Share

BAB 32

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2025-03-12 16:23:56

Suara bentakan menggema di dalam rumah, mengguncang keheningan yang sebelumnya hanya diisi oleh suara napas berat.

"Cukup, Egar! Cukup! Jangan membelanya lagi!" teriak Nyonya Bira, matanya membelalak penuh kemarahan.

Tapi Egar tetap berdiri tegak, tatapannya tak goyah. Rahangnya mengeras, tangannya terkepal di sisi tubuhnya.

"Karena aku tahu mana yang salah dan tidak, Ma!" suaranya tegas, menusuk seperti pedang.

Ilona hanya terdiam mendengar pertengkaran itu. Dengan cepat, ia beranjak ke tempat tidur, menepuk-nepuk tubuh kecil Yumi yang mulai menggeliat gelisah.

"Ssst… Yumi, tidur sayang…" bisiknya pelan, berusaha menenangkan bayi itu.

Yumi menggumam kecil, kelopak matanya masih berat. Tapi suara bentakan yang berulang kali terdengar dari luar membuatnya semakin rewel. Ilona menghela napas, lalu bangkit dari tempat tidur. Dengan langkah hati-hati, ia keluar dari kamar dan menutup pintunya perlahan agar Yumi tidak terganggu lebih jauh. Namun, ia tidak mengatakan apa pun. Ia hanya berdi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 33

    "Pikiran Mama terlalu sempit," ujar Egar kecewa."Bukan pikiran Mama, tapi pikiran kamu!" bentak Nyonya Bira, nadanya penuh kemarahan.“Ma, tolonglah demi Yumi.”“Mama tidak mau tahu, dia harus angkat kaki dari rumah ini. Dasar tidak tahu diri, babu maunya jadi ratu!” kesal Nyonya Bira yang kemudian segera beranjak meninggalkan tempat itu, kembali ke rumah utama.Di dalam kamar, tangisan Yumi sudah mereda. Gadis kecil itu kembali tenang dalam tidurnya, sama sekali tidak menyadari badai besar yang kembali menghantam kehidupannya. Dia akan kehilangan Ilona lagi. Padahal, baru tiga bulan mereka kembali bersama.Di sudut kamar, Ilona mengemasi barang-barangnya dengan tangan gemetar. Air mata deras mengalir di wajahnya, memburamkan pandangannya. Sesekali ia melirik ke arah Yumi yang terlelap di tempat tidur kecilnya. Hatinyanya remuk. Rasanya tidak tega meninggalkan gadis kecil itu. Tapi, jika ia bertahan, tubuhnya akan hancur. Ia hanyalah manusia biasa, bukan batu yang bisa terus menerima

    Last Updated : 2025-03-12
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 34

    "Lepas..." ucap Ilona lemah, tangannya mendorong dada Egar dengan sisa tenaga yang dimilikinya.Nafas Ilona tersengal-sengal, dia menatap Egar dengan penuh kebingungan. Dan tangannya memegang bibir, bibir yang baru saja dicium oleh Egar.Egar tidak bergerak. Matanya masih terpaku pada Ilona, mencoba memahami perasaan yang menggelegak dalam dadanya. Baru kali ini dia menyadari sepenuhnya—dia tidak ingin kehilangan Ilona, bukan hanya karena Yumi, tapi karena dirinya sendiri.Dia membutuhkan wanita itu. Dan kini, di matanya Ilona adalah wanita impiannya. Dia begitu lembut, penuh kasih dan yang terpenting Ilona menyayangi Yumi dengan sangat tulus."Maaf," lirihnya sambil menunduk. Dia merasa bersalah telah mencium Ilona, tapi disisi lain, bibir wanita itu seperti candu yang sulit dilepaskan. Sentuhannya masih terasa di sana, dan dia ingin merasakannya lagi.Apalagi semenjak kepergian Gia, dia seperti tanah yang tandus dan gersang. Kini, tanah itu seperti tersiram hujan. Bibir tipis itu me

    Last Updated : 2025-03-12
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 35

    "Aku tidak bisa."Ilona berkata lirih, hampir seperti bisikan yang tertahan di tenggorokannya. Dia tidak bisa menuruti permintaan Egar. Bukan karena dia tidak ingin, bukan karena dia tidak merasakan ketulusan pria itu—tapi karena dia tahu, selama dia masih di sini, Nyonya Bira tidak akan pernah berhenti mencari masalah dengannya.Egar menatapnya tajam. "Mengapa?" tanyanya, tidak mengerti alasan Ilona menolak.Ilona menarik napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Mantan suamiku adalah orang kaya. Kami menikah tanpa restu. Dia berhasil melawan orang tuanya sekali, tapi tidak selamanya. Saat aku melahirkan dan anakku meninggal, dia tidak bisa lagi melawan keinginan mereka. Pada akhirnya, dia memilih keluarganya dan meninggalkanku. Aku tidak bisa jatuh ke lubang yang sama, Egar."Tangannya bergerak meraih koper yang sudah siap di sampingnya, tetapi sebelum dia sempat menggenggamnya, tangan Egar dengan cepat menahan pergelangannya."Aku bukan mantan suamimu, Ilona," ujar Egar tegas. Ada

    Last Updated : 2025-03-12
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 36

    "Ilona tidak akan pergi, dia akan tetap disini, Ma."Ilona berdiri membatu di tempatnya, jantungnya berdegup kencang. Kata-kata Egar masih bergema di telinganya. "Ilona tidak akan pergi!"Ia tidak pernah menyangka Egar akan melakukan ini—berdiri di hadapannya seperti perisai, melindunginya dari Nyonya Bira yang sejak awal membenci keberadaannya."Apa maksudmu, Egar? Wanita ini sendiri yang tadi bilang akan pergi! Kenapa sekarang kau menahannya, biarkan dia pergi. Jangan khawatir, dunia ini begitu luas, mama pasti akan menemukan pengasuh untuk Yumi. Dan juga, Nesha pasti bisa menjadi ibu yang baik untuk Yumi," suara tajam Nyonya Bira memenuhi ruangan."Aku tidak membutuhkan Nesha, Ma!""Dia calon istrimu! Nesha yang akan disini, dan jalang itu yang harus angkat kaki dari rumah ini," jawab Nyonya Bira bersikeras.Egar tidak goyah. Ia menatap ibunya dengan dingin, lalu dengan mantap berkata, "Ilona akan tetap di sini. Tidak ada yang bisa mengusirnya, termasuk Mama. Dan aku tidak pernah m

    Last Updated : 2025-03-12
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 37

    Angin malam berhembus menusuk, membawa dinginnya penderitaan yang baru saja dimulai. Egar berdiri tegak di depan rumah mewah yang selama ini menjadi tempat tinggalnya, tapi kini bukan lagi miliknya. Di sisinya, Ilona menggenggam tangan Yumi erat-erat, seolah takut kehilangan gadis kecil itu."Keluar sekarang juga!" Suara penuh kemarahan Nyonya Bira masih menggema di telinga mereka."Baik, Ma."Egar menerima keputusan itu tanpa perlawanan. Ilona menatapnya, menggeleng pelan. "Kau tidak harus melakukan ini, Egar. Aku bisa pergi sendiri."Tapi Egar hanya tersenyum tipis, tatapannya penuh keteguhan. "Aku sudah memilih, Ilona. Aku tidak akan meninggalkanmu."Dengan perut kosong dan hanya pakaian di badan, mereka melangkah keluar. Egar sempat menuju garasi, ingin membawa mobilnya—satu-satunya aset yang bisa membantunya bertahan untuk sementara waktu. Tapi sebelum ia sempat masuk ke dalamnya, suara dingin ibunya menghentikannya."Aku katakan, jika kau pergi dari rumah ini, jangan membawa ap

    Last Updated : 2025-03-12
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 38

    "Kita akan tinggal disini sementara," ujar Egar kepada Ilona setelah tiba di sebuah apartemen."Tempat siapa?""Temanku. Tenang saja, kita akan aman disini. Tidak sembarangan orang bisa masuk," jawab Egar."Tapi, kita bisa masuk.""Karena aku sering kesini. Penjaga sudah kenal."Iya, dini hari itu Egar akhirnya membawa Ilona dan Yumi dari hotel pergi ke apartemen ini. Salah satu sahabat kepercayaannya.Egar bersandar di sofa apartemen Riko, tangannya terlipat di dada, matanya menatap kosong ke arah jendela. Ia pikir setelah meninggalkan rumah, semuanya akan menjadi lebih baik. Tapi ternyata, ibunya tidak akan membiarkan mereka pergi dengan mudah.Ilona duduk di lantai, sibuk menemani Yumi bermain sambil makan. Tawa kecil bocah itu menjadi satu-satunya suara yang menghangatkan ruangan. Setidaknya, untuk sementara, mereka merasa aman di tempat ini.Di dapur, Riko menatap Egar dengan alis terangkat. "Jadi, lo seriusan kabur dari nyokap lo? Sudah gede gini masih kaburan.""Iya," jawab Ega

    Last Updated : 2025-03-12
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 39

    Suasana kantor Nyonya Bira begitu hening, hanya suara jam dinding yang berdetak pelan di ruangan luas itu. Egar berdiri tegak di depan meja ibunya, sorot matanya tajam, penuh kemarahan yang ditahan.Akhirnya, dia memutuskan menemui wanita paruh baya itu, berharap masih ada sedikit saja rasa sayang seorang ibu kepadanya. Berharap Nyonya Bira masih peduli pada cucunya."Ma, apa maksud Mama?" tanyanya, mencoba menahan emosinya.Wanita paruh baya itu meletakkan kacamatanya di atas meja, lalu tersenyum.Senyum yang bukan penuh kasih sayang, melainkan senyum penuh kemenangan. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Seperti catur yang sudah ia mainkan sejak awal, akhirnya Egar kembali ke hadapannya."Akhirnya kau tahu jalan pulang," jawabnya tenang, mengabaikan pertanyaan Egar.Egar mengepalkan tangannya. Ia bukan kembali untuk menyerah, tapi untuk menyelesaikan semuanya.Ibunya, kini telah menunjukkan siapa dia sebenarnya. Ibunya telah menjadi monster yang bahkan tidak punya hati terhadap an

    Last Updated : 2025-03-12
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 40

    Langit malam membentang luas di atas kota, gemerlap lampu jalanan seperti lautan cahaya yang berpendar di kejauhan. Di dalam apartemen kecil milik Riko, Ilona duduk di sudut ruangan dengan tatapan kosong. Egar berdiri di hadapannya, wajahnya penuh dengan keteguhan yang sulit dibaca.“Kenapa kamu mengambil keputusan seperti ini?” suara Ilona pelan, nyaris berbisik.Egar tidak menjawab seketika. Ia menatap Ilona dalam-dalam, seolah berusaha meyakinkannya hanya dengan sorot matanya. “Aku tidak bisa membiarkanmu pergi lagi,” jawabnya akhirnya.Hati Ilona mencelos. Dia tidak pernah meminta Egar untuk ikut. Tidak pernah sekalipun ia meminta siapa pun menemaninya dalam perjalanan yang bahkan belum jelas tujuannya.“Aku bukan siapa-siapa, Gar. Kalaupun aku pergi, semuanya akan seperti biasa saja. Tidak ada yang berubah, tidak ada yang dirugikan. Kalau seperti ini, semuanya malah kacau,” Ilona berusaha menekan perasaannya, mencari celah agar Egar mengerti.“Aku tidak peduli.”Jawaban itu membu

    Last Updated : 2025-03-13

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 152

    Ilona berdiri di ambang pintu ruang tamu, tubuhnya tegang, matanya sembab. Pikirannya penuh dengan kemungkinan-kemungkinan yang membuat dadanya sesak. Semua terlalu mendadak, terlalu asing… dan terlalu menyakitkan.Seseorang dari masa lalu—dari awal mula kehidupannya—akan datang menemuinya. Seseorang yang katanya adalah ayah kandungnya sendiri. Seseorang yang tak pernah ada saat ia terluka, lapar, atau bahkan sekadar ingin digendong.Ia menoleh pada Egar yang sejak tadi menemaninya dalam diam."Suruh masuk saja, Mas," ucap Ilona akhirnya, suaranya pelan namun tegas.Egar hanya mengangguk. Ia melangkah keluar dan memberi isyarat pada Dion dan Roy untuk mengantarkan tamu yang telah ditunggu. Tak lama, seorang lelaki paruh baya memasuki ruang tamu itu. Wajahnya sederhana, pakaiannya pun jauh dari bayangan seorang CEO besar. Tidak ada jas mewah, tidak ada jam tangan mahal, hanya kemeja lengan panjang dan celana kain biasa. Tapi ada keteduhan yang aneh di wajahnya. Sesuatu yang sulit dijel

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 151

    Ruangan itu sunyi. Hanya terdengar detak jam dinding dan nafas mereka yang saling bersahutan dalam diam. Ilona masih terduduk di sofa, jemarinya saling meremas, wajahnya penuh tanya, dada sesak oleh pertarungan emosi yang tak ia mengerti."Jadi… aku harus menemuinya?" tanyanya pelan, nyaris seperti bisikan yang takut terdengar oleh kenyataan.Egar yang duduk di sampingnya tak langsung menjawab. Ia menggenggam tangan Ilona, mengusap punggungnya dengan lembut. Mata pria itu menatap dalam ke mata istrinya, mencoba mengirimkan ketenangan dalam badai yang tak ia bisa hentikan."Tidak harus," jawab Egar lirih. "Tapi… apa salah dia?"Ilona menoleh perlahan. Matanya merah, namun tidak penuh amarah—justru penuh kebingungan. "Karena dia… aku lahir ke dunia."Egar menatapnya, kali ini lebih serius. "Kamu menyesal terlahir?" tanyanya, pelan namun tajam.Ilona menggeleng cepat. "Aku tidak menyesal terlahir. Karena… aku bertemu denganmu. Karena aku lahir, ada anak-anak kita. Ada keluarga ini," jawa

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 150

    "Sayang..." panggil Egar saat melangkah masuk ke dalam rumah, suaranya rendah namun penuh beban. Suasana di ruang tamu terasa lebih hening dari biasanya, seolah rumah itu tahu bahwa sesuatu yang besar baru saja terjadi di depan gerbangnya.Ilona segera berdiri dari kursi dan mendekat. "Siapa, Mas?" tanyanya, nada khawatir menyusup di balik suaranya. Wajah Egar terlihat berkabut, seolah menyembunyikan badai yang belum sempat reda.Egar tak langsung menjawab. Ia menggenggam tangan Ilona dan mengajaknya duduk. "Kita duduk dulu. Aku nggak mau kamu kaget," katanya lembut, namun tetap terasa ada sesuatu yang berat dalam ucapannya.Ilona mengikuti, walau dadanya mulai tak tenang. Instingnya berkata ada yang tak biasa dari kedatangan tamu itu. Bukan hanya tentang orang asing yang tak menyebutkan tujuannya, tapi tentang bagaimana Egar memandangnya sekarang—ada luka, ada keraguan, dan ada perlindungan yang lebih tebal dari biasanya."Apa kamu mau menemuinya?" tanya Egar akhirnya, menatap mata i

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 149

    Hari itu, cuaca terasa lebih panas dari biasanya. Meski matahari hanya menggantung malu-malu di balik awan, udara di sekitar rumah Ilona dan Egar seperti dipenuhi ketegangan yang tak terlihat. Sejak keamanan rumah mereka diperketat, setiap suara, setiap gerakan, menjadi sesuatu yang mencurigakan. Begitu juga siang itu—suara keributan di depan rumah membuat Ilona dan Egar saling berpandangan."Siapa itu?" gumam Ilona, menegakkan tubuh dari sandarannya."Apakah Mama?" tanya Egar, meski ragu. "Tapi, Dion dan Roy kan kenal sama Mama. Nggak mungkin mereka sampai teriak-teriak begitu."Ilona menggeleng, menajamkan telinga. "Itu bukan suara Mama. Itu suara laki-laki."Egar berdiri, menyambar kaus yang tergantung di kursi. "Kamu di sini saja, Sayang. Aku akan lihat siapa itu."Ilona hendak membantah, tapi tatapannya langsung redup. Ia terlalu lelah untuk berdebat hari ini. Rumah yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman justru terasa seperti penjara, dan kini ditambah dengan kedatangan ta

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 148

    Pagi baru saja menyapa ketika Ilona menarik gorden jendela ruang keluarga dan menatap ke luar. Cahaya mentari yang hangat menyinari halaman, namun ada yang berbeda. Matanya menyipit ketika melihat empat sosok asing berdiri di halaman rumahnya. Mereka tidak mengenakan seragam resmi, tetapi gestur mereka jelas menunjukkan sikap profesional—berdiri tegak, mata terus bergerak memantau sekitar, tangan menyentuh alat komunikasi di telinga."Loh, itu siapa? Kenapa ada beberapa orang yang tidak dikenal? Ada apa ini?" tanya Ilona heran.Egar, yang baru saja datang dari dapur sambil membawa dua cangkir kopi, berhenti sejenak. Ia menatap keluar melalui pintu kaca besar yang menghadap halaman depan. Wajahnya tenang, tapi ada kelelahan yang tak bisa disembunyikan."Itu tim pengamanan tambahan dari Jojo," jawabnya sambil menyerahkan kopi pada Ilona. "Tapi mereka tidak menginap seperti Dion dan Roy. Mereka seperti satpam, berjaga secara bergantian, sistem shift."Ilona tidak langsung menjawab. Ia m

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 147

    Bunyi dentuman keras beberapa menit yang lalu masih terngiang di telinga Egar. Suasana dalam mobil terasa hening dan tegang. Yumi yang tadi menangis sudah berhenti nangisnya, dia hanya terkejut, sementara Gana meringkuk di dalam pelukaj Ilona, sesekali merengek kecil. Ilona memeluk keduanya erat, seolah ketakutan itu masih mengejarnya.Mobil kini berhenti di pinggir jalan, tak jauh dari lokasi kejadian. Dion, salah satu pengawal pribadi yang ditugaskan oleh Anita —sedang berbicara serius dengan Roy di luar mobil."Saya akan keluar," ujar Egar akhirnya, merasa perlu ikut mengecek kondisi mobil dan situasi sekitar.Namun Dion segera menoleh dan berkata dengan tenang tapi tegas, “Tidak, biar Roy saja, Tuan. Tetap di dalam. Ini bisa jadi belum aman.”Egar mengernyit, tak biasa dikendalikan begitu, tapi dia tahu Dion dan Roy adalah orang-orang pilihan. Mereka bukan sekadar sopir atau pengawal biasa, mereka adalah bekas anggota pasukan khusus yang kini bekerja penuh untuk menjaga keluarga i

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 146

    Pagi itu terasa istimewa di rumah kecil milik Egar dan Ilona. Matahari baru saja muncul malu-malu di balik awan tipis, namun Yumi sudah duduk manis di meja makan, mengenakan seragam TK barunya yang berwarna biru muda. Rambutnya yang hitam tebal dikepang dua rapi oleh Ilona, dihiasi pita mungil yang membuatnya tampak seperti boneka hidup.Akhirnya, hari yang dinanti-nantikan itu tiba. Yumi akan mulai masuk sekolah hari ini. "Nanti, Yumi akan banyak teman, kan, Ma?" tanya Yumi sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulut mungilnya. Matanya berbinar penuh harap.Dia bangun paling pagi dan langsung mandi. Dia begitu bersemangat untuk memulai pengalaman barunya menjadi seorang siswi."Tentu, Sayang. Banyak sekali teman-teman yang menunggu Yumi," jawab Ilona sambil tersenyum lembut."Hore! Yumi bisa main sama teman!" seru Yumi sambil mengangkat kedua tangannya kegirangan.Egar tertawa kecil melihat tingkah anak gadisnya. "Iya, Nak. Yumi pasti cepat berteman, karena Yumi anak yang baik.""Iya,

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 145

    Angin sore itu berembus lembut dari jendela mobil yang sengaja dibuka, membawa aroma asin dari laut yang masih membekas di tubuh mereka. Ilona menyandarkan kepalanya pada sandaran jok, memejamkan mata sejenak, menikmati ketenangan setelah seharian bermain bersama keluarga. Tapi jauh di dalam hatinya, ada kegelisahan yang sulit diabaikan.Pikiran dalam kepalanya terasa saling bertabrakan. Begitu banyak hal yang melintas di kepalanya."Tapi, entah mengapa aku merasa akan ada sesuatu yang lebih besar akan terjadi," gumam Ilona, suaranya hampir tertelan angin.Suaranya sangat lirih dan lemah.Egar, yang duduk di sebelahnya meraih tangan Ilona dan menggenggamnya dengan lembut, melirik sekilas ke arah istrinya. Ia merasakan tekanan yang sama, kekhawatiran yang membayangi kebahagiaan singkat mereka hari ini. Dia juga tidak yakin semua akan berakhir di hari ini. Apalagi hingga saat ini keluarga Ilma belum ada yang menemui Ilona. Egar merasa masih ada bayang-bayang yang akan mengancam."Sebe

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 144

    Mobil melaju meninggalkan bandara, setelah hari ini, entah kapan mereka akan bertemu lagi. Semuanya tidak bisa di prediksi."Apakah Kezio pernah main tangan kepada Mamanya?" tanya Ilona pelan, tapi jelas pertanyaan itu tertuju kepada Dion dan Roy. Ternyata di dalam hatinya, dia mengkhawatirkan Anita. "Selama kami ikut Nyonya Anita, tidka pernah. Paling hanya berdebat seperti kemarin aja," jawab Dion."Syukurlah."Egar menayap Ilona lembut, sekarang dia paham apa yang mengganggu pikiran Ilona. Dia mengusap lembut punggung istrinya. "Bagaimana kalau kita ke gudang? Kamu belum pernah kan melihat gudang kita?" usulnya dengan suara hangat.Ilona menoleh, menatap wajah suaminya yang penuh perhatian. Sebuah tawaran sederhana, namun cukup untuk membuat dadanya terasa lebih ringan. Ia tahu, Egar ingin menghiburnya, mengajaknya menghirup udara segar jauh dari bayang-bayang kelam yang sempat menyelimutinya."Boleh," jawab Ilona sambil tersenyum kecil. "Iya, aku juga ingin sekali kesana. Tapi,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status