Share

BAB 13

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2025-03-05 19:48:37

"Dari mana kau tahu kalau Yumi butuh Ilona?"

Nyonya Bira menatap putranya dengan sorot mata tajam, menuntut jawaban. Dia tidak bisa menerima keinginan Egar yang ingin membawa Ilona kembali ke rumah mereka. Ilona dan Egar adalah mantan kekasih, meskipun hubungan itu dulunya adalah cinta monyet, tapi dia yakin kalau Ilona pasti punya keinginan untuk kembali bersama Egar.

Egar menghela napas panjang. Kepalanya pening, pikirannya bercampur aduk antara kelelahan, amarah, dan keputusasaan. Dengan suara yang berusaha ia kendalikan, ia menjawab, "Bukankah Mama dengar sendiri? Dokter sudah mengatakan kalau Yumi tidak memiliki penyakit. Dia merasa kehilangan. Itu sudah jelas, Ma, dia kehilangan Ilona. Dia hanya ingin Ilona!"

Tangisan Yumi yang lemah masih terdengar dari gendongan Sus Yuli di dalam kamar, dan suara itu semakin menyesakkan dada Egar.

Namun, alih-alih tersentuh, Nyonya Bira justru mendengus kesal. Ia melipat tangannya di dada, ekspresi wajahnya penuh ketidaksetujuan. "Tidak! Ilona
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 14

    Yumi akhirnya mendapatkan perawatan di rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa bayi itu mengalami dehidrasi akibat menangis terlalu lama, meskipun untungnya belum dalam kondisi yang parah. Kini, dia tertidur lelap dengan infus di tangannya. Wajah mungilnya tampak lebih tenang, meski sesekali isakannya masih terdengar samar dalam tidurnya.Egar duduk di sofa yang ada di kamar perawatan, matanya terpejam. Rasa lelah mendera tubuh dan pikirannya.Suara langkah sepatu hak tinggi yang menghentak lantai terdengar mendekat. Nyonya Bira baru saja tiba di rumah sakit, menyusul setelah memastikan bahwa Yumi telah dipindahkan ke ruang perawatan yang lebih nyaman. Wajahnya penuh ketidakpuasan."Kan dia bisa diam. Harusnya sejak semalam langsung dirawat saja!" ucapnya dengan nada ketus.Egar hanya melirik sekilas ke arah ibunya, lalu kembali memejamkan matanya. Dia tidak ingin berdebat sekarang. Kepalanya terasa penuh.Tapi Nyonya Bira belum selesai. "Tidak perlu Ilona, dia menangis bukan karena wani

    Last Updated : 2025-03-06
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 15

    Egar menghela napas panjang, berdiri di depan gerbang sekolah lamanya. Sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali dia menginjakkan kaki di sini, dan sekarang dia kembali—bukan untuk bernostalgia, tapi untuk mencari seseorang yang mungkin menjadi satu-satunya harapan bagi putrinya.Saat memasuki gedung administrasi, ia langsung menyampaikan tujuannya."Maaf, kami tidak bisa memberikan data pribadi alumni," ujar petugas administrasi dengan nada tegas."Tapi, saya sangat butuh. Ini demi keselamatan anak saya," katanya pelan. Ia tidak ingin memaksa, tapi jika tidak segera menemukan Ilona, Yumi bisa kembali jatuh sakit.Egar menjelaskan panjang lebar tentang kondisi Yumi, wanita itu akhirnya mengalah."Baiklah, tapi ini hanya informasi terbatas," ujarnya sambil membuka dokumen di komputer kemudian menyerahkan secarik kertas kepada Egar.Egar segera melihatnya, namun wajahnya mengerut. Alamatnya tidak lengkap. Ilona hanya menuliskan daerah tempat tinggalnya, tanpa nomor rumah atau jalan yan

    Last Updated : 2025-03-06
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 16

    Duaar!Guruh menggelegar, disusul hujan yang turun dengan derasnya. Jalanan yang sebelumnya kering kini berubah menjadi genangan air, membuat banyak orang terpaksa berteduh di depan toko. Egar, yang sudah lelah setelah seharian mencari Ilona, hanya bisa mendesah dan memutuskan untuk menyerah.Lagi-lagi, pencariannya berakhir dengan tangan kosong.Dengan langkah berat, ia berjalan pulang, hujan membasahi tubuhnya, seakan mencerminkan perasaannya yang hancur. “Di mana kau, Ilona?”Sementara itu, di dalam toko pakaian, Ilona sibuk di meja kasir. Hujan yang turun membuat pelanggan membludak, banyak yang membeli baju atau sekadar berteduh sambil berbelanja.Setelah hampir satu jam berlalu, hujan mulai mereda, dan toko pun kembali sepi. Arya, sang pemilik toko, berjalan mendekati Ilona dengan senyum kecil."Sepertinya kau memang pemikat pelanggan," ujarnya sambil melirik kasir yang penuh dengan hasil penjualan hari itu.Ilona tertawa kecil. "Ada-ada saja, ini semua karena produk yang bagus,

    Last Updated : 2025-03-06
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 17

    Hujan turun dengan derasnya, membuat trotoar di sepanjang jalan basah dan licin. Beberapa orang berlarian mencari tempat berteduh, termasuk seorang pria dengan jas hitam yang kini basah kuyup.Egar memandang ke sekeliling, matanya penuh harapan. Sudah empat bulan ia mencari, menyusuri setiap sudut daerah ini dengan penuh kesabaran. Namun, sampai detik ini, Ilona belum juga ditemukan.Sementara itu, di rumah keluarganya, suara tangisan Yumi kembali memenuhi ruangan. Gadis kecil yang kini berusia sepuluh bulan itu matanya basah oleh air mata, tangannya menggenggam boneka lusuh yang selalu ia bawa kemana-mana.“Ma, kemana Sus Yuli?” tanya Egar ketika ia masuk ke rumah dan melihat seorang pengasuh baru yang asing baginya.“Sudah Mama pecat!” jawab Nyonya Bira dengan nada ketus.“Kenapa?”“Tidak bisa bekerja! Tugasnya hanya mengasuh Yumi, tapi anak itu terus saja menangis dan lihatlah betapa kurusnya dia!”Egar menatap Yumi dengan perasaan iba. Bukan salah pengasuhnya jika Yumi menjadi sep

    Last Updated : 2025-03-07
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 18

    Langit siang itu tampak mendung, seolah ikut merasakan beban yang kini memenuhi hati Ilona. Udara di sekitar toko tempatnya bekerja terasa lebih berat dari biasanya. Namun, bukan karena suhu atau cuaca, melainkan karena pria yang kini berlutut di hadapannya.“Egar, apa yang kau lakukan?”Sosok yang dulu pernah membuat hidupnya penuh luka, kini ada di sini dengan wajah penuh keputusasaan. Matanya yang dulu penuh kebanggaan kini hanya menyiratkan kepasrahan. Dan kata-kata yang baru saja keluar dari bibirnya masih menggema di telinga Ilona."Aku harus menyelamatkan Yumi."Ilona menggigit bibirnya, mencoba menahan gejolak dalam hatinya. Ia telah membangun kembali hidupnya di tempat ini, jauh dari semua luka dan kenangan yang ingin ia lupakan. Tapi kini, Egar datang, membawa kenyataan pahit yang memaksa Ilona untuk menghadapi semuanya.“Tapi, kau tidak perlu menyumpahi Yumi!”“Memang itu yang dokter katakan.”Ilona menatapnya tajam, hatinya sakit mendengar kata-kata itu. “Kau tega mengatak

    Last Updated : 2025-03-07
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 19

    Suara dering bel pintu toko bergema ketika seseorang masuk, menghentikan perhatian orang-orang yang masih menyaksikan pemandangan tak biasa di depan mereka."Ada apa ini?"Suara tegas itu milik Arya, sang pemilik toko sekaligus atasan Ilona. Arya berdiri di ambang pintu dengan ekspresi heran, melihat seorang pria berlutut di hadapan Ilona dengan wajah penuh keputusasaan."Maaf, Pak," ucap Ilona sambil menghela napas berat.Arya menatapnya tajam. “Kalau ada masalah, kamu selesaikan di belakang, Ilona. Di sini banyak pelanggan, mereka terganggu.”Ilona menggigit bibirnya, merasa bersalah. Tatapan Arya tidak menunjukkan kemarahan, melainkan lebih kepada kekhawatiran. Ia tahu Ilona bukan tipe orang yang suka membuat keributan.Akhirnya, Ilona mengangguk lemah. “Maaf.”Di belakang toko, suasana lebih tenang. Hanya ada tumpukan kardus berisi barang-barang stok dan beberapa kursi untuk pegawai beristirahat. Di sana, Ilona duduk dengan kepala tertunduk, sementara Egar masih berusaha meyakinka

    Last Updated : 2025-03-08
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 20

    Ilona menghela napas panjang, menatap Egar dengan mata berkaca-kaca. Sejak awal, dia tahu keberadaannya di rumah ini tidak diinginkan oleh Nyonya Bira, ibu Egar. Namun, setiap kali dia ingin pergi, tatapan Yumi menahannya. Anak itu terlalu kecil untuk menderita.“Dia tidak boleh di sini!” suara nyaring Nyonya Bira menggema di dalam rumah besar itu.Ilona hanya bisa diam, menggigit bibirnya sendiri untuk menahan sakit di hatinya. Semua ini demi Yumi. Anak itu sudah sangat kurus, jauh dari sosok bayi sehat yang dulu ia kenal. Bahkan sekarang, kulitnya pucat, tulangnya menonjol, dan tatapannya kosong.“Di mana Yumi, di situ Ilona, Ma,” Egar menjawab tegas, mencoba mempertahankan Ilona dan putrinya.Mata Nyonya Bira membulat penuh kemarahan. “Suruh dia tinggal di paviliun belakang!”“Tapi, Ma, paviliun itu sudah lama kosong,” bantah Egar. Ia tahu tempat itu tidak layak untuk ditempati. Sejak dulu paviliun itu memang ada, sebuah rumah lama yang dulunya dihuni oleh keluarga mereka sebelum r

    Last Updated : 2025-03-08
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 21

    "Ma, itu tidak benar," suara Egar terdengar tegas, tetapi nada putus asanya tidak bisa disembunyikan.Di hadapannya, seorang wanita paruh baya berdiri dengan mata penuh amarah. Sorot matanya menelanjangi setiap inci tubuh Ilona yang berdiri di samping Egar, menggendong bayi kecil yang kini menangis ketakutan."Apa yang tidak benar?" bentak wanita itu. "Lihat anak itu! Dia seperti anak kekurangan gizi! Apa keluarga kalian tidak mampu membelikan makanan untuk bayi yang bahkan belum genap setahun?!"“Kalian yang katanya salah satu orang terkaya ternyata bahkan tidak bisa membesarkan seorang anak!” sambungnya.Ilona menggigit bibirnya, hatinya mencelos. Apakah benar Yumi terlihat sekurus itu? Apakah mereka benar-benar tidak merawatnya dengan baik? Tapi Ilona tahu, sejak awal Nyonya Asia—wanita yang sekarang menatapnya dengan kebencian—tidak pernah datang menjenguk.Dan Ilona menebak kalau wanita itu adalah ibunya Gia, atau neneknya Yumi dari pihak ibu.Apakah selama ini mereka tidak pedul

    Last Updated : 2025-03-08

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 152

    Ilona berdiri di ambang pintu ruang tamu, tubuhnya tegang, matanya sembab. Pikirannya penuh dengan kemungkinan-kemungkinan yang membuat dadanya sesak. Semua terlalu mendadak, terlalu asing… dan terlalu menyakitkan.Seseorang dari masa lalu—dari awal mula kehidupannya—akan datang menemuinya. Seseorang yang katanya adalah ayah kandungnya sendiri. Seseorang yang tak pernah ada saat ia terluka, lapar, atau bahkan sekadar ingin digendong.Ia menoleh pada Egar yang sejak tadi menemaninya dalam diam."Suruh masuk saja, Mas," ucap Ilona akhirnya, suaranya pelan namun tegas.Egar hanya mengangguk. Ia melangkah keluar dan memberi isyarat pada Dion dan Roy untuk mengantarkan tamu yang telah ditunggu. Tak lama, seorang lelaki paruh baya memasuki ruang tamu itu. Wajahnya sederhana, pakaiannya pun jauh dari bayangan seorang CEO besar. Tidak ada jas mewah, tidak ada jam tangan mahal, hanya kemeja lengan panjang dan celana kain biasa. Tapi ada keteduhan yang aneh di wajahnya. Sesuatu yang sulit dijel

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 151

    Ruangan itu sunyi. Hanya terdengar detak jam dinding dan nafas mereka yang saling bersahutan dalam diam. Ilona masih terduduk di sofa, jemarinya saling meremas, wajahnya penuh tanya, dada sesak oleh pertarungan emosi yang tak ia mengerti."Jadi… aku harus menemuinya?" tanyanya pelan, nyaris seperti bisikan yang takut terdengar oleh kenyataan.Egar yang duduk di sampingnya tak langsung menjawab. Ia menggenggam tangan Ilona, mengusap punggungnya dengan lembut. Mata pria itu menatap dalam ke mata istrinya, mencoba mengirimkan ketenangan dalam badai yang tak ia bisa hentikan."Tidak harus," jawab Egar lirih. "Tapi… apa salah dia?"Ilona menoleh perlahan. Matanya merah, namun tidak penuh amarah—justru penuh kebingungan. "Karena dia… aku lahir ke dunia."Egar menatapnya, kali ini lebih serius. "Kamu menyesal terlahir?" tanyanya, pelan namun tajam.Ilona menggeleng cepat. "Aku tidak menyesal terlahir. Karena… aku bertemu denganmu. Karena aku lahir, ada anak-anak kita. Ada keluarga ini," jawa

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 150

    "Sayang..." panggil Egar saat melangkah masuk ke dalam rumah, suaranya rendah namun penuh beban. Suasana di ruang tamu terasa lebih hening dari biasanya, seolah rumah itu tahu bahwa sesuatu yang besar baru saja terjadi di depan gerbangnya.Ilona segera berdiri dari kursi dan mendekat. "Siapa, Mas?" tanyanya, nada khawatir menyusup di balik suaranya. Wajah Egar terlihat berkabut, seolah menyembunyikan badai yang belum sempat reda.Egar tak langsung menjawab. Ia menggenggam tangan Ilona dan mengajaknya duduk. "Kita duduk dulu. Aku nggak mau kamu kaget," katanya lembut, namun tetap terasa ada sesuatu yang berat dalam ucapannya.Ilona mengikuti, walau dadanya mulai tak tenang. Instingnya berkata ada yang tak biasa dari kedatangan tamu itu. Bukan hanya tentang orang asing yang tak menyebutkan tujuannya, tapi tentang bagaimana Egar memandangnya sekarang—ada luka, ada keraguan, dan ada perlindungan yang lebih tebal dari biasanya."Apa kamu mau menemuinya?" tanya Egar akhirnya, menatap mata i

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 149

    Hari itu, cuaca terasa lebih panas dari biasanya. Meski matahari hanya menggantung malu-malu di balik awan, udara di sekitar rumah Ilona dan Egar seperti dipenuhi ketegangan yang tak terlihat. Sejak keamanan rumah mereka diperketat, setiap suara, setiap gerakan, menjadi sesuatu yang mencurigakan. Begitu juga siang itu—suara keributan di depan rumah membuat Ilona dan Egar saling berpandangan."Siapa itu?" gumam Ilona, menegakkan tubuh dari sandarannya."Apakah Mama?" tanya Egar, meski ragu. "Tapi, Dion dan Roy kan kenal sama Mama. Nggak mungkin mereka sampai teriak-teriak begitu."Ilona menggeleng, menajamkan telinga. "Itu bukan suara Mama. Itu suara laki-laki."Egar berdiri, menyambar kaus yang tergantung di kursi. "Kamu di sini saja, Sayang. Aku akan lihat siapa itu."Ilona hendak membantah, tapi tatapannya langsung redup. Ia terlalu lelah untuk berdebat hari ini. Rumah yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman justru terasa seperti penjara, dan kini ditambah dengan kedatangan ta

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 148

    Pagi baru saja menyapa ketika Ilona menarik gorden jendela ruang keluarga dan menatap ke luar. Cahaya mentari yang hangat menyinari halaman, namun ada yang berbeda. Matanya menyipit ketika melihat empat sosok asing berdiri di halaman rumahnya. Mereka tidak mengenakan seragam resmi, tetapi gestur mereka jelas menunjukkan sikap profesional—berdiri tegak, mata terus bergerak memantau sekitar, tangan menyentuh alat komunikasi di telinga."Loh, itu siapa? Kenapa ada beberapa orang yang tidak dikenal? Ada apa ini?" tanya Ilona heran.Egar, yang baru saja datang dari dapur sambil membawa dua cangkir kopi, berhenti sejenak. Ia menatap keluar melalui pintu kaca besar yang menghadap halaman depan. Wajahnya tenang, tapi ada kelelahan yang tak bisa disembunyikan."Itu tim pengamanan tambahan dari Jojo," jawabnya sambil menyerahkan kopi pada Ilona. "Tapi mereka tidak menginap seperti Dion dan Roy. Mereka seperti satpam, berjaga secara bergantian, sistem shift."Ilona tidak langsung menjawab. Ia m

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 147

    Bunyi dentuman keras beberapa menit yang lalu masih terngiang di telinga Egar. Suasana dalam mobil terasa hening dan tegang. Yumi yang tadi menangis sudah berhenti nangisnya, dia hanya terkejut, sementara Gana meringkuk di dalam pelukaj Ilona, sesekali merengek kecil. Ilona memeluk keduanya erat, seolah ketakutan itu masih mengejarnya.Mobil kini berhenti di pinggir jalan, tak jauh dari lokasi kejadian. Dion, salah satu pengawal pribadi yang ditugaskan oleh Anita —sedang berbicara serius dengan Roy di luar mobil."Saya akan keluar," ujar Egar akhirnya, merasa perlu ikut mengecek kondisi mobil dan situasi sekitar.Namun Dion segera menoleh dan berkata dengan tenang tapi tegas, “Tidak, biar Roy saja, Tuan. Tetap di dalam. Ini bisa jadi belum aman.”Egar mengernyit, tak biasa dikendalikan begitu, tapi dia tahu Dion dan Roy adalah orang-orang pilihan. Mereka bukan sekadar sopir atau pengawal biasa, mereka adalah bekas anggota pasukan khusus yang kini bekerja penuh untuk menjaga keluarga i

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 146

    Pagi itu terasa istimewa di rumah kecil milik Egar dan Ilona. Matahari baru saja muncul malu-malu di balik awan tipis, namun Yumi sudah duduk manis di meja makan, mengenakan seragam TK barunya yang berwarna biru muda. Rambutnya yang hitam tebal dikepang dua rapi oleh Ilona, dihiasi pita mungil yang membuatnya tampak seperti boneka hidup.Akhirnya, hari yang dinanti-nantikan itu tiba. Yumi akan mulai masuk sekolah hari ini. "Nanti, Yumi akan banyak teman, kan, Ma?" tanya Yumi sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulut mungilnya. Matanya berbinar penuh harap.Dia bangun paling pagi dan langsung mandi. Dia begitu bersemangat untuk memulai pengalaman barunya menjadi seorang siswi."Tentu, Sayang. Banyak sekali teman-teman yang menunggu Yumi," jawab Ilona sambil tersenyum lembut."Hore! Yumi bisa main sama teman!" seru Yumi sambil mengangkat kedua tangannya kegirangan.Egar tertawa kecil melihat tingkah anak gadisnya. "Iya, Nak. Yumi pasti cepat berteman, karena Yumi anak yang baik.""Iya,

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 145

    Angin sore itu berembus lembut dari jendela mobil yang sengaja dibuka, membawa aroma asin dari laut yang masih membekas di tubuh mereka. Ilona menyandarkan kepalanya pada sandaran jok, memejamkan mata sejenak, menikmati ketenangan setelah seharian bermain bersama keluarga. Tapi jauh di dalam hatinya, ada kegelisahan yang sulit diabaikan.Pikiran dalam kepalanya terasa saling bertabrakan. Begitu banyak hal yang melintas di kepalanya."Tapi, entah mengapa aku merasa akan ada sesuatu yang lebih besar akan terjadi," gumam Ilona, suaranya hampir tertelan angin.Suaranya sangat lirih dan lemah.Egar, yang duduk di sebelahnya meraih tangan Ilona dan menggenggamnya dengan lembut, melirik sekilas ke arah istrinya. Ia merasakan tekanan yang sama, kekhawatiran yang membayangi kebahagiaan singkat mereka hari ini. Dia juga tidak yakin semua akan berakhir di hari ini. Apalagi hingga saat ini keluarga Ilma belum ada yang menemui Ilona. Egar merasa masih ada bayang-bayang yang akan mengancam."Sebe

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 144

    Mobil melaju meninggalkan bandara, setelah hari ini, entah kapan mereka akan bertemu lagi. Semuanya tidak bisa di prediksi."Apakah Kezio pernah main tangan kepada Mamanya?" tanya Ilona pelan, tapi jelas pertanyaan itu tertuju kepada Dion dan Roy. Ternyata di dalam hatinya, dia mengkhawatirkan Anita. "Selama kami ikut Nyonya Anita, tidka pernah. Paling hanya berdebat seperti kemarin aja," jawab Dion."Syukurlah."Egar menayap Ilona lembut, sekarang dia paham apa yang mengganggu pikiran Ilona. Dia mengusap lembut punggung istrinya. "Bagaimana kalau kita ke gudang? Kamu belum pernah kan melihat gudang kita?" usulnya dengan suara hangat.Ilona menoleh, menatap wajah suaminya yang penuh perhatian. Sebuah tawaran sederhana, namun cukup untuk membuat dadanya terasa lebih ringan. Ia tahu, Egar ingin menghiburnya, mengajaknya menghirup udara segar jauh dari bayang-bayang kelam yang sempat menyelimutinya."Boleh," jawab Ilona sambil tersenyum kecil. "Iya, aku juga ingin sekali kesana. Tapi,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status