Share

BAB 76

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2025-03-24 08:01:54

Mobil bak terbuka melaju pelan di jalanan berdebu, membawa Ilona dan anak-anaknya menuju tempat yang akan menjadi rumah mereka selanjutnya. Angin sore yang mulai sejuk menyapu wajah mereka, membuat rambut Yumi sedikit berantakan. Gadis kecil itu menatap Ilona dengan mata bulat penuh kebingungan.

“Kita mau ke mana, Ma?” tanyanya polos, kedua tangannya memeluk boneka kelinci kesayangannya.

“Kita akan ke rumah kita yang baru, Nak,” jawab Ilona dengan suara lembut.

Yumi mengernyitkan kening. “Rumah baru?”

“Iya, sayang.” Ilona mengusap kepala putrinya, berusaha memberikan ketenangan meskipun hatinya sendiri dipenuhi dengan berbagai perasaan.

Di belakang mereka, Egar mengendarai motor

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 77

    Senja merayap perlahan di langit, meninggalkan semburat jingga yang menghiasi cakrawala. Di teras rumah yang sederhana itu, dua sosok itu kini berdiri berhadapan—Bu Sari, wanita tua dengan tubuh ringkih, dan Mila yang tampak sedang menatap ibunya dengan sinis.Padahal Ilona sudah pergi, tapi Mila masih saja belum terima begitu saja. Dia belum puas, apalagi melihat ibunya yang tampak begitu bersedih atas kepindahan Ilona dan keluarganya.“Iya, aku kan anak yang Ibu buang,” kata Mila ketus, tangannya terlipat di depan dada, matanya tajam menatap ibunya.“Saat aku pergi, ibu gak sedih berlebihan seperti ini. Tapi, saat orang yang baru ibu kenal ibu sangat sedih. Bahkan kabarnya ibu selalu ajak anaknya main, menganggap anaknya itu sebagai cucu sendiri. Tapi, beda dengan anakku,” sambung Mil

    Last Updated : 2025-03-25
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 78

    Sementara itu, di rumah kontrakan yang baru keluarga Ilona dan Egar…Ilona menatap sekeliling ruangan dengan napas yang sedikit tersengal. Rumah baru mereka masih penuh dengan kardus dan koper, sebagian besar belum dibongkar.Namun, hal pertama yang ia pikirkan adalah memastikan kamar mereka siap untuk malam ini. Setidaknya, ia ingin Yumi dan Gana bisa tidur dengan nyaman. Dia mengeluarkan pakaian Yumi dan Gana di tempat yang mudah dijangkau. Karena, anak-anak pastinya akan lebih sering berganti pakaian.“Sayang, biarkan saja dulu. Pelan-pelan saja, jangan terlalu capek. Kamu harus istirahat,” suara Egar terdengar lembut dari belakangnya.Ilona mengangguk sambil mengusap keringat di pelipisnya. “Iya, ini cuma bersih-bersih sedikit untuk kamar. Da

    Last Updated : 2025-03-25
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 79

    Kring! Kring!Suara telepon yang berdering keras membuat Ilona buru-buru menghentikan aktivitasnya di dapur. Ia baru saja selesai menggoreng telur untuk Yumi ketika melihat layar ponselnya. Nama Bu Nining tertera di sana, salah satu tetangganya di rumah kontrakan yang lama.Hatinya mendadak berdebar. Apa yang terjadi? Kenapa pagi-pagi begini Bu Nining menelepon? Dan itu tidak biasanya, kemarin juga bu Nining sempat membantu Ilona beres-beres barang sebelum pindah dadakan itu."Assalamualaikum, Bu Nining," sapa Ilona begitu menggeser ikon hijau di layar.Namun, suara panik langsung menyambutnya. "Ilona, Bu Sari masuk rumah sakit!"Ilona nyar

    Last Updated : 2025-03-26
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 80

    Ruangan perawatan Bu Sari terasa sunyi sesaat setelah Ilona muncul di depan pintu. Namun, ketegangan segera mencuat saat suara Mila yang nyaring memecah keheningan."Wah, anaknya sudah datang nih!" seru Mila dengan nada penuh sindiran.Ilona mengerutkan kening, dadanya bergetar menahan emosi yang sudah sejak tadi mendidih. Ia sudah mendengar cerita dari Egar tentang sikap Mila yang dingin terhadap kondisi ibunya. Namun, mendengarnya langsung seperti ini tetap saja membuat hatinya panas."Apa maksudmu, Mila?" tanyanya tajam.Mila menyilangkan tangan di dadanya, ekspresi di wajahnya menunjukkan ketidaksukaan yang jelas. "Ya jelas! Kau kan anaknya Ibu. Jadi seharusnya dari tadi pagi kau yang ada di sini, menjaganya!"Ilona mengg

    Last Updated : 2025-03-26
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 81

    Suasana di dalam ruangan perawatan Bu Sari masih dipenuhi keheningan setelah kepergian Mila. Wanita tua itu menatap kosong ke arah jendela, matanya redup seolah menahan sesuatu yang tak bisa diungkapkan."Dia pasti sudah pergi," gumamnya lirih.Namun, Ilona menggeleng. "Aku tidak yakin, Bu. Mila adalah anak Ibu. Semarah apa pun dia, pasti ada sedikit kekhawatiran dalam hatinya melihat kondisi Ibu."Bu Sari hanya terdiam. Dalam hatinya, ia berharap kata-kata Ilona benar. Namun, kenyataan selama ini membuatnya pesimis. Mila telah lama berubah, dan entah kenapa kebencian itu semakin membesar sejak kehadiran Ilona.Ilona menghela nafas panjang. "Aku akan menyusulnya, Bu."Bu Sari menoleh dengan raut cemas. "Biarkan saja."

    Last Updated : 2025-03-27
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 82

    Ilona bergegas masuk ke ruang perawatan, napasnya memburu. Kegelisahan mengguncang hatinya saat melihat perawat dan dokter bergerak cepat di sekitar ranjang Bu Sari."Apa yang terjadi, Pak?" tanyanya panik pada Pak RT yang berdiri di dekat pintu."Entahlah, tiba-tiba nafasnya sesak!" jawab Pak RT dengan wajah penuh kecemasan.Ilona merasa tubuhnya melemah. Ia ingin mendekat, ingin melihat keadaan Bu Sari lebih jelas, tetapi langkahnya terhenti ketika suara dingin Mila menyelusup ke telinganya."Kau tidak boleh masuk lagi!" kata Mila, matanya menatap tajam ke arah Ilona."Mila!" bentak Pak RT, tak percaya dengan sikap wanita itu.Namun, Mila hanya mengangkat bahu dan melangkah masu

    Last Updated : 2025-03-27
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 83

    Umur memang tidak bisa ditebak. Saat waktunya tiba, tak ada seorangpun yang mampu menghindar.Di kamar yang temaram, Ilona duduk di tepi tempat tidur sambil menggenggam erat sebuah cincin emas kecil di tangannya. Cincin itu adalah pemberian terakhir dari Bu Sari untuk Yumi—kenang-kenangan yang kini terasa begitu berat untuk disimpan.Air mata kembali mengalir di pipinya. “Sayang, nenek sudah meninggal,” bisiknya lirih kepada Yumi yang sedang terlelap. Ia tak ingin membangunkan putrinya, tetapi rasa sesak di dadanya tak bisa ia redam.Kesedihan yang melanda begitu mendalam. Ilona teringat bagaimana dulu ia kehilangan ibu angkat yang telah merawatnya sejak kecil. Rasa kehilangan itu seperti menghantamnya lagi, mengoyak luka lama yang belum sepenuhnya sembuh. Namun kini, setidaknya ia tidak sendirian.

    Last Updated : 2025-03-28
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 84

    Ilona duduk diam di samping jenazah Bu Sari. Wajah wanita tua itu tampak damai di bawah kain putih yang menutupinya. Ilona ingin mengingatnya seperti ini, wajah lembut penuh kasih yang selalu menyambutnya dengan senyum hangat.Ilona masih teringat saat kemarin di rumah sakit, bu Sari menggenggam tangannya erat. Mungkin itu adalah sebuah firasat dari beliau yang akan pergi untuk selama-lamanya.Di pangkuannya, Yumi menggeliat kecil, lalu mendongak dengan mata polosnya yang penuh rasa ingin tahu."Mama, nenek kenapa?" tanyanya lirih. Matanya terus menatap wajah bu Sari, mungkin dia heran, mengapa neneknya hanya diam dan memejamkan matanya, sedangkan banyak sekali orang yang mengelilinginya.Ilona menarik napas panjang, lalu mengusap lembut rambut anaknya. "Nenek sudah meni

    Last Updated : 2025-03-28

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 152

    Ilona berdiri di ambang pintu ruang tamu, tubuhnya tegang, matanya sembab. Pikirannya penuh dengan kemungkinan-kemungkinan yang membuat dadanya sesak. Semua terlalu mendadak, terlalu asing… dan terlalu menyakitkan.Seseorang dari masa lalu—dari awal mula kehidupannya—akan datang menemuinya. Seseorang yang katanya adalah ayah kandungnya sendiri. Seseorang yang tak pernah ada saat ia terluka, lapar, atau bahkan sekadar ingin digendong.Ia menoleh pada Egar yang sejak tadi menemaninya dalam diam."Suruh masuk saja, Mas," ucap Ilona akhirnya, suaranya pelan namun tegas.Egar hanya mengangguk. Ia melangkah keluar dan memberi isyarat pada Dion dan Roy untuk mengantarkan tamu yang telah ditunggu. Tak lama, seorang lelaki paruh baya memasuki ruang tamu itu. Wajahnya sederhana, pakaiannya pun jauh dari bayangan seorang CEO besar. Tidak ada jas mewah, tidak ada jam tangan mahal, hanya kemeja lengan panjang dan celana kain biasa. Tapi ada keteduhan yang aneh di wajahnya. Sesuatu yang sulit dijel

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 151

    Ruangan itu sunyi. Hanya terdengar detak jam dinding dan nafas mereka yang saling bersahutan dalam diam. Ilona masih terduduk di sofa, jemarinya saling meremas, wajahnya penuh tanya, dada sesak oleh pertarungan emosi yang tak ia mengerti."Jadi… aku harus menemuinya?" tanyanya pelan, nyaris seperti bisikan yang takut terdengar oleh kenyataan.Egar yang duduk di sampingnya tak langsung menjawab. Ia menggenggam tangan Ilona, mengusap punggungnya dengan lembut. Mata pria itu menatap dalam ke mata istrinya, mencoba mengirimkan ketenangan dalam badai yang tak ia bisa hentikan."Tidak harus," jawab Egar lirih. "Tapi… apa salah dia?"Ilona menoleh perlahan. Matanya merah, namun tidak penuh amarah—justru penuh kebingungan. "Karena dia… aku lahir ke dunia."Egar menatapnya, kali ini lebih serius. "Kamu menyesal terlahir?" tanyanya, pelan namun tajam.Ilona menggeleng cepat. "Aku tidak menyesal terlahir. Karena… aku bertemu denganmu. Karena aku lahir, ada anak-anak kita. Ada keluarga ini," jawa

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 150

    "Sayang..." panggil Egar saat melangkah masuk ke dalam rumah, suaranya rendah namun penuh beban. Suasana di ruang tamu terasa lebih hening dari biasanya, seolah rumah itu tahu bahwa sesuatu yang besar baru saja terjadi di depan gerbangnya.Ilona segera berdiri dari kursi dan mendekat. "Siapa, Mas?" tanyanya, nada khawatir menyusup di balik suaranya. Wajah Egar terlihat berkabut, seolah menyembunyikan badai yang belum sempat reda.Egar tak langsung menjawab. Ia menggenggam tangan Ilona dan mengajaknya duduk. "Kita duduk dulu. Aku nggak mau kamu kaget," katanya lembut, namun tetap terasa ada sesuatu yang berat dalam ucapannya.Ilona mengikuti, walau dadanya mulai tak tenang. Instingnya berkata ada yang tak biasa dari kedatangan tamu itu. Bukan hanya tentang orang asing yang tak menyebutkan tujuannya, tapi tentang bagaimana Egar memandangnya sekarang—ada luka, ada keraguan, dan ada perlindungan yang lebih tebal dari biasanya."Apa kamu mau menemuinya?" tanya Egar akhirnya, menatap mata i

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 149

    Hari itu, cuaca terasa lebih panas dari biasanya. Meski matahari hanya menggantung malu-malu di balik awan, udara di sekitar rumah Ilona dan Egar seperti dipenuhi ketegangan yang tak terlihat. Sejak keamanan rumah mereka diperketat, setiap suara, setiap gerakan, menjadi sesuatu yang mencurigakan. Begitu juga siang itu—suara keributan di depan rumah membuat Ilona dan Egar saling berpandangan."Siapa itu?" gumam Ilona, menegakkan tubuh dari sandarannya."Apakah Mama?" tanya Egar, meski ragu. "Tapi, Dion dan Roy kan kenal sama Mama. Nggak mungkin mereka sampai teriak-teriak begitu."Ilona menggeleng, menajamkan telinga. "Itu bukan suara Mama. Itu suara laki-laki."Egar berdiri, menyambar kaus yang tergantung di kursi. "Kamu di sini saja, Sayang. Aku akan lihat siapa itu."Ilona hendak membantah, tapi tatapannya langsung redup. Ia terlalu lelah untuk berdebat hari ini. Rumah yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman justru terasa seperti penjara, dan kini ditambah dengan kedatangan ta

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 148

    Pagi baru saja menyapa ketika Ilona menarik gorden jendela ruang keluarga dan menatap ke luar. Cahaya mentari yang hangat menyinari halaman, namun ada yang berbeda. Matanya menyipit ketika melihat empat sosok asing berdiri di halaman rumahnya. Mereka tidak mengenakan seragam resmi, tetapi gestur mereka jelas menunjukkan sikap profesional—berdiri tegak, mata terus bergerak memantau sekitar, tangan menyentuh alat komunikasi di telinga."Loh, itu siapa? Kenapa ada beberapa orang yang tidak dikenal? Ada apa ini?" tanya Ilona heran.Egar, yang baru saja datang dari dapur sambil membawa dua cangkir kopi, berhenti sejenak. Ia menatap keluar melalui pintu kaca besar yang menghadap halaman depan. Wajahnya tenang, tapi ada kelelahan yang tak bisa disembunyikan."Itu tim pengamanan tambahan dari Jojo," jawabnya sambil menyerahkan kopi pada Ilona. "Tapi mereka tidak menginap seperti Dion dan Roy. Mereka seperti satpam, berjaga secara bergantian, sistem shift."Ilona tidak langsung menjawab. Ia m

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 147

    Bunyi dentuman keras beberapa menit yang lalu masih terngiang di telinga Egar. Suasana dalam mobil terasa hening dan tegang. Yumi yang tadi menangis sudah berhenti nangisnya, dia hanya terkejut, sementara Gana meringkuk di dalam pelukaj Ilona, sesekali merengek kecil. Ilona memeluk keduanya erat, seolah ketakutan itu masih mengejarnya.Mobil kini berhenti di pinggir jalan, tak jauh dari lokasi kejadian. Dion, salah satu pengawal pribadi yang ditugaskan oleh Anita —sedang berbicara serius dengan Roy di luar mobil."Saya akan keluar," ujar Egar akhirnya, merasa perlu ikut mengecek kondisi mobil dan situasi sekitar.Namun Dion segera menoleh dan berkata dengan tenang tapi tegas, “Tidak, biar Roy saja, Tuan. Tetap di dalam. Ini bisa jadi belum aman.”Egar mengernyit, tak biasa dikendalikan begitu, tapi dia tahu Dion dan Roy adalah orang-orang pilihan. Mereka bukan sekadar sopir atau pengawal biasa, mereka adalah bekas anggota pasukan khusus yang kini bekerja penuh untuk menjaga keluarga i

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 146

    Pagi itu terasa istimewa di rumah kecil milik Egar dan Ilona. Matahari baru saja muncul malu-malu di balik awan tipis, namun Yumi sudah duduk manis di meja makan, mengenakan seragam TK barunya yang berwarna biru muda. Rambutnya yang hitam tebal dikepang dua rapi oleh Ilona, dihiasi pita mungil yang membuatnya tampak seperti boneka hidup.Akhirnya, hari yang dinanti-nantikan itu tiba. Yumi akan mulai masuk sekolah hari ini. "Nanti, Yumi akan banyak teman, kan, Ma?" tanya Yumi sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulut mungilnya. Matanya berbinar penuh harap.Dia bangun paling pagi dan langsung mandi. Dia begitu bersemangat untuk memulai pengalaman barunya menjadi seorang siswi."Tentu, Sayang. Banyak sekali teman-teman yang menunggu Yumi," jawab Ilona sambil tersenyum lembut."Hore! Yumi bisa main sama teman!" seru Yumi sambil mengangkat kedua tangannya kegirangan.Egar tertawa kecil melihat tingkah anak gadisnya. "Iya, Nak. Yumi pasti cepat berteman, karena Yumi anak yang baik.""Iya,

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 145

    Angin sore itu berembus lembut dari jendela mobil yang sengaja dibuka, membawa aroma asin dari laut yang masih membekas di tubuh mereka. Ilona menyandarkan kepalanya pada sandaran jok, memejamkan mata sejenak, menikmati ketenangan setelah seharian bermain bersama keluarga. Tapi jauh di dalam hatinya, ada kegelisahan yang sulit diabaikan.Pikiran dalam kepalanya terasa saling bertabrakan. Begitu banyak hal yang melintas di kepalanya."Tapi, entah mengapa aku merasa akan ada sesuatu yang lebih besar akan terjadi," gumam Ilona, suaranya hampir tertelan angin.Suaranya sangat lirih dan lemah.Egar, yang duduk di sebelahnya meraih tangan Ilona dan menggenggamnya dengan lembut, melirik sekilas ke arah istrinya. Ia merasakan tekanan yang sama, kekhawatiran yang membayangi kebahagiaan singkat mereka hari ini. Dia juga tidak yakin semua akan berakhir di hari ini. Apalagi hingga saat ini keluarga Ilma belum ada yang menemui Ilona. Egar merasa masih ada bayang-bayang yang akan mengancam."Sebe

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 144

    Mobil melaju meninggalkan bandara, setelah hari ini, entah kapan mereka akan bertemu lagi. Semuanya tidak bisa di prediksi."Apakah Kezio pernah main tangan kepada Mamanya?" tanya Ilona pelan, tapi jelas pertanyaan itu tertuju kepada Dion dan Roy. Ternyata di dalam hatinya, dia mengkhawatirkan Anita. "Selama kami ikut Nyonya Anita, tidka pernah. Paling hanya berdebat seperti kemarin aja," jawab Dion."Syukurlah."Egar menayap Ilona lembut, sekarang dia paham apa yang mengganggu pikiran Ilona. Dia mengusap lembut punggung istrinya. "Bagaimana kalau kita ke gudang? Kamu belum pernah kan melihat gudang kita?" usulnya dengan suara hangat.Ilona menoleh, menatap wajah suaminya yang penuh perhatian. Sebuah tawaran sederhana, namun cukup untuk membuat dadanya terasa lebih ringan. Ia tahu, Egar ingin menghiburnya, mengajaknya menghirup udara segar jauh dari bayang-bayang kelam yang sempat menyelimutinya."Boleh," jawab Ilona sambil tersenyum kecil. "Iya, aku juga ingin sekali kesana. Tapi,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status