Home / Rumah Tangga / Menjadi Cantik Setelah Talak 3 / Bab 7. Jelang Sidang Terakhir

Share

Bab 7. Jelang Sidang Terakhir

Author: NonaRich
last update Last Updated: 2025-01-11 13:00:01

Abimana membawa Widya pulang ke kediaman orang tuanya. Ini dia lakukan supaya Widya tak banyak menguras uangnya. Bisa tekor dia nanti jika belum menikah saja, Widya sudah banyak maunya. Sudah dikasih perawatan gratis dari ujung rambut hingga kaki, tapi masih saja ingin tas mahal dan barang mewah lainnya. 

Sayangnya, sepertinya Abimana melupakan sesuatu. Mereka sudah janjian pada seseorang yang akan menghandle segala keperluan pernikahan. 

Widya dengan seenaknya bahkan memberitahukan orang tersebut supaya segera datang di kediaman calon mertuanya.  Alhasil, belum ada setengah jam, rumah Santi sudah kedatangan tamu dan hal tersebut membuat Widya senang bukan kepalang. 

"Bisa tidak bahasnya nanti saja?" tanya Abimana yang masih belum terima jika uangnya akan kembali melayang.

"Nanti kapan, sih, Mas? Bentar lagi kita mau nikah loh ini. Tante nggak keberatan, kan?" tanya Widya meminta pendapat kepada Santi.

Santi meneguk ludah dengan susah payah. Wanita paruh baya itu melirik ke arah sang anak yang sudah memasang wajah memelas. 

Santi mendadak dilema. Hanya saja, jika dia tidak mengiyakan keinginan Widya, bisa-bisa calon mantunya merajuk. Sama yang ini harus jadi, begitulah batinnya. Ia hanya mengantisipasi supaya si gembrot tidak lagi datang di kehidupan Abimana. 

"Iya, bahas sekarang saja." Santi menjawab dengan lantangnya. Wanita itu sedikit bergeser mendekati calon mantu kesayangannya. "Pilih yang murah dulu, ya. Duitnya ditabung buat masa depan," bisiknya pada Widya.

Sang empu langsung mendengus. Enak saja, tak akan Widya biarkan keluarga Abimana hanya mengeluarkan keperluan pernikahan mereka dalam jumlah kecil. Apalagi, ini adalah pernikahan pertama Widya. Harus mewah dan kalau perlu dia  ingin menyewa kru stasiun televisi supaya  pernikahannya nanti bisa tayang di channel televisi. 

"Aku mau pernikahan yang mewah. Aku pengen dirancangkan gaun pengantin yang mahal. Sama kalau bisa, mas kawinnya itu berupa emas batangan!"

Abimana sudah mengusap wajahnya dengan frustasi.  Ingin punya istri aduhai saja harus banyak keluar uang. 

"Wid, dia cuma mau kita pilih dekor untuk resepsi, bukan justru merembet ke mas kawin. Mending nikah langsung di KUA saja!" protes Abimana membuat Widya mendelik horor. 

"Kayaknya Abi benar! Mending langsung nikah di KUA saja. Yang terpenting kalian ini sah. Nikah siri nggak harus sewa dekor atau bahkan sewa gedung!" Santi ikut menyahuti. 

Wajah Widya sudah masam bukan main. Dia dan Abimana memang sudah kebelet menikah. Mereka bahkan memutuskan untuk menikah siri terlebih dahulu, karena belum bisa mengurus berkas ketika akta cerai saja belum keluar. 

"Tapi, aku mau pernikahan mewah, Mas, Tan!" rengek Widya. "Pernikahan pertamaku harus berkesan dong. Masa iya langsung ke KUA?" lirih Widya yang sudah tak bersemangat.

Santi memberi kode pada Abimana supaya menenangkan wanita itu. Sang empu pun lekas mendekat dan mendekap lembut tubuh Widya.

"Mas janji, suatu saat nanti kita bakal wujudkan pernikahan impian kamu. Tapi, semua itu setelah Mas dapat akta cerai. Sekalian saja kita pamer sama si gembrot. Gimana?"

"Nggak usah undang dia! Bisa tekor nanti habis banyak makanannya," gerutu Santi yang sepertinya masih punya dendam kesumat pada Hanifa.

"Undang saja, Mam kita niatnya mau pamer, loh, ini! Aku nggak masalah deh kalau nikah di KUA dulu. Asal nanti setelah bisa mendaftar pernikahan di pemerintah, aku harus dibuatkan pernikahan impian. Orang pertama yang di undang harus Hanifa!" ujar Widya pada akhirnya hingga membuat Abimana dan Santi bisa bernapas dengan lega.

Hari demi hari berlalu. Bulan pun juga sudah berganti lagi. Kurang lebih empat hari lagi sidang cerai terakhir Abimana dan Hanifa akan di laksanakan. Kurang satu kali lagi maka mereka akan mendapatkan akta cerai. 

Hanifa sekarang ini sedang berada di tempat fitness. Dia ditemani oleh Respati untuk menimbang berat badan, karena memang sebentar lagi dia akan membuktikan pada Abimana jika dia bisa berubah cantik.

Semoga saja Abimana nanti akan mendatangi sidang terakhir untuk mengambil akta cerai. 

"Aku takut kalau masih berat, Mas!" keluh Hanifa yang mendadak minder dan takut bila timbangannya masih di luar keinginannya.

Respati tersenyum kecil. Padahal dia saja sebagai laki-laki sungguh mengagumi perubahan pesat dari diri Hanifa. Lantas, kenapa yang punya badan justru pesimis begini?

Lelaki itu bahkan tak menyangka jika gadis yang dulunya sangat gembrot dan memiliki wajah penuh dengan jerawat, kini justru menjelma menjadi sosok perempuan cantik.

Kulit wajahnya yang dulu dipenuhi dengan jerawat, kini sudah putih mulus berkat perawatan di klinik kecantikan milik Kusuma. Badannya yang dulu penuh lemak sana sini, kini sudah menyusut. Hanya menonjol di tempat yang begitu pas.

"Bahkan cermin itu tidak bisa bohong, Nifa. Kamu sering bercermin, kan?" Hanifa mengangguk sebagai jawabannya. "Apa yang kamu lihat ketika sedang bercermin?" tanya Respati dan Hanifa langsung bersemu.

"Kamu cantik dan saya mengakui itu!"

Blush!

Wajah putih bersih itu langsung memerah ketika mendengar ucapan yang di lontarkan oleh Respati. Walau begitu, dia tidak ingin terlalu memikirkan atau bahkan sampai terbawa perasaan. Hanifa cukup sadar diri jika sebentar lagi akan menyandang status sebagai seorang janda. 

"Tunggu apalagi? Ayo, timbang dulu berat badannya. Atau mau saya angkat!" 

Hanifa menggeleng ribut. "Mas ini bercandanya nggak lucu. Jangan main angkat  sembarangan. Calon janda ini," gerutu Hanifa pura-pura merajuk.

Respati bahkan langsung tertawa renyah dan dengan refleks mengacak gemas rambut muridnya yang sangat dekat dengannya ini. 

"Tidak papa punya label janda. Janda perawan ini," bisik Respati yang semakin membuat Hanifa panas dingin. 

Gadis itu gegas naik ke atas timbangan. Dia bahkan tak mau melihat ke mana arah jarum timbangan berjalan dan lebih memilih untuk menutup mata. 

"47 kilo, Nifa. Selamat, ya, dari 86 kilo, kamu berhasil menurunkan sampai 47 kilo dalam kurun waktu enam bulan!"

Deg!

Hanifa langsung membuka mata dan menatap horor ke arah Respati.

"Mas Pati nggak bohong?" tanya Hanifa dengan suara serak.

"Kenapa harus bohong. Coba lihat ke bawah!" titah lelaki tersebut seraya terkekeh geli.

Tangis Hanifa pun pecah ketika menyaksikan sendiri hasil timbangan berat badannya. Gadis itu turun dan dengan refleks langsung memeluk erat tubuh Respati hingga membuat sang empu menegang hebat.

"Hiks ... Mas Pati. Terima kasih sudah buat aku jadi kayak gini. Ini impianku selama ini. Aku kira, aku bakal selamanya jadi gendut dan dekil, ternyata aku bisa, Mas!"  Hanifa menangis karena merasa sangat terharu. Tangisan ini bukan tangisan kesedihan, melainkan tangisan penuh kebahagiaan. 

"Sebagai ucapan terima kasihku sama Mas. Mas boleh minta apa saja sama aku. Tapi, jangan yang mahal, ya, Mas." Hanifa melepaskan pelukannya.

"Apapun itu?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 8. Abimana Meminta Warisannya

    "Memangnya, Mas mau minta apa?" tanya Hanifa terlampau penasaran."Tetap di sisi saya walau tujuan kamu sudah berhasil tercapai. Maksud saya, kamu tetap boleh tinggal di rumah kontrakan dan bekerja di klinik adik saya. Jangan mencari tempat lain, kami sudah nyaman dengan kehadiranmu!"Sebenarnya, bukan ini yang hendak Respati utarakan. Hanya saja, mungkin moment-nya belum tepat. Dia tak mau jika Hanifa mulai menjauh jika sampai tau apa yang sebenarnya Respati rasakan. Dengan kata lain, lelaki itu memiliki perasaan lebih terhadap Hanifa. "Mas. Aku nggak mungkin pergi begitu saja setelah aku sudah bergantung penuh sama Mas. Mungkin nanti kalau semisal Mas Pati sudah berkeluarga, aku bakal pergi. Soalnya nggak enak sama istrinya Mas nanti!""Kenapa harus tidak enak kalau semisal kamu yang menjadi orangnya?" kekeh Respati yang seketika langsung gelagapan sendiri."Maksudnya, Mas?" tanya Hanifa yang masih belum paham ketika diberi kode oleh lelaki gagah pemilik tempat fitness itu.Respati

    Last Updated : 2025-01-11
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 9. Diberi Waktu Untuk Rujuk

    "Dengan berat hati saya mengatakan jika warisan ini lima puluh persen akan jatuh di tangan Mbak Nifa. Lima puluh persennya lagi akan disumbangkan di panti asuhan!""Nggak bisa gitu, Pak! Enak saja main disumbangun ke panti. Apalagi mau dikasih ke si gembrot! Enak saja. Hidup cuma sekali, masa iya harta mertua saya jatuh di tangan orang asing? Nggak bisa gitu! Nggak sudi saya!" Santi langsung mengamuk di tempat.Beberapa orang bahkan sampai merekam aksi wanita paruh baya itu. Sedangkan Abimana sudah malu bukan main dengan tingkah sang ibu. Dia juga sebenarnya ingin mengamuk, tapi berusaha ditahan. "Saya tidak bisa berbuat apa-apa, Bu Santi. Saya hanya menyampaikan wasiat almarhum!" Bapak pengacara dengan sabar menjelaskan.Hanya saja, Santi yang kepalang murka bahkan langsung menangis sesenggukan di sini. "Saya susah payah ngelahirin cucu untuk mertua. Kenapa justru orang lain yang akan mendapatkan warisan? Kenapa dunia tidak adil?" Abimana sampai menutup wajahnya menggunakan buku m

    Last Updated : 2025-01-12
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 10. Heels Pemberian Camer?

    "Maksudnya, Mas?" tanya Hanifa dengan jantung yang berdebar hebat.Sebenarnya, gadis itu tau apa yang di maksud oleh Respati. Hanya saja, dia berusaha keras untuk menyangkal, walau sejujurnya dia juga sudah merasa sangat nyaman dengan semua ini.Namun, perlu diingat, Hanifa masih menyimpan nama Abimana di hatinya lantaran lelaki itu adalah cinta pertamanya. Melupakan masa lalu bukanlah hal yang gampang. Terlebih lagi, masa lalu menyakitkan yang pernah dia dapat dari mantan suaminya. Ibarat, cinta itu masih ada, walau hanya tersisa secuil di relung hati. Mungkin seiring berjalannya waktu, cinta itu akan menghilang. "Saya cin—"Ting!Respati memejamkan mata sejenak. Sedetik lagi dia bisa mengungkapkan rasa cintanya pada Hanifa, tapi bunyi notif ponselnya menghentikan semuanya. Ia pun menghela napas dan mulai membuka ponsel."Nifa. Saya harus pulang. Ada sesuatu yang harus saya urus. Saya pamit dulu, ya. Jangan lupa dibuka hadiah dari Ibu saya!" pamit Respati. Lelaki itu bahkan menyem

    Last Updated : 2025-01-12
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 11. Susah Rujuk karena Terlanjur Talak 3

    "Ma. Mama. Aku pusing, Ma. Ini gimana?" teriak Abimana yang kini sudah memasuki pekarangan rumah kedua orang tuanya.Santi yang mendengar teriakan sang anak pun gegas keluar rumah seraya berkacak pinggang. Sebal sekali rasanya ketika terus menerus direcoki oleh Abimana."Kamu kenapa, sih? Jangan bikin malu, ah! Nggak enak didengar tetangga. Kalau ada masalah yang mau dibicarakan, masuk rumah!" hardik Santi seraya menatap tajam ke arah sang anak.Abimana pun langsung masuk ke dalam rumah dengan wajah kusutnya. Entahlah, akhir-akhir ini banyak sekali masalah yang menimpa calon duda itu. Hidupnya seolah tak tenang dan semuanya berantakan.Jika bukan karena harta warisan sialan itu, sudah pasti Abimana tak akan seperti ini."Aku capek, Ma!" keluh Abimana yang kini sudah duduk manis di sofa ruang tamu. "Kalau capek, ya, istirahat. Widya mana?" tanya Santi celingukan ketika tak melihat keberadaan calon menantu cantiknya. "Widya marah sama aku karena izin rujuk sama Hanifa. Mau di ajak nik

    Last Updated : 2025-01-12
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 12. Hari Terakhir Sidang Cerai

    Abimana terpaksa mengeluarkan banyak uang demi membelikan kalung emas seberat 10 gram untuk Widya. Saldo ATM miliknya semakin menipis. Apalagi, bulan ini dia bahkan sudah tak mendapatkan gaji dari kantor lantaran terlalu banyak libur. "Nggak usah cemberut gitu wajahnya. Emas bisa buat investasi, Mas. Kamu baru beli emas 10 gram saja mukanya sudah ngenes. Nanti juga aku bakal minta mahar jauh lebih gede dari ini!" celoteh Widya seraya mengusap lembut kalung yang sudah melingkar di lehernya.Wanita itu bahkan sampai mengikat rambutnya yang semula tergerai. Dia hanya ingin pamer pada Hanifa ketika sudah sampai di kantor pengadilan.Wajah Santi sejak tadi sudah sepet bukan main. Wanita paruh baya itu tentu merasa iri. Dia juga ingin dibelikan kalung oleh anaknya."Abi. Harusnya tadi beli dua. Mama juga mau!" bisik Santi, tapi di abaikan oleh Abimana.Beli satu kalung seberat 10 gram saja sudah membuat kantongnya semakin menipis. Apalagi jika membeli dua? Bisa habis total tabungan Abimana

    Last Updated : 2025-01-12
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 13. Dituduh Operasi Plastik

    Tiga kali ketuk palu menandakan berakhirnya pernikahan antara Hanifa dan Abimana. Wajah semua orang yang ada di sana menunjukkan reaksi berbeda. Ada yang senang dengan hasil akhirnya. Ada pula yang merasa panas dan tak terima. Hanifa menitikkan air mata. Bukan air mata kepedihan, melainkan air mata bahagia lantaran dia sudah sampai di titik ini. Sudah sepenuhnya terlepas dari lelaki toxic seperti Abimana. Wanita itu bangkit dan berjalan mendekat ke arah Respati dan Kusuma yang memang sejak awal sudah menemaninya sejauh ini. "Terima kasih, Mas. Karena Mas dan keluarga, aku bisa sekuat ini," bisik Hanifa yang tak sungkan memeluk Respati di ruang persidangan."Foto dulu dong. Tunjukkan pada dunia kalau kamu sekarang ini janda perawan!" ujar Kusuma membuat pelukan antara saudara lelakinya dan Hanifa pun terlepas.Hanifa bahkan sudah mengantongi akta cerai. Dia sengaja menggandeng mesra lengan kekar Respati dan keduanya tersenyum di depan kamera.Lain halnya dengan Hanifa yang berbahagi

    Last Updated : 2025-01-13
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 14. Respati Minta Kiss

    Menyanggupi tantangan dari Santi adalah suatu kebodohan dan hanya buang-buang waktu saja. Maka dari itu, Hanifa tentu saja menolak keras. Percuma juga membuktikan semuanya pada Santi yang bahkan tak memiliki kepentingan dengannya. "Maaf, waktu saya terlalu berharga untuk meladeni orang seperti Anda!" Sarkas Hanifa seraya menatap datar ke arah mantan mertuanya.Santi yang kepalang emosi pun langsung mendorong kasar tubuh Hanifa. Untungnya, Respati dengan sigap menahan tubuh tersebut hingga jatuh ke dalam dekapannya.Jantung mereka berdua berdetak tak karuan. Apalagi ketika posisi mereka yang sangat intim seperti ini. Bahkan, Hanifa mampu merasakan hembusan napas Respati. "Kamu nggak papa?" tanya Respati dengan nada khawatir."Nggak papa, Mas. Aku pengen pulang. Aku muak di sini!" balas Hanifa membuat Respati mengangguk. Keduanya pun mulai melepaskan diri masing-masing. Respati menarik tangan Hanifa supaya mendekat pada Kusuma."Dek, bawa Hanifa ke mobil. Kalian tunggu di sana."Kus

    Last Updated : 2025-01-13
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 15. Ke Rumah Janda Cantik, Berakhir Dikeroyok

    "Dek. Berikan Mas satu kesempatan lagi! Mas ingin memperbaiki semuanya. Kita bikin keluarga cemara, ya!" pinta Abimana memelas tanpa takut digampar oleh Hanifa.Sang empu yang sudah muak dengan tingkah laku Abimana pun langsung melempar keras kursi plasti itu sampai mengenai tubuh Abimana. "Aduh, Dek. Sakit! Kok beneran digampar, sih?" Hanifa memutar bola mata dengan malas. Giliran dia sudah berubah cantik saja mulut Abimana juga berumah manis. Sayangnya, gadis itu sama sekali tak tertarik untuk balikan lantaran dia tau betul jika Abimana melihat perempuan hanya dari fisiknya saja.Memangnya dikira perempuan jelek itu tidak butuh dihargai? Toh juga tidak semua perempuan ketika lahir langsung punya wajah cantik. Ada juga yang harus ekstra merawat diri dengan beberapa produk kecantikan. "Mau pulang atau aku teriak? Biar kamu digrebek sama warga kontrakan!" ancam Hanifa lagi, tapi Abimana tetap bebal pada pendiriannya. "Aku hitung sampai tiga. Kalau kamu nggak pergi, aku bakal teria

    Last Updated : 2025-01-14

Latest chapter

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 159. Terluka Karena Pembantu

    "Masak apa kamu itu?" tegur Nenek Laksmi ketika melihat Maya mengeluarkan nasi sisa kemarin."Nasi goreng!" Walau sekesal apapun si Maya, dia akan tetap menjawab segala pertanyaan yang bersumber dari mulut wanita tua itu."Pakai nasi sisa kemarin? Astaga, jangan nasi goreng. Tidak baik untuk kesehatan janinnya Hanifa. Masak sup ayam saja. Itu nasi kemarin jangan dipakai, takutnya basi!"Maya menghela napas. Baru kemarin loh ada wanita tua itu, tapi rasanya seperti membuat Maya menyerah saja. "Jangan lupa juga kupaskan buah segar lalu dicuci. Takutnya nanti Hanifa butuh buat nyemil!"Hanifa, Hanifa dan Hanifa. Maya sampai muak dengarnya. Walau begitu, dia tetap mengangguk sebagai jawaban.Diam-diam, Nenek Laksmi tersenyum miring. Sangat bahagia bisa membuat Maya tersiksa dengan kecerewetannya. Beberapa saat kemudian, Hanifa dan Respati pun masuk ke dalam dapur. Maya yang tadinya tampak cemberut pun seketika wajahnya berbinar dengan sangat cerah. Ia pun berjalan mendekat dan lekas me

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 158. Drama Queen

    Nenek Laksmi dan Hanifa sudah tiba di kediaman mewah milik Respati. Mereka pun langsung melihat sosok Maya yang sedang bersantai ria di ruang tamu bak seorang majikan. Ehem ...Deheman dari Nenek Laksmi sukses membuat Maya terkejut bukan main. Apalagi ia tau betul jika Nenek Laksmi itu cerewetnya minta ampun. Bisa mampus dia nanti jika wanita tua itu bertindakWalau begitu, Maya tetap selalu memprioritaskan keanggunan. Siapa tau nenek dari lelaki yang dia taksir ini mau merestui dia dan Respati bersatu."Eh, ada Nenek—""Panggil saya nyonya, saya bukan nenek kamu!" balas Nenek Laksmi memotong ucapan dari Maya.Sang empu kesal bukan main. Sedangkan Hanifa hanya bisa meringis pelan. Dia memang sangat kesal pada pembantunya itu. Hanya saja, istri dari Respati ini bukan juga orang yang gila hormat. Walau begitu, dia akui jika nenek suaminya ini memang sangat keras."Maaf, Nyonya. Saya kira boleh pakai embel-embel Nek kayak Mas Pati!" Mas? Apa Hanifa tidak salah dengar? Medusa satu ini

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 157. Mengadu

    Pagi-pagi sekali Maya pergi begitu saja dari kediaman Respati untuk menemui seseorang. Tadinya dia mengatakan jika hendak pergi membeli sayur di pasar dan Hanifa yang memang sejak awal tak menyukai keberadaan Maya pun membiarkan saja. Di sinilah Maya berada. Di pinggir jalan sembari duduk memainkan ponsel. Beberapa saat kemudian, seseorang datang menghampiri dengan raut datarnya. "Gimana? Ada perkembangan apa?" tanya orang itu yang tak lain adalah Santi.Ya, Ibu dari almarhum Abimana itu memang dalang di balik semuanya. Bahkan, dia sengaja mengawasi gerak gerik keluarga Respati dari sebulan yang lalu. Sampai suatu ketika, Respati dan keluarganya sepakat mencari ART. Dari sanalah rencana di mulai. Dia bertemu dengan Maya yang saat itu baru tiba di kota hendak mencari pekerjaan. Sayangnya, saat itu Maya sudah sangat frustasi lantaran tak ada yang menerima lamaran pekerjaannya. Alhasil, Santi mempengaruhi wanita itu dan pada akhirnya mereka bekerja sama dengan iming-iming Maya bisa

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 156. Pembantu Tidak Tau Diri

    Malam harinya, seperti biasa, Maya selalu saja mencari kesempatan dalam kesempitan. Seperti malam-malam sebelumnya, wanita itu ikut makan di meja makan. Hanifa sudah tidak mood. Apalagi Respati juga tidak menegur asisten rumah tangga itu dan terkesan membiarkan saja. "Pak Pati mau makan pakai apa?" tanya Maya yang mulai melancarkan aksinya. "Biar saja ambil sendiri—""Sudah, sini saya ambilkan saja, Pak!" Maya gegas menuangkan nasi ke dalam piring kosong milik Respati. Wajah Hanifa sudah tidak bisa di kondisikan lagi. Wanita itu menatap datar pemandangan yang tentu saja membuat hatinya bergejolak ingin mencekik perempuan bernama Maya itu. Sialan sekali. "Mas. Aku mau makan di luar. Nggak mood makan di sini!" ujar Hanifa."Tapi nanti mubazir loh, Dek. Dia sudah masak banyak!" balas Respati.Terkadang, Hanifa itu heran sekali. Respati terkesan selalu membela Maya. Padahal yang sebenarnya tidak begitu. Wanita hamil itu hanya sedang mengalami masa-masa sensitif dalam segi perasaan m

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 155. Adu Mulut Karena Pembantu Genit

    Setiap hari ada saja tingkah Maya yang selalu memancing emosi Hanifa. Seperti sekarang ini, Maya keluar dari kamar yang di khususkan untuk asisten rumah tangga dengan menggunakan baju milik Hanifa. Pantas saja wanita hamil itu tak menemukan baju kesayangannya, ternyata justru sudah dipakai oleh Maya."Mbak, itu bajuku kok dipakai? Mbak kok terlalu lancang?" Tegur Hanifa yang merasa tak suka dengan sikap Maya yang selalu seenaknya seperti ini.Maya yang di tegur seperti itu malah menaikkan sebelah alisnya. Dia menatap aneh ke arah Hanifa"Loh, kok Mbak Nifa malah bilang kayak gini? Ini loh bajunya saya! Memangnya cuma Mbak saja yang bisa beli?" tantang Maya, padahal jelas-jelas ini baju memang milik Hanifa, tapi mana mau pembantu itu mengaku?Sementara di sisi lain, Hanifa sudah menatap garang pada pembantu satu itu. "Mbak Maya jangan macam-macam, ya. Aku loh tau kalau Mbak ini yang nata baju aku buat di bawa ke lantai bawah. Jadi, ya, kemungkinan besar dan itu memang baju aku. Aku

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 154. Ingin Menjadi Istri Kedua

    Beberapa hari kemudian, keadaan Hanifa semakin membaik dan sudah bisa beraktivitas seperti sedia kala. Bedanya, perempuan itu sama sekali tak diperbolehkan untuk menyentuh peralatan dapur. Alhasil, semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh Maya. Di mulai dari bersih-bersih dan juga memasak. Semua di lakukan oleh wanita yang usianya beberapa tahun di atas Hanifa. "Pak Pati, ini saya sudah masak sayur asem sama ikan goreng spesial buat Bapak!" ujar Maya dengan centilnya ketika Respati baru saja memasuki area dapur. Sang empu hanya mengangguk dan mulai sibuk membuka pintu kulkas. Maya yang merasa dicueki pun lekas mendekat ke arah sang empu dan menjawil lengannya."Pak Pati cari apa?"Respati terkejut bukan main dan sontak saja menjauh dari sosok Maya. Bisa gawat nanti jika Hanifa melihat, sudah pasti akan salah paham. "Mbak tolong jangan dekat-dekat seperti ini! Takutnya istri saya salah paham nantinya!" tegur Respati yang seketika membuat Maya memutar bola mata dengan malas. "Istri

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 153. ART Baru yang Genit

    Hampir dua minggu lamanya Hanifa di rawat di rumah sakit dan syukurnya hari ini sudah diperbolehkan pulang. Respati sangat kelelahan lantaran sibuk bolak balik rumah sakit sekaligus memantau pekerjaan. Walau begitu, ia sama sekali tak pernah mengeluh lantaran semua ini dia lakukan demi keluarga kecilnya yang sebentar lagi akan bertambah dalam beberapa bulan kedepan. "Semua barang-barang sudah dipacking?" tanya Handoko. Anisa tidak ikut lantaran sibuk mengurus Kusuma yang beberapa waktu lalu sudah lahiran dan sekarang anak bayinya sedang demam dan rewel. Alhasil, Kusuma membutuhkan bantuan sang Mama."Sudah, Pa. Biaya administrasi juga sudah Pati lunasi!" balas Respati dengan lesu. Bukan karena sedih tapi karena lelaki itu benar-benar butuh istirahat. Handoko mengangguk dan mulai membantu mengeluarkan semua barang bawaan yang dua minggu ini di bawa ke rumah sakit. Sekitar lima belas menit perjalanan menuju ke rumah, pada akhirnya mereka tiba juga dan sudah di sambut oleh satu ART

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 152. Kandungan Lemah

    Hanifa keluar dengan wajah sendu. Bibirnya bahkan sudah melengkung ke bawah. Respati yang melihat semua itu tentu saja langsung menghela napas. Ia gegas mendekat dan merangkul bahu sang istri untuk menenangkan. Lewat ekspresi Hanifa saja Respati bisa menebak hasilnya seperti apa. Mungkin saja memang tak seperti harapan mereka saat ini, tapi Respati tidak mempermasalahkan hal tersebut. "Jangan sedih, kita bisa coba lagi nanti. Masih ada banyak waktu. Ayo dong senyum!" hibur Respati.Nenek Laksmi yang melihat itu terharu bukan main. Dia tak menyangka jika cucu lelakinya yang satu ini sangat dewasa dalam segi pikiran."Maaf—""Kenapa minta maaf, sih, Sayang? Mas tidak masalah, loh! Itu artinya, kita kurang berusaha selama ini. Mas santai begini, kok. Tidak masalah ini!"Hanifa menghela napas. Padahal dia belum selesai bicara, tapi suaminya terus menerus mengoceh seperti ini. "Mas, aku belum selesai bicara, loh. Astaga, coba lihat ini hasilnya!" Hanifa melepas paksa pelukan dari Respat

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 151. Hamil, kah?

    Hanifa jatuh sakit setelah kemarin mendapati teror di rumahnya sendiri. Respati bahkan sampai menambah satpam untuk berjaga di halaman rumah lantaran takut sekali jika sampai ada kiriman teror lagi. "Mas, aku takut!" keluh Hanifa seraya menggenggam erat tangan sang suami. Keduanya sekarang ini berada di dalam kamar. Respati terpaksa menempelkan kompres instan di kening istrinya, lantaran terlampau khawatir. Pasalnya saja, Hanifa sama sekali tak mau di bawa ke rumah sakit. Minum obat pun juga harus ekstra dipaksa. Walau begitu, Hanifa masih belum mau minum obat lantaran mulutnya terasa pahit."Takut apa, Sayang? Mas di sini sama kamu. Di luar juga ada lima satpam yang berjaga. Percaya sama Mas, selama Mas masih ada di samping kamu, semuanya baik-baik saja. Oke?" Respati dengan lembut memberi pengertian kepada istrinya.Dengan terpaksa, Hanifa mengangguk pelan sebagai jawaban. Ia takut, tapi tetap harus yakin jika semuanya akan baik-baik saja seperti apa yang barusan di ucapkan oleh s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status