"Pukul Mas?" Nathan mengulang perkataan dari Eliza. Ia berharap pendengarannya sudah bermasalah.Eliza menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Ya udah pukul aja." Dengan pasrah Nathan memberikan tangannya. Eliza memandang Nathan dengan air mata yang terus saja mengalir. Air mata ini ungkapan perasaannya. Antara haru, bahagia dan juga kesal karena merasa dikerjain. "Mas jahat, kenapa nggak kasih tahu Liza?" Eliza memukul dada Nathan sambil terus menangis. "Maaf." Nathan memegang tangan istrinya dan kemudian memeluknya Eliza merasakan jantungnya yang berdebar dengan cepat ketika Nathan memeluknya. Aroma wangi tubuh pria itu begitu sangat tercium di Indra penciumannya. Pelukan hangat sang suami mampu meredam tangis Eliza. "Seperti ini jika menikah dengan gadis yang belum cukup umur. Kita laki-laki harus sangat sabar." MC yang sejak tadi hanya mengamati akhirnya angkat bicara dan memberikan penilaiannya. MC berkata seperti ini karena tidak tahu permasalahannya. Namun jika tahu apa y
Pak penghulu menyelesaikan tugasnya setelah menghalalkan pasangan suami, istri tersebut. Pak Ibrahim memberikan sedikit education tentang pernikahan. Meskipun yang disampaikan adalah hal yang sederhana namun ini sangat penting dalam suatu pernikahan. Tidak sedikit pasangan suami istri yang bercerai hanya karena masalah sepele seperti ini."Setelah menikah, aib suami adalah aib istri, aib istri adalah aib suami. Dalam artian jika istrimu memiliki kekurangan maka simpan kekurangannya itu hanya untukmu. Jangan sampai ada seorangpun yang tahu. Begitupun dengan istri. Jika suamimu memiliki kekurangan maka cukup kamu saja yang mengetahuinya jangan kamu sebar luaskan kekurangan suamimu kepada siapapun termasuk sanak keluarga. Ibarat memakai kain sarung, tarik atas terbuka di bawah, tarik bawah akan terbuka di atas. Seperti itulah jika istri membuka aib suami, yang malu siapa? Istri itu sendiri. Begitu Pula sebaliknya. Pak penghulu menjelaskan secara panjang lebar. Eliza dan Athan mengan
"Sekarang Eliza sudah jadi menantu papi. Posisi mommy Noah tidak bisa digeser lagi." Hermawan berkata sambil mengusap kepala Eliza. Memberikan ibu yang baik untuk Noah adalah impian dari seorang kakek. Cukup satu kali cucunya ditelantarkan oleh ibu kandungnya sendiri dan Hermawan tidak ingin hal seperti ini terulang untuk yang kedua kalinya. Eliza tersenyum dan kemudian menganggukkan kepalanya. Sebagai istri yang baik, Eliza harus bisa bersikap baik di depan Mami serta Papi mertuanya. Namun setelah ini dia akan membuat perhitungan dengan Nathan. "Tapi kenapa nikahnya nggak kasih tahu Liza?" Eliza memandang Hermawan dengan bibir mengerucut ke depan. Hermawan sosok ayah yang sangat baik dan bijaksana, Eliza yakin bahwa pria itu tidak akan tega melihatnya diperlakukan seperti ini."Nathan larang papi kasih tahu." Hermawan berkata sambil memandang ke arah putranya. Nathan menelan air ludahnya berulang-ulang kali. Bagaimana mungkin Mami serta papinya begitu kejam terhadapnya. Jelas-je
"Sayang, kita ambil makan, mas lapar." Nathan berkata dengan sedikit berbisik di telinga Eliza. Ia harus segera menjauhkan istrinya dari orang-orang yang suka menghasut seperti Rizky dan Kiara."Iya, tapi tunggu sebentar." Eliza memandang Nathan dan kemudian tersenyum. "Kalian lanjut aja ya Mami sama Papi mau ke sana dulu. Di sini banyak teman-teman kami jadi kami sekalian mau reunian," kata Mawar. Karena berhubung sudah urusan anak muda, maka dia lebih memilih untuk bergabung dengan teman-temannya. "Iya mi," jawab Nathan dengan sedikit tersenyum. Jika Mawar dan Hermawan sudah pergi itu artinya penghasut sedikit berkurang.Eliza masih rindu dengan Kiara dan ingin berbicara sebentar. Lagi pula sangat tidak sopan meninggalkan tamu begitu. "Kak Kia, gimana kondisinya? Calon ponakan gak rewel kan?" Eliza bertanya sambil mengusap perut Kiara. Kiara tersenyum dan menggelengkan kepala. "Yang rewel, Daddy nya." "Daddy nya rewel?" Eliza memandang Rizky. "Ini bukan rewel, tapi sayang ist
"Kenapa belum masuk kamar?" Rizky berkata sambil memandang Nathan. Nathan diam tanpa menjawab. Gugup, sudah pasti, takut diomelin Eliza juga, iya. Namun bukan ini yang menjadi masalahnya. Bagaimana jika Eliza marah hingga malam pertama mereka gagal total. Sebagai duda yang cukup lama tidak tersentuh, dan sangat rindu sentuhan, tentunya hal ini akan sangat merugikan nya. Padahal Nathan sudah membayangkan gelora malam pertama dengan Eliza. Selama ini Nathan hanya bisa menelan air ludah ketika melihat bibir kecil Eliza yang basah dan maju beberapa senti. Setelah Eliza sah menjadi istri, mengapa harus ada drama yang buat pusing. Bukankah seharusnya Nathan bebas menikmati bibir yang sudah menjadi miliknya?Nathan benar-benar pusing memikirkan dirinya sendiri. Sebelum masuk ke dalam kamar, ia harus bisa membuat cerita agar tidak disalahkan. Cerita tidak mengandung kebencian, serta menarik simpati istrinya. Dalam cerita, Nathan harus bisa merubah sudut pandang Eliz, awalnya menyalahkan di
"Mas keluar! Liza belum pakai baju." Eliza bersembunyi di balik pintu lemari. Dia sangat malu jika Nathan melihatnya yang hanya memakai handuk saja. Nathan memandang ke arah Eliza dengan tersenyum. Pria itu berjalan gontai persis seperti orang yang sedang mabuk. "Mas lagi mau apa? Jangan dekat." Wajah Eliza memucat ketika Nathan berjalan mendekat ke arahnya. "Hai istri, kamu cantik sekali." Nathan berkata dengan tersenyum genit. "Apa Mas mabuk?" Eliza panik dan mencoba untuk lari. Namun sayang, Nathan sudah lebih dulu memeluknya dari belakang. "Mas rindu, sangat rindu." Nathan berbisik sambil memeluk Eliza. Eliza merasakan jantungnya yang berdebar dengan cepat. Meskipun tubuh Nathan tercium bau alkohol, namun aroma parfumnya tetap lebih dominan. Aroma yang begitu sangat disukai dan dirindukan Eliza. "Mas, Liza mau pakai baju dulu." Eliza benar-benar panik mendapatkan serangan mendadak seperti ini. Kenapa gak pakai acara saling malu-malu terlebih dahulu. "Gak usah pakai baju,
Eliza membuka matanya dan menatap mata Nathan yang sedang menatapnya. Tiba-tiba saja wajah Eliza memerah ketika mengingat Kejadian beberapa jam yang lalu. "I love you, sayang," kata Nathan dengan tersenyum. Jantung Eliza berdebar dengan cepat ketika menatap mata suaminya. Ternyata Nathan tetap tampan meskipun rambutnya sedang acak-acakan. "Kenapa tidak dijawab, sayang." Melihat wajah istrinya yang memerah karena malu membuat Nathan semakin senang dan juga gemas. Eliza sangat polos dan juga lugu. Hal inilah yang membuatnya semakin jatuh cinta."I love you too." Eliza tersenyum malu-malu. Ia tidak menyangka akan mengungkapkan perasaan yang selama ini dipendamnya. "Suara kamu seksi, apa lagi ketika menjerit." Dengan sengaja Nathan menggoda istrinya. "Mas, jangan mesum, Liza masih capek." Eliza panik ketika Nathan memandang tubuhnya yang di tutup rapat dengan selimut. Tenaga Nathan sungguh luar biasa, hingga Eliza kesulitan untuk mengimbanginya. Eliza belum makan malam, jika Nathan
Sikap tidak tahu malu Nathan sungguh membuat kesal. Mana pisang tanduk Nathan yang sudah tidak terkondisikan. Kalau seperti ini, Eliza bisa tidak makan lagi. "Ini sayang." Nathan tersenyum sambil memberikan pakaian untuk istrinya.Mata Eliza melotot melihat pakaian yang tak layak pakai tersebut. "Mas, ini baju apa?""Ini baju khusus untuk didalam kamar," jawab Natan dengan wajah tersenyum Eliza diam memandang senyum suaminya yang tidak wajar. Jika ia memakai baju yang seperti ini, bisa-bisa Nathan tidak akan melepaskannya. "Mas, Liza gak mau pakai ini." Dengan cepat Eliza menolak, bahkan tangannya mendorong tangan Natan. "Kenapa? Ini sangat bagus," kata Nathan dengan tersenyum mesum."Mas, Liza malu." "Tidak perlu malu, mas sudah melihat dengan sangat dekat. Bagian dalam, warnanya merah mudanya, sangat indah. Bu_" Nathan sudah tidak bisa berkata ketika Eliza menutup mulutnya. "Apakah harus mengatakan semua yang dilihat?" Batin Eliza."Gak usah ngomong lagi, Liza pakai." Eliza a
"Dia tidak marah sedikitpun meskipun aku sengaja menghindarinya. Melihat aku datang, dia langsung menunjukkan wajah bahagia. Dia meminta makan udang panggang besar di restoran favoritnya. Aku menurutnya. Aku menyuapi dia makan. Kami bercerita, tertawa, bercanda. Dia juga memberikan nasehat yang banyak untuk ku. Aku sangat pelupa, karena itu aku merekam semua perkataannya. Aku sudah berkata bahwa dia sudah sehat. Bahkan udang yang aku berikan dimakan hingga habis."Pria itu menangis hingga tubuhnya bergetar hebat. Momen terakhir bersama dengan istrinya tidak akan pernah ia lupakan."Kau harus kuat demi anak-anak mu." Nathan tidak sanggup menahan air matanya. Dengan cepat ia menghapus air mata yang sudah lebih dulu mengalir.Apa yang dikatakan Albert, terdengar jelas di telinga Eliza. Ia bahkan ikut menangis mendengar pria itu menceritakan seperti apa sosok istrinya.Eliza memandang kedalam peti mati. Dilihatnya sosok wanita cantik yang sudah di makeup dan memakai rambut palsu panjang
Eliza masih terdiam. Tatapan matanya masih tertuju ke arah Sherly. Sudah tahu istri Albert baru saja meninggal dunia, dengan bodohnya wanita itu menunjukkan didepan umum, bahwa dia selingkuhan Albert. Bukankah ini sungguh lucu?Eliza ingin tertawa ngakak melihat kebodohan Sherly. Bisa dibayangkan seperti apa malunya diperlakukan seperti ini depan umum. Namun ia juga kasihan melihat ekspresi wajah wanita saat ini. Walau bagaimanapun Sherly ibu kandung Noah. "Sweet heart." Nathan memanggil suaminya istrinya yang masih terus memandang Sherly. Nathan kemudian menarik tangan istrinya agar tidak hanya diam di sana. Eliza menoleh ke arah Nathan sambil mengikuti langkah kaki suaminya. "Kasihan ya." "Gak ada malunya," kata Nathan tanpa ekspresi. Kelakuan Sherly yang tidak tahu malu membuat ia merasa jijik. Nathan tidak mengira bahwa wanita yang dulunya angkuh, sombong, bermartabat dan terhormat, sekarang tak ubahnya seperti wanita murahan. Ketika menceraikan wanita itu, ia sudah memberik
Sherly sampai di kediaman Albert. Berhubung hari ini kematian nyonya rumah. Orang-orang bebas ngelayat di masion Albert. Para bodyguard yang berjaga hanya memeriksa setiap orang yang akan masuk kedalam rumah. Mereka hanya memastikan bahwa bahwa pelayat tidak ada yang membawa benda tajam ataupun senjata api. Hal ini yang membuat Sherly bisa masuk dengan mudah. Rasa percaya diri yang terlalu tinggi membuat wanita itu langsung berlari mengejar Albert. Tanpa rasa malu ia langsung memeluk pria itu dari belakang."Sayang, maaf aku baru datang." Sherly berkata sambil menahan suara Isak tangisnya.Sebagai artis profesional, menangis bukanlah hal yang sulit baginya. Bahkan Apa yang dilakukannya tampak begitu sangat natural. Tatapan mata anak-anak Albert langsung mengarah ke arah wanita yang dengan berani memeluk Daddy mereka. Wajah Albert merah padam begitu juga dengan matanya. Mata yang sejak tadi terus meneteskan air, kini seperti mata setan yang berwarna merah pekat. "Apa yang kau lakuk
Suara tertawa seorang wanita menggemah di dalam kamar. Wajah wanita itu tampak sangat bahagia. Bukan hanya sekedar tertawa saja, wanita itu sampai guling-guling di atas tempat tidur dan kemudian lompat-lompat kegirangan. Berita yang didengarnya sungguh sangat membuat ia bahagia."Hahaha, akhirnya aku bisa menjadi Nyonya Albert. Kuasai harta kemudian bunuh!" Seburuk apa Albert memperlakukannya selama ini, kembali terbayang di pelupuk matanya. Wanita itu sangat marah hingga wajahnya merah padam. Harga diri yang dulu sangat tinggi, sudah diinjak-injak oleh Albert. Hal ini yang membuat Sherly sangat marah dan benci. Bahkan pria itu sudah memasung kaki dan tangannya hingga tidak bisa pergi.Kematian Anna, merupakan keberuntungan untuknya. Padahal ia sudah pasrah di jadikan gundik selama oleh Albert. Gundik atau lebih sering di kenal dengan istilah istri siri, istri simpanan atau selir. Ternyata posisi ini lebih bermartabat dari pada posisinya. Karena, pada kenyataannya pria itu hanya menj
"Dokter tolong selamatkan istriku. Dokter tolong selamatkan istriku." Albert berteriak sambil menekan tombol yang ada di samping tempat tidur istrinya. Namun pria itu tampaknya tidak puas dia kemudian berlari keluar dari kamar dan berteriak memanggil dokter. Dari arah sebelah kiri beberapa orang dokter langsung berlari menuju ke ruang ICU tempat Anna dirawat "Ada apa?" tanda dokter tersebut."Dokter, Kenapa mulut istriku mengeluarkan darah yang sangat banyak." Albert berkata dengan kaki dan tangan gemetar.Dokter itu langsung masuk ke dalam ruang perawatan dilihatnya darah yang terus saja keluar dari mulut pasiennya. Albert tidak ingin lagi menunggu di luar dia juga ikut masuk ke dalam. Air mata yang tadi sudah sempat berhenti. Kini kembali menetes. Dokter itu memberikan suntik, hingga darah berhenti keluar dari mulut Anna. "Honny, kamu baik-baik saja?" Albert bertanya sambil memegang tangan istrinya. Wanita itu sudah tidak menjawab. Ia hanya diam ketika dokter kembali memasang
"Ya aku tahu, aku bisa mengatasinya. Kamu tenang saja. Tapi bagaimana caranya kamu bisa tahu tentang dia?""Tubuhku yang sakit, tapi otakku masih tetap berjalan dan juga bekerja. Apa kamu tahu aku ini istri dari Albert Aliando. Aku memiliki uang yang banyak. Tidak sulit bagiku Untuk mencari informasi. Termasuk wanita yang dekat denganmu." Anna menjawab pertanyaan suaminya dengan sangat jujur. "Ternyata kamu masih terus saja mencemaskanku." Bukannya marah, Albert justru senang ketika mengetahui Anna masih sangat peduli terhadapnya. "Aku sangat mencinta mu, kamu adalah cinta terakhirku. Aku ingin yang terbaik untukmu." Anna berkata dengan tulus. "Terimakasih honey," kata Albert."Perusahaan yang saat ini kamu pimpin, merupakan hasil kerja keras kita berdua. Kita mendirikannya dari mulai bisnis kecil hingga sampai memiliki perusahaan yang besar. Hanya saja setelah kita memiliki anak, kamu memintaku untuk fokus menjaga anak-anak. Sehingga aku tidak aktif lagi di perusahaan." Wanita i
Albert merasa sangat senang ketika melihat wajah Anna hari ini. Wajah istrinya tidak pucat seperti biasanya. Bahkan wanita itu bernapas tanpa mengunakan alat pernapasan."Honey, bisakah kamu ambilkan rambut palsuku di sana?" Wanita itu tersenyum sambil menunjuk ke arah nakas. "Tentu bisa baby." Nathan mengambilkan rambut palsu milik istrinya. "Mengapa ingin memakai rambut palsu?" Albert memasangkan rambut itu di kepala sang istri. Wanita itu tersenyum sambil merapikan rambut yang sudah dipasangkan oleh suaminya. "Aku ingin terlihat cantik. ""Di mataku kau yang paling cantik." Albert berkata sambil menatap wajah istrinya. "Albert, kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Kamu adalah cinta pertama dan terakhir ku. Apa kamu ingin kapan kita berjumpa?" Albert tersenyum dan mencium punggung tangan istrinya. Kenangan ketika pertama melihat Anna kini kembali melintas dalam pandangannya. Penilaian pertama ketika melihat istrinya itu sudah pasti cantik. Selain cantik, Anna sosok gadis pol
Wajah wanita cantik itu tampak cemberut sambil memandang suaminya. Berbeda dengan Nathan. Pria itu memandang Eliza dengan penuh kemenangan."Kenapa liatin seperti itu?" Nathan berkata tanpa rasa bersalah."Liza sudah bilang kalau Liza mau tidur." Eliza berkata dengan wajah kesal. Keputusan Eliza untuk tidur di dalam kamar ternyata salah. Karena nyatanya dia tidak tidur sama sekali setelah makan siang. Hal ini disebabkan suaminya yang selalu saja mengganggunya. Pada akhirnya Nathan baru berhenti menganggu setelah mereka menuntaskan kewajiban suami istri."Iya Hubby tahu, sini tidur biar dipeluk," kata Nathan dengan tersenyum."Nggak mau." Dengan cepat Eliza menolak. "Loh kenapa tidak mau, bukannya kamu senang dipeluk?" Tanya Nathan."Tangan hubby nggak bisa dipercaya." Dengan waspada Eliza menutup bagian dada dan juga aset bawahnya. Setelah itu ia menarik selimut dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Setelah olahraga ranjang, dijamin tidur semakin enak." Nathan berkata sambil menga
Rizky bangun dan melihat jam yang menempel di dinding. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Kondisi kamar juga dalam keadaan kosong. Setelah tidur cukup lama tubuh pria itu terasa lebih segar. Ia menjangkau handphone yang ada di nakas. Yang pertama kali diperiksanya adalah panggilan telepon. Dilihatnya panggilan masuk dari dokter Teddy. Dengan cepat pria itu langsung menghubungi temannya tersebut. "Halo Dokter Rizky," sahut dokter Teddy dari seberang sana. "Ya Dokter Teddy, apa tadi kamu menghubungiku?""Yang menghubungi anda adalah nyonya Rini."DegJantung Rizki berdetak ketika mendengar jawaban dari sang dokter. Jika Rini yang menghubungi itu artinya Kiara mengetahui apa yang terjadi terhadap adiknya. "Yang menerima telepon istri, anda. Ibu Rini langsung berbicara dengan istri anda.""Apa yang dikatakan Kiara dengan mama mertua saya?" Tanya Rizky.Rizky menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Ia harus bisa tenang menghadapi masalah