masih berusaha membujuknya."Yaelah, Jo. Kamu pikir, Jakarta Bandung. Bisa nyusul sewaktu-waktu." Ricky yang juga ikut mengantar ke bandara, menyahut."Demi cinta, pasti jarak bukan halangan. Benar begitu 'kan, Bang?" Joana m

  • Menjadi Candu Guruku   Menjalani Hubungan Jarak Jauh

    Semua orang dibuat panik karena Joana yang tadinya baik-baik saja, tiba-tiba ambruk, dan tak sadarkan diri. Andreas langsung membopong tubuh ramping istrinya dan membawanya berlari menuju mobil. Sandi yang baru saja datang, berteriak menyuruh sang adik ipar agar membawa Joana ke mobilnya.Sandi memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sang mama yang duduk di samping kemudi, sampai harus mengingatkan sang putra sulung agar berhati-hati. Sementara di bangku belakang, Andreas yang memangku kepala sang istri, nampak sangat khawatir."Bangun, dong, Sayang. Kamu kenapa, sih?" Andreas menepuk lembut pipi Joana yang matanya terus terpejam.Sementara di belakang mobil Sandy, nampak tiga mobil lain mengiringi. Mobil yang dikendarai papanya Joana, berada tepat di belakang mobil Sandy. Diikuti mobil Ricky dan terakhir mobil Ryan.Tak berapa lama, iring-iringan mobil itu memasuki kawasan rumah sakit. Setelah berh

  • Menjadi Candu Guruku   Sayang, Kamu Kenapa?

    Belum juga ada tanda-tanda kehamilan meski sudah lebih dari satu bulan Joana dan Andreas pulang dari berbulan madu ke negara matahari terbit kala itu, membuat Joana kembali murung. Wanita cantik itu bahkan tak bersemangat, menyambut wisudanya minggu depan. Joana akhir-akhir ini juga sering mengurung diri di dalam kamar.Tentu saja sikap istrinya tersebut membuat Andreas khawatir. Pria muda itu dibuat bingung sendiri dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Padahal, dia sudah seringkali mengatakan pada sang istri bahwa tidak kunjung hamilnya Joana, tak masalah bagi Andreas."Sudah, dong, Yang. Jangan begini terus!" Andreas mencoba membujuk sang istri. "Kita makan malam di luar, yuk. Sekalian nonton film," lanjutnya menawarkan karena ingin membuat mood sang istri kembali membaik.Joana menggeleng. "Jo lagi enggak pengin ke mana-mana, Bang."Andreas menghela napas panjang. "Yang. Jangan terlalu dipikirkan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status