Home / Rumah Tangga / Menjadi Cantik Setelah Talak 3 / Bab 6. Pertama Kali Menyentuh Wajah Abimana

Share

Bab 6. Pertama Kali Menyentuh Wajah Abimana

Author: NonaRich
last update Last Updated: 2025-01-10 21:44:00

Hanifa sengaja mengenakan masker supaya tidak dikenali oleh Abimana dan Widya. Gadis itu sekarang ini sedang membantu Kusuma untuk menangani dua pasiennya. 

Sebab, bukan hanya Widya yang akan menjalani perawatan, tapi juga Abimana yang dipaksa oleh si calon untuk menjalani perawatan wajah.

"Mbak, tolong buat wajah saya makin kinclong, ya. Supaya calon istri saya makin kesemsem sama saya!" ujar Abimana yang kini sudah berbaring di tempat ketika Hanifa sedang menutup tirai pembatas antara Abimana dan Widya.

Gadis itu sama sekali tak bersuara dan memilih mengangguk saja. Dia tak ingin Abimana mengenali suaranya.

Entahlah, kebetulan macam apa ini? Niat hati hanya ingin bekerja dengan tentram, tapi dia harus kembali berhadapan dengan Abimana. 

Walau begitu, Hanifa berusaha keras untuk tetap profesional. Bagaimana pun juga, dia sedang bekerja dan harus mengesampingkan masalah pribadi. Toh juga antara dirinya dan Abimana sebentar lagi akan benar-benar berakhir.

"Tangan Mbak lembut, tapi kenapa gemetar begini? Apa grogi punya pasien tampan seperti saya? Maaf, ya, Mbak. Walau Mbak naksir sama saya sekalipun, nggak bakal buat saya beralih ke lain hati. Sudah ada tambatan hati saya yang sebentar lagi jadi istri!" Abimana berkata seraya tersenyum cerah.

Seandainya dia tau jika sekarang ini sedang berhadapan dengan Hanifa. Entahlah, bagaimana reaksi dari lelaki itu.

Hanifa tetap tak mengeluarkan suara dan mulai melakukan serangkaian perawatan di wajah Abimana sesuai dengan instruksi dari Kusuma selaku bosnya.

Sekitar hampir satu jam perawatan, akhirnya selesai juga. Widya sejak tadi sudah merengut tak suka kepada sosok Hanifa.

"Mbaknya jangan kegatalan sama calon suami saya! Untung saja calon saya itu orangnya setia!" sinis Widya. Padahal sejak tadi Hanifa hanya diam seraya menjalankan tugas. Abimana saja yang terlalu cerewet dan suka menggoda Hanifa.

"Saya permisi dulu!" Pada akhirnya, Hanifa lebih memilih untuk mengeluarkan suara ketika tugasnya sudah selesai.

Abimana terpaku di tempat. Sementara Widya yang kepalang dongkol hanya bisa mendengus seraya bersedekap dada. 

"Kayak nggak asing—"

"Mas. Ngapain pegang-pegang dia, sih?" Widya mendelik ke Arah Abimana hingga membuat sang empu langsung melepaskan tangan Hanifa yang barusan dia genggam.

Hanifa lekas pergi dari sana dengan napas menderu hebat. Wanita itu memilih untuk duduk di gazebo samping bangunan klinik. 

Ia menghela napas seraya mencopot masker yang sejak tadi dia kenakan. Hanifa menatap lekat kedua tangannya yang tadi dengan leluasa menyentuh wajah Abimana. Sentuhan pertama yang dia lakukan pada lelaki yang pernah menjadi bagian dari hidupnya dan sayangnya kandas begitu saja.

Hanifa dikagetkan dengan rasa dingin di pipi. Ia menoleh dan mendapati sosok Respati yang sedang tersenyum padanya sembari membawa botol air mineral dingin yang barusan ia tempel di pipi Hanifa. 

"Habis kerja kok malah melamun di sini? Kenapa, hm?" tanya Respati seraya membuka segel botol tersebut untuk Hanifa.

Sang empu menerimanya seraya tersenyum simpul. 

"Ada Mas Abi sama calonnya di dalam. Bahkan, tadi sempat nanganin Mas Abi perawatan." Hanifa menunduk lesu.

Respati menghela napas. Ia menatap lekat ke arah Hanifa yang seperti tak memiliki semangat hidup setelah bertemu dengan Abimana dan selingkuhannya. 

"Kenapa? Masih ada rasa sama dia?" 

Hanifa memberanikan diri untuk menatap Respati. Gadis itu kembali menunduk seraya menghela napas.

"Rasanya mungkin masih ada sedikit, tapi lebih banyak sakitnya, sih, Mas. Nggak papa, kan, kalau aku kayak gini? Bagaimanapun juga, Mas Abi pernah ada di sini!" Hanifa menunjuk ke arah dadanya.

Respati tersenyum teduh. Ia pun memaklumi hal tersebut. Hanya saja, rasanya tak adil bila Hanifa masih menyimpan perasaan cinta setelah apa yang sudah di lakukan oleh Abimana. 

"Iya, tidak masalah. Hanya saja, kamu harus tetap bangkit. Jangan lemah hanya karena Abimana. Buktikan pada lelaki itu bila kamu bisa bahagia setelah berpisah darinya!"

"Eh, Mas Abi. Itu, kan, lelaki yang waktu itu belain si gembrot!" pekik seseorang yang sukses membuat Hanifa menunduk dan gegas kembali mengenakan masker. Ia tau betul siapa pemilik suara itu. Dia adalah Widya, yang katanya calon istri Abimana, si lelaki setia sejagat raya

Widya dengan heboh menarik tangan Abimana guna mendekati sosok Hanifa dan Respati. 

"Aduh, kalau si gembrot tau malaikat penolongnya lagi berduaan dengan Ners klinik kecantikan, mungkin langsung depresi dia. Sudah diceraikan sama Mas Abi. Eh, sekarang ditinggal pacaran sama malaikat penolongnya." Widya terus mengoceh tanpa henti.

Hal ini sukses membuat Hanifa muak. Ingin rasanya menggampar mulut Widya, tapi itu tidak mungkin. Dia tak akan mau mengotori tangannya.

"Si gembrot yang Anda bilang bahkan fisik dan hatinya lebih cantikan dia ketimbang Anda." Abimana menatap dingin sosok Widya.

Widya pura-pura terkejut, tapi langsung tertawa. Wanita itu mengabaikan sosok Abimana yang sejak tadi hanya diam di tempat. 

"Fisiknya lebih cantik dari aku? Yakin? Fisik berjerawat kayak gitu katanya cantik. Mata Mas katarak, ya? Sayang banget, ganteng tapi matanya bermasalah!" hina Widya yang merasa seolah dia ini adalah wanita paling cantik di dunia.

"Widya, ayo pulang. Aku masih ada urusan ini sama Mama!" Abimana yang sedikit malu dengan prilaku wanitanya pun lekas menarik tangan Widya untuk menjauh.

"Ish, Mas Abi. Aku masih belum puas ngatain lelaki sok ganteng itu!" rengek Widya manja.

"Sudah, diam!" bentak Abimana hingga membuat Widya kicep dan tak bersuara lagi. 

Setelah kepergian dua orang tak tau diri itu, Respati pun menuntun Hanifa untuk duduk kembali di gazebo. 

Ia bahkan sampai melepaskan masker yang gadis itu kenakan.

"Kenapa diam saja? Nggak di balas ucapan nyelekit nenek lampir itu?" tanya Respati. Dia sangat tak suka pada wanita yang sombong dan angkuh seperti Widya barusan. 

"Aku balas nanti setelah mengantongi akta cerai. Aku juga masih proses perawatan diri, Mas. Nanti juga akan ada waktunya aku berdiri angkuh di depan mereka, tapi nggak sekarang," balas Hanifa penuh tekad. 

Respati tersenyum bangga seraya menepuk beberapa kali kepala Hanifa. "Saya bangga sama kamu yang sudah berjuang sejauh ini," bisiknya lembut hingga membuat jantung Hanifa berdetak tak karuan.

Di sisi lain, Widya masih terus cemberut lantaran masih kesal dengan tingkah Abimana. Keduanya sekarang ini sudah berada di dalam mobil, bersiap untuk meninggalkan area klinik. 

"Nggak usah cemberut. Sudah dikasih perawatan mahal juga!" semprot Abimana.

"Masih pengen tas mahal, Mas." 

Abimana menggeleng. Bisa tekor dia jika terus menerus mengikuti kemauan si cantik nan aduhai ini. Cantik sih cantik, tapi selalu menguras kantong. Berbeda dengan Hanifa. Astaga, kenapa tiba-tiba Abimana malah memikirkan Hanifa, coba?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 160 Dipecat

    Anisa datang ketika mendengar musibah yang menimpa sang menantu. Dia geram sekali. Terlebih lagi, ketika berada di sana, pembantu yang mencelakai menantunya justru tidak ada di sana."Pokoknya Mama nggak mau tau, kamu pecat saja pembantu itu." Entah sudah berapa kali Respati mendengar omelan dari sang Mama. Dia ingin menyela, tapi tidak bisa. Terlebih lagi, tiga perempuan kesayangannya ini justru menatap tajam ke arah dirinya. Apalagi Hanifa yang tak suka sejak awal dengan kehadiran Maya. Makin menjadi wanita itu merajuk. "Sampai sekarang tidak berani pulang setelah membuat cucu mantuku celaka. Awas memang dia nanti kalau sampai masih berani ke sini, habis dia!" sungut Nenek LaksmiHanifa hanya diam saja mendengar nenek serta mertuanya yang sibuk mengoceh. Dia pun hanya memberikan tatapan maut pada Respati, tapi tidak berkomentar apapun. "Kali ini kamu yang tegas. Awas memang masih mempertahankan dia. Sejak awal Nenek tidak setuju, tapi kamu ngeyel. Nisa juga ngeyel!" Sang nenek ke

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 159. Terluka Karena Pembantu

    "Masak apa kamu itu?" tegur Nenek Laksmi ketika melihat Maya mengeluarkan nasi sisa kemarin."Nasi goreng!" Walau sekesal apapun si Maya, dia akan tetap menjawab segala pertanyaan yang bersumber dari mulut wanita tua itu."Pakai nasi sisa kemarin? Astaga, jangan nasi goreng. Tidak baik untuk kesehatan janinnya Hanifa. Masak sup ayam saja. Itu nasi kemarin jangan dipakai, takutnya basi!"Maya menghela napas. Baru kemarin loh ada wanita tua itu, tapi rasanya seperti membuat Maya menyerah saja. "Jangan lupa juga kupaskan buah segar lalu dicuci. Takutnya nanti Hanifa butuh buat nyemil!"Hanifa, Hanifa dan Hanifa. Maya sampai muak dengarnya. Walau begitu, dia tetap mengangguk sebagai jawaban.Diam-diam, Nenek Laksmi tersenyum miring. Sangat bahagia bisa membuat Maya tersiksa dengan kecerewetannya. Beberapa saat kemudian, Hanifa dan Respati pun masuk ke dalam dapur. Maya yang tadinya tampak cemberut pun seketika wajahnya berbinar dengan sangat cerah. Ia pun berjalan mendekat dan lekas me

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 158. Drama Queen

    Nenek Laksmi dan Hanifa sudah tiba di kediaman mewah milik Respati. Mereka pun langsung melihat sosok Maya yang sedang bersantai ria di ruang tamu bak seorang majikan. Ehem ...Deheman dari Nenek Laksmi sukses membuat Maya terkejut bukan main. Apalagi ia tau betul jika Nenek Laksmi itu cerewetnya minta ampun. Bisa mampus dia nanti jika wanita tua itu bertindakWalau begitu, Maya tetap selalu memprioritaskan keanggunan. Siapa tau nenek dari lelaki yang dia taksir ini mau merestui dia dan Respati bersatu."Eh, ada Nenek—""Panggil saya nyonya, saya bukan nenek kamu!" balas Nenek Laksmi memotong ucapan dari Maya.Sang empu kesal bukan main. Sedangkan Hanifa hanya bisa meringis pelan. Dia memang sangat kesal pada pembantunya itu. Hanya saja, istri dari Respati ini bukan juga orang yang gila hormat. Walau begitu, dia akui jika nenek suaminya ini memang sangat keras."Maaf, Nyonya. Saya kira boleh pakai embel-embel Nek kayak Mas Pati!" Mas? Apa Hanifa tidak salah dengar? Medusa satu ini

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 157. Mengadu

    Pagi-pagi sekali Maya pergi begitu saja dari kediaman Respati untuk menemui seseorang. Tadinya dia mengatakan jika hendak pergi membeli sayur di pasar dan Hanifa yang memang sejak awal tak menyukai keberadaan Maya pun membiarkan saja. Di sinilah Maya berada. Di pinggir jalan sembari duduk memainkan ponsel. Beberapa saat kemudian, seseorang datang menghampiri dengan raut datarnya. "Gimana? Ada perkembangan apa?" tanya orang itu yang tak lain adalah Santi.Ya, Ibu dari almarhum Abimana itu memang dalang di balik semuanya. Bahkan, dia sengaja mengawasi gerak gerik keluarga Respati dari sebulan yang lalu. Sampai suatu ketika, Respati dan keluarganya sepakat mencari ART. Dari sanalah rencana di mulai. Dia bertemu dengan Maya yang saat itu baru tiba di kota hendak mencari pekerjaan. Sayangnya, saat itu Maya sudah sangat frustasi lantaran tak ada yang menerima lamaran pekerjaannya. Alhasil, Santi mempengaruhi wanita itu dan pada akhirnya mereka bekerja sama dengan iming-iming Maya bisa

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 156. Pembantu Tidak Tau Diri

    Malam harinya, seperti biasa, Maya selalu saja mencari kesempatan dalam kesempitan. Seperti malam-malam sebelumnya, wanita itu ikut makan di meja makan. Hanifa sudah tidak mood. Apalagi Respati juga tidak menegur asisten rumah tangga itu dan terkesan membiarkan saja. "Pak Pati mau makan pakai apa?" tanya Maya yang mulai melancarkan aksinya. "Biar saja ambil sendiri—""Sudah, sini saya ambilkan saja, Pak!" Maya gegas menuangkan nasi ke dalam piring kosong milik Respati. Wajah Hanifa sudah tidak bisa di kondisikan lagi. Wanita itu menatap datar pemandangan yang tentu saja membuat hatinya bergejolak ingin mencekik perempuan bernama Maya itu. Sialan sekali. "Mas. Aku mau makan di luar. Nggak mood makan di sini!" ujar Hanifa."Tapi nanti mubazir loh, Dek. Dia sudah masak banyak!" balas Respati.Terkadang, Hanifa itu heran sekali. Respati terkesan selalu membela Maya. Padahal yang sebenarnya tidak begitu. Wanita hamil itu hanya sedang mengalami masa-masa sensitif dalam segi perasaan m

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 155. Adu Mulut Karena Pembantu Genit

    Setiap hari ada saja tingkah Maya yang selalu memancing emosi Hanifa. Seperti sekarang ini, Maya keluar dari kamar yang di khususkan untuk asisten rumah tangga dengan menggunakan baju milik Hanifa. Pantas saja wanita hamil itu tak menemukan baju kesayangannya, ternyata justru sudah dipakai oleh Maya."Mbak, itu bajuku kok dipakai? Mbak kok terlalu lancang?" Tegur Hanifa yang merasa tak suka dengan sikap Maya yang selalu seenaknya seperti ini.Maya yang di tegur seperti itu malah menaikkan sebelah alisnya. Dia menatap aneh ke arah Hanifa"Loh, kok Mbak Nifa malah bilang kayak gini? Ini loh bajunya saya! Memangnya cuma Mbak saja yang bisa beli?" tantang Maya, padahal jelas-jelas ini baju memang milik Hanifa, tapi mana mau pembantu itu mengaku?Sementara di sisi lain, Hanifa sudah menatap garang pada pembantu satu itu. "Mbak Maya jangan macam-macam, ya. Aku loh tau kalau Mbak ini yang nata baju aku buat di bawa ke lantai bawah. Jadi, ya, kemungkinan besar dan itu memang baju aku. Aku

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 154. Ingin Menjadi Istri Kedua

    Beberapa hari kemudian, keadaan Hanifa semakin membaik dan sudah bisa beraktivitas seperti sedia kala. Bedanya, perempuan itu sama sekali tak diperbolehkan untuk menyentuh peralatan dapur. Alhasil, semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh Maya. Di mulai dari bersih-bersih dan juga memasak. Semua di lakukan oleh wanita yang usianya beberapa tahun di atas Hanifa. "Pak Pati, ini saya sudah masak sayur asem sama ikan goreng spesial buat Bapak!" ujar Maya dengan centilnya ketika Respati baru saja memasuki area dapur. Sang empu hanya mengangguk dan mulai sibuk membuka pintu kulkas. Maya yang merasa dicueki pun lekas mendekat ke arah sang empu dan menjawil lengannya."Pak Pati cari apa?"Respati terkejut bukan main dan sontak saja menjauh dari sosok Maya. Bisa gawat nanti jika Hanifa melihat, sudah pasti akan salah paham. "Mbak tolong jangan dekat-dekat seperti ini! Takutnya istri saya salah paham nantinya!" tegur Respati yang seketika membuat Maya memutar bola mata dengan malas. "Istri

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 153. ART Baru yang Genit

    Hampir dua minggu lamanya Hanifa di rawat di rumah sakit dan syukurnya hari ini sudah diperbolehkan pulang. Respati sangat kelelahan lantaran sibuk bolak balik rumah sakit sekaligus memantau pekerjaan. Walau begitu, ia sama sekali tak pernah mengeluh lantaran semua ini dia lakukan demi keluarga kecilnya yang sebentar lagi akan bertambah dalam beberapa bulan kedepan. "Semua barang-barang sudah dipacking?" tanya Handoko. Anisa tidak ikut lantaran sibuk mengurus Kusuma yang beberapa waktu lalu sudah lahiran dan sekarang anak bayinya sedang demam dan rewel. Alhasil, Kusuma membutuhkan bantuan sang Mama."Sudah, Pa. Biaya administrasi juga sudah Pati lunasi!" balas Respati dengan lesu. Bukan karena sedih tapi karena lelaki itu benar-benar butuh istirahat. Handoko mengangguk dan mulai membantu mengeluarkan semua barang bawaan yang dua minggu ini di bawa ke rumah sakit. Sekitar lima belas menit perjalanan menuju ke rumah, pada akhirnya mereka tiba juga dan sudah di sambut oleh satu ART

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 152. Kandungan Lemah

    Hanifa keluar dengan wajah sendu. Bibirnya bahkan sudah melengkung ke bawah. Respati yang melihat semua itu tentu saja langsung menghela napas. Ia gegas mendekat dan merangkul bahu sang istri untuk menenangkan. Lewat ekspresi Hanifa saja Respati bisa menebak hasilnya seperti apa. Mungkin saja memang tak seperti harapan mereka saat ini, tapi Respati tidak mempermasalahkan hal tersebut. "Jangan sedih, kita bisa coba lagi nanti. Masih ada banyak waktu. Ayo dong senyum!" hibur Respati.Nenek Laksmi yang melihat itu terharu bukan main. Dia tak menyangka jika cucu lelakinya yang satu ini sangat dewasa dalam segi pikiran."Maaf—""Kenapa minta maaf, sih, Sayang? Mas tidak masalah, loh! Itu artinya, kita kurang berusaha selama ini. Mas santai begini, kok. Tidak masalah ini!"Hanifa menghela napas. Padahal dia belum selesai bicara, tapi suaminya terus menerus mengoceh seperti ini. "Mas, aku belum selesai bicara, loh. Astaga, coba lihat ini hasilnya!" Hanifa melepas paksa pelukan dari Respat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status