Home / Rumah Tangga / Menjadi Cantik Setelah Talak 3 / Bab 7. Jelang Sidang Terakhir

Share

Bab 7. Jelang Sidang Terakhir

Author: NonaRich
last update Last Updated: 2025-01-11 13:00:01

Abimana membawa Widya pulang ke kediaman orang tuanya. Ini dia lakukan supaya Widya tak banyak menguras uangnya. Bisa tekor dia nanti jika belum menikah saja, Widya sudah banyak maunya. Sudah dikasih perawatan gratis dari ujung rambut hingga kaki, tapi masih saja ingin tas mahal dan barang mewah lainnya. 

Sayangnya, sepertinya Abimana melupakan sesuatu. Mereka sudah janjian pada seseorang yang akan menghandle segala keperluan pernikahan. 

Widya dengan seenaknya bahkan memberitahukan orang tersebut supaya segera datang di kediaman calon mertuanya.  Alhasil, belum ada setengah jam, rumah Santi sudah kedatangan tamu dan hal tersebut membuat Widya senang bukan kepalang. 

"Bisa tidak bahasnya nanti saja?" tanya Abimana yang masih belum terima jika uangnya akan kembali melayang.

"Nanti kapan, sih, Mas? Bentar lagi kita mau nikah loh ini. Tante nggak keberatan, kan?" tanya Widya meminta pendapat kepada Santi.

Santi meneguk ludah dengan susah payah. Wanita paruh baya itu melirik ke arah sang anak yang sudah memasang wajah memelas. 

Santi mendadak dilema. Hanya saja, jika dia tidak mengiyakan keinginan Widya, bisa-bisa calon mantunya merajuk. Sama yang ini harus jadi, begitulah batinnya. Ia hanya mengantisipasi supaya si gembrot tidak lagi datang di kehidupan Abimana. 

"Iya, bahas sekarang saja." Santi menjawab dengan lantangnya. Wanita itu sedikit bergeser mendekati calon mantu kesayangannya. "Pilih yang murah dulu, ya. Duitnya ditabung buat masa depan," bisiknya pada Widya.

Sang empu langsung mendengus. Enak saja, tak akan Widya biarkan keluarga Abimana hanya mengeluarkan keperluan pernikahan mereka dalam jumlah kecil. Apalagi, ini adalah pernikahan pertama Widya. Harus mewah dan kalau perlu dia  ingin menyewa kru stasiun televisi supaya  pernikahannya nanti bisa tayang di channel televisi. 

"Aku mau pernikahan yang mewah. Aku pengen dirancangkan gaun pengantin yang mahal. Sama kalau bisa, mas kawinnya itu berupa emas batangan!"

Abimana sudah mengusap wajahnya dengan frustasi.  Ingin punya istri aduhai saja harus banyak keluar uang. 

"Wid, dia cuma mau kita pilih dekor untuk resepsi, bukan justru merembet ke mas kawin. Mending nikah langsung di KUA saja!" protes Abimana membuat Widya mendelik horor. 

"Kayaknya Abi benar! Mending langsung nikah di KUA saja. Yang terpenting kalian ini sah. Nikah siri nggak harus sewa dekor atau bahkan sewa gedung!" Santi ikut menyahuti. 

Wajah Widya sudah masam bukan main. Dia dan Abimana memang sudah kebelet menikah. Mereka bahkan memutuskan untuk menikah siri terlebih dahulu, karena belum bisa mengurus berkas ketika akta cerai saja belum keluar. 

"Tapi, aku mau pernikahan mewah, Mas, Tan!" rengek Widya. "Pernikahan pertamaku harus berkesan dong. Masa iya langsung ke KUA?" lirih Widya yang sudah tak bersemangat.

Santi memberi kode pada Abimana supaya menenangkan wanita itu. Sang empu pun lekas mendekat dan mendekap lembut tubuh Widya.

"Mas janji, suatu saat nanti kita bakal wujudkan pernikahan impian kamu. Tapi, semua itu setelah Mas dapat akta cerai. Sekalian saja kita pamer sama si gembrot. Gimana?"

"Nggak usah undang dia! Bisa tekor nanti habis banyak makanannya," gerutu Santi yang sepertinya masih punya dendam kesumat pada Hanifa.

"Undang saja, Mam kita niatnya mau pamer, loh, ini! Aku nggak masalah deh kalau nikah di KUA dulu. Asal nanti setelah bisa mendaftar pernikahan di pemerintah, aku harus dibuatkan pernikahan impian. Orang pertama yang di undang harus Hanifa!" ujar Widya pada akhirnya hingga membuat Abimana dan Santi bisa bernapas dengan lega.

Hari demi hari berlalu. Bulan pun juga sudah berganti lagi. Kurang lebih empat hari lagi sidang cerai terakhir Abimana dan Hanifa akan di laksanakan. Kurang satu kali lagi maka mereka akan mendapatkan akta cerai. 

Hanifa sekarang ini sedang berada di tempat fitness. Dia ditemani oleh Respati untuk menimbang berat badan, karena memang sebentar lagi dia akan membuktikan pada Abimana jika dia bisa berubah cantik.

Semoga saja Abimana nanti akan mendatangi sidang terakhir untuk mengambil akta cerai. 

"Aku takut kalau masih berat, Mas!" keluh Hanifa yang mendadak minder dan takut bila timbangannya masih di luar keinginannya.

Respati tersenyum kecil. Padahal dia saja sebagai laki-laki sungguh mengagumi perubahan pesat dari diri Hanifa. Lantas, kenapa yang punya badan justru pesimis begini?

Lelaki itu bahkan tak menyangka jika gadis yang dulunya sangat gembrot dan memiliki wajah penuh dengan jerawat, kini justru menjelma menjadi sosok perempuan cantik.

Kulit wajahnya yang dulu dipenuhi dengan jerawat, kini sudah putih mulus berkat perawatan di klinik kecantikan milik Kusuma. Badannya yang dulu penuh lemak sana sini, kini sudah menyusut. Hanya menonjol di tempat yang begitu pas.

"Bahkan cermin itu tidak bisa bohong, Nifa. Kamu sering bercermin, kan?" Hanifa mengangguk sebagai jawabannya. "Apa yang kamu lihat ketika sedang bercermin?" tanya Respati dan Hanifa langsung bersemu.

"Kamu cantik dan saya mengakui itu!"

Blush!

Wajah putih bersih itu langsung memerah ketika mendengar ucapan yang di lontarkan oleh Respati. Walau begitu, dia tidak ingin terlalu memikirkan atau bahkan sampai terbawa perasaan. Hanifa cukup sadar diri jika sebentar lagi akan menyandang status sebagai seorang janda. 

"Tunggu apalagi? Ayo, timbang dulu berat badannya. Atau mau saya angkat!" 

Hanifa menggeleng ribut. "Mas ini bercandanya nggak lucu. Jangan main angkat  sembarangan. Calon janda ini," gerutu Hanifa pura-pura merajuk.

Respati bahkan langsung tertawa renyah dan dengan refleks mengacak gemas rambut muridnya yang sangat dekat dengannya ini. 

"Tidak papa punya label janda. Janda perawan ini," bisik Respati yang semakin membuat Hanifa panas dingin. 

Gadis itu gegas naik ke atas timbangan. Dia bahkan tak mau melihat ke mana arah jarum timbangan berjalan dan lebih memilih untuk menutup mata. 

"47 kilo, Nifa. Selamat, ya, dari 86 kilo, kamu berhasil menurunkan sampai 47 kilo dalam kurun waktu enam bulan!"

Deg!

Hanifa langsung membuka mata dan menatap horor ke arah Respati.

"Mas Pati nggak bohong?" tanya Hanifa dengan suara serak.

"Kenapa harus bohong. Coba lihat ke bawah!" titah lelaki tersebut seraya terkekeh geli.

Tangis Hanifa pun pecah ketika menyaksikan sendiri hasil timbangan berat badannya. Gadis itu turun dan dengan refleks langsung memeluk erat tubuh Respati hingga membuat sang empu menegang hebat.

"Hiks ... Mas Pati. Terima kasih sudah buat aku jadi kayak gini. Ini impianku selama ini. Aku kira, aku bakal selamanya jadi gendut dan dekil, ternyata aku bisa, Mas!"  Hanifa menangis karena merasa sangat terharu. Tangisan ini bukan tangisan kesedihan, melainkan tangisan penuh kebahagiaan. 

"Sebagai ucapan terima kasihku sama Mas. Mas boleh minta apa saja sama aku. Tapi, jangan yang mahal, ya, Mas." Hanifa melepaskan pelukannya.

"Apapun itu?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 161. TAMAT

    "Nyonya, saya mohon ampun. Saya di sini hanya di suruh oleh Tante Santi untuk membuat rumah tangga Hanifa dan Mas Pati berantakan!"Pada akhirnya, Maya mengaku juga. Wanita itu sudah tidak kuat menahan segalanya. Terlebih lagi, Santi terlalu cerewet. Bukan hanya itu saja yang menjadi pertimbangan Maya dalam mengungkapkan semua ini. Dia tau betul jika Santi sudah membeli mobil baru. Mungkin saja sebentar lagi sudah pasti akan bisa menaiki mobil tersebut.Maya jadi pesimis, dia takut jika Santi sudah tak memiliki uang lagi untuk dirinya. Alhasil, jalan satu-satunya adalah dengan cara mengaku. Dengan begitu, dia tak akan takut lagi kehilangan pekerjaan.Sayangnya, pikiran Maya kali ini meleset. Anisa tak akan segan-segan mengusir wanita licik itu. "Oh, jadi kamu dan wanita itu biang keladinya. Saya akan tetap memecat kamu. Kamu dari awal sudah toxic dan saya tidak sudi menampung perempuan seperti kamu lagi. Satu lagi, mungkin saya akan membawa permasalahan ini ke jalur hukum. Sampai be

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 160 Dipecat

    Anisa datang ketika mendengar musibah yang menimpa sang menantu. Dia geram sekali. Terlebih lagi, ketika berada di sana, pembantu yang mencelakai menantunya justru tidak ada di sana."Pokoknya Mama nggak mau tau, kamu pecat saja pembantu itu." Entah sudah berapa kali Respati mendengar omelan dari sang Mama. Dia ingin menyela, tapi tidak bisa. Terlebih lagi, tiga perempuan kesayangannya ini justru menatap tajam ke arah dirinya. Apalagi Hanifa yang tak suka sejak awal dengan kehadiran Maya. Makin menjadi wanita itu merajuk. "Sampai sekarang tidak berani pulang setelah membuat cucu mantuku celaka. Awas memang dia nanti kalau sampai masih berani ke sini, habis dia!" sungut Nenek LaksmiHanifa hanya diam saja mendengar nenek serta mertuanya yang sibuk mengoceh. Dia pun hanya memberikan tatapan maut pada Respati, tapi tidak berkomentar apapun. "Kali ini kamu yang tegas. Awas memang masih mempertahankan dia. Sejak awal Nenek tidak setuju, tapi kamu ngeyel. Nisa juga ngeyel!" Sang nenek ke

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 159. Terluka Karena Pembantu

    "Masak apa kamu itu?" tegur Nenek Laksmi ketika melihat Maya mengeluarkan nasi sisa kemarin."Nasi goreng!" Walau sekesal apapun si Maya, dia akan tetap menjawab segala pertanyaan yang bersumber dari mulut wanita tua itu."Pakai nasi sisa kemarin? Astaga, jangan nasi goreng. Tidak baik untuk kesehatan janinnya Hanifa. Masak sup ayam saja. Itu nasi kemarin jangan dipakai, takutnya basi!"Maya menghela napas. Baru kemarin loh ada wanita tua itu, tapi rasanya seperti membuat Maya menyerah saja. "Jangan lupa juga kupaskan buah segar lalu dicuci. Takutnya nanti Hanifa butuh buat nyemil!"Hanifa, Hanifa dan Hanifa. Maya sampai muak dengarnya. Walau begitu, dia tetap mengangguk sebagai jawaban.Diam-diam, Nenek Laksmi tersenyum miring. Sangat bahagia bisa membuat Maya tersiksa dengan kecerewetannya. Beberapa saat kemudian, Hanifa dan Respati pun masuk ke dalam dapur. Maya yang tadinya tampak cemberut pun seketika wajahnya berbinar dengan sangat cerah. Ia pun berjalan mendekat dan lekas me

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 158. Drama Queen

    Nenek Laksmi dan Hanifa sudah tiba di kediaman mewah milik Respati. Mereka pun langsung melihat sosok Maya yang sedang bersantai ria di ruang tamu bak seorang majikan. Ehem ...Deheman dari Nenek Laksmi sukses membuat Maya terkejut bukan main. Apalagi ia tau betul jika Nenek Laksmi itu cerewetnya minta ampun. Bisa mampus dia nanti jika wanita tua itu bertindakWalau begitu, Maya tetap selalu memprioritaskan keanggunan. Siapa tau nenek dari lelaki yang dia taksir ini mau merestui dia dan Respati bersatu."Eh, ada Nenek—""Panggil saya nyonya, saya bukan nenek kamu!" balas Nenek Laksmi memotong ucapan dari Maya.Sang empu kesal bukan main. Sedangkan Hanifa hanya bisa meringis pelan. Dia memang sangat kesal pada pembantunya itu. Hanya saja, istri dari Respati ini bukan juga orang yang gila hormat. Walau begitu, dia akui jika nenek suaminya ini memang sangat keras."Maaf, Nyonya. Saya kira boleh pakai embel-embel Nek kayak Mas Pati!" Mas? Apa Hanifa tidak salah dengar? Medusa satu ini

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 157. Mengadu

    Pagi-pagi sekali Maya pergi begitu saja dari kediaman Respati untuk menemui seseorang. Tadinya dia mengatakan jika hendak pergi membeli sayur di pasar dan Hanifa yang memang sejak awal tak menyukai keberadaan Maya pun membiarkan saja. Di sinilah Maya berada. Di pinggir jalan sembari duduk memainkan ponsel. Beberapa saat kemudian, seseorang datang menghampiri dengan raut datarnya. "Gimana? Ada perkembangan apa?" tanya orang itu yang tak lain adalah Santi.Ya, Ibu dari almarhum Abimana itu memang dalang di balik semuanya. Bahkan, dia sengaja mengawasi gerak gerik keluarga Respati dari sebulan yang lalu. Sampai suatu ketika, Respati dan keluarganya sepakat mencari ART. Dari sanalah rencana di mulai. Dia bertemu dengan Maya yang saat itu baru tiba di kota hendak mencari pekerjaan. Sayangnya, saat itu Maya sudah sangat frustasi lantaran tak ada yang menerima lamaran pekerjaannya. Alhasil, Santi mempengaruhi wanita itu dan pada akhirnya mereka bekerja sama dengan iming-iming Maya bisa

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 156. Pembantu Tidak Tau Diri

    Malam harinya, seperti biasa, Maya selalu saja mencari kesempatan dalam kesempitan. Seperti malam-malam sebelumnya, wanita itu ikut makan di meja makan. Hanifa sudah tidak mood. Apalagi Respati juga tidak menegur asisten rumah tangga itu dan terkesan membiarkan saja. "Pak Pati mau makan pakai apa?" tanya Maya yang mulai melancarkan aksinya. "Biar saja ambil sendiri—""Sudah, sini saya ambilkan saja, Pak!" Maya gegas menuangkan nasi ke dalam piring kosong milik Respati. Wajah Hanifa sudah tidak bisa di kondisikan lagi. Wanita itu menatap datar pemandangan yang tentu saja membuat hatinya bergejolak ingin mencekik perempuan bernama Maya itu. Sialan sekali. "Mas. Aku mau makan di luar. Nggak mood makan di sini!" ujar Hanifa."Tapi nanti mubazir loh, Dek. Dia sudah masak banyak!" balas Respati.Terkadang, Hanifa itu heran sekali. Respati terkesan selalu membela Maya. Padahal yang sebenarnya tidak begitu. Wanita hamil itu hanya sedang mengalami masa-masa sensitif dalam segi perasaan m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status