Eliza berdiri di depan pintu kamar yang sudah terbuka lebar. Meskipun yakin dengan apa yang didengarnya, namun tetap saja Eliza takut untuk melangkah masuk ke dalam kamar. Ini bukan kamar untuk pengasuh bayi. Kamar ini milik tuan rumah atau tamu. Mana mungkin Eliza diberi kamar yang begitu sangat besar dan juga mewah. Pada akhirnya Eliza membatalkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar."Eliza, ada apa?" Tanya Mawar."Bu, kamar saya di mana? Maaf saya salah kamar." Eliza menutup kembali pintu kamar dan memandang Mawar yang berdiri di belakangnya."Kamu tidak salah Kamar, ini memang kamar kamu." Mawar tersenyum dan kemudian pergi."Bu, tunggu." Langkah kaki Mawar terhenti ketika mendengar Eliza memanggilnya. "Ada apa Eliza?""Kamar ini sangat mewah sekali bu. Saya tidak bisa tidur di sini. Saya tidurnya di kamar yang biasa saja." Eliza mengungkapkan unek-unek di hatinya.Sikap Mawar yang begitu sangat baik membuat Eliza merasa tidak enak hati. Padahal pekerjaannya hanyalah seorang pe
"Mirna ada apa?" Wati bertanya ketika melihat Mirna yang keluar kamar dengan marah."Mas Sandy, ma," kata Mirna sambil menunjuk Sandy yang berada di belakangnya dengan mata melotot. Mirna memiliki mata yang besar, jika marah dengan mata melotot terlihat sangat menyeramkan.Sandy diam sambil menelan air ludahnya. Melihat mata istrinya yang melotot seperti akan keluar, sungguh membuat merinding."Sandy, apa yang kamu lakukan terhadap Mirna?" Wati memandang ke arah Sandy. "Mas Sandy memberikan uang ku untuk wanita laknat itu ma." Mirna langsung menjawab sebelum Sandy menjelaskan."Uang kamu diberikan untuk Eliza? apa maksudnya?" Wajah Wati memerah ketika mendengar pengaduan dari Mirna."Semalam kami ke rumah mas Sandy untuk mengambil baju-baju mas Sandy. Saat itu Eliza memanfaatkan situasi untuk merayu mas Sandy dan meminta uang. Perempuan itu sungguh tidak tahu malu." Mirna berkata dengan suara keras. Emosinya meledak-ledak ketika mengetahui Sandy memberi uang untuk istri pertamanya
Sandy merasakan jantungnya berdebar cepat. Kakinya lemas ketika turun dari mobil. Tidak bisa terbayangkan olehnya seperti apa raut wajah kecewa Eliza ketika uang yang sudah diberikan, diambil kembali. Padahal nominal uang yang dia berikan tidaklah besar. Gajinya perbulan 10 juta, hanya dua juta yang diberikan untuk Eliza, namun memang mereka semuanya ribu.Sikap ibu, kedua saudara perempuan serta istrinya yang seperti ini membuat harga dirinya diinjak-injak sebagai laki-laki. "Mah, aku mohon jangan diambil uang itu. Hanya itu uang pegangan untuk Eliza." Sandy berkata sambil memegang tangan wanita yang telah melahirkannya. "Dia akan tinggal di rumah mama. Jadi kamu tidak perlu memikirkan masalah makannya. Semuanya nanti mama yang akan kasih." Wati menepuk dada.Kehadiran Eliza sudah pasti akan merusak kebahagiaan menantu kesayangan dan putra bungsunya. Karena itu Wati harus segera bertindak."Ma, tolong pikir sedikit harga diri aku." Sandy berkata dengan memohon. Bahkan tubuhnya ber
Eliza terbangun ketika hari sudah sore. Tidur di kamar yang begitu sangat mewah seperti ini ditambah lagi suhu di kamar yang dingin karena berasal dari pendingin ruangan membuat tidurnya semakin nyenyak. Eliza baru menyadari bahwa dia tidur dengan selimut tebal. Padahal sebelumnya dia tidak memakai selimut. Lalu siapa yang memberinya selimut? "Nona sudah bangun? " Terdengar suara seorang wanita menyapa. Eliza menoleh ke sebelah kanan dan melihat seorang wanita paruh baya yang memakai seragam pelayan. Hanya saja warna seragamnya berbeda dari yang lainnya. "Iya Bu," jawab Eliza tersenyum sungkan."Panggil saja saya bibi Eli. "Wanita itu tersenyum. "Ya bi," jawab Eliza sambil memandang ke arah wanita tersebut. Wanita itu sedang sibuk menyusun pakaian di dalam lemari. Eliza berangsur duduk dan memandang jam yang tertempel di dinding. Matanya melotot dan juga terkejut ketika mengetahui saat ini sudah jam 03.00 sore. "Bibi Eli, apa sekarang sudah sore?" Eliza mengusap wajahnya dengan
Eliza memandang dress berwarna maroon itu dan kemudian dengan ragu mengambilnya. "Bibi ini bajunya sangat bagus." Eliza memegang bahan baju yang terasa lembut. Ia terkejut ketika melihat Lebel harga dari baju tersebut."Iya nona, tidak apa-apa ini semuanya memang dipakai untuk setiap hari. Baju ini sangat banyak jadi nona bisa menggantinya setiap hari." Dengan ragu Eliza memakai pakaian di kamar mandi. Setelah memakai baju Eliza pun keluar. Kulitnya yang putih bersih tampak begitu sangat cantik memakai dress berwarna maroon. Eliza juga terlihat seperti gadis ABG karena memang usianya masih sangat muda. "Nona Eliza cantik sekali. Nona lebih cocok menjadi mahasiswa atau siswa SMA." Si bibi memandang Eliza sambil tersenyum."Sayangnya saya nggak sampai kuliah bi, cuma lulusan SMA," kata Eliza dengan tersenyum singkat. Pakai ini non." Bibi Eli memberikan bando berwarna maroon.Eliza memandang bando bermotif bunga tersebut."Nona terlihat seperti gadis remaja jika pakai bando ini. Seb
Baru melihat menu yang terhidang saja sudah membuat air liur Eliza seakan menetes. "Silakan duduk nona." Bibi Eli menggesekkan kursi untuk Eliza."Terima kasih bi," jawab Eliza tersenyum canggung. Jujur saja Eliza tidak nyaman di perlakukan seperti nona muda rumah ini. "Bi, kenapa menunya banyak sekali?" Eliza berkata sambil memasukkan nasi kedalam piring."Nyonya besar belum tahu menu yang menjadi favorit nona Eliza, karena itu beliau meminta bagian dapur menyiapkan menu ini. Jadi nona bisa memilih mana yang nona sukai. "Lagi-lagi Eliza tercengang ketika mendengar penuturan dari bibi Eli. Bagaimana mungkin semua menu ini disiapkan karena tidak mengetahui apa yang dia sukai. "Saya suka semua." Eliza tersenyum.Selama menikah dengan Sandi, Eliza tidak pernah diajak makan di restoran. Dan biasanya dia selalu masak menu sederhana guna menghemat anggaran belanja yang diberikan oleh Sandy."Bibi Eli apa mau menemani saya makan?" tanya Eliza. Makan dilihatin seperti ini tentunya membuat
Eliza masuk kedalam kamar bayi Noah. Dia melihat ke sekeliling ruangan untuk mencari kamera pengawas. Namun tidak dilihatnya kamera pengawas di kamar ini. Walaupun tidak melihat kamera pengawas, Eliza tetap terlihat waspada.Rasanya tidak mungkin tuan rumah tidak memakai kamera pengawas di kamar bayi.Ia mengambil kain milik Noah dan menutupi bagian dadanya setelah itu barulah menyusukn bayi tampan tersebut."Ternyata anak ibu haus banget ya." Eliza tersenyum sambil mencium rambut berwarna kecoklatan milik bayi tersebut. Bayi Noah hanya memandang wajah Eliza sambil terus menghisap sumber makanannya. "Anak Ibu tadi ngapain aja?" Walaupun tahu bahwa Noah belum pandai berbicara namun Eliza tetap mengajaknya bercerita. "Oh jadi tadi kerjanya bobo, terus mimik, main juga. Oh pintarnya anak Ibu, sudah pandai main." Eliza mengartikan sendiri tatapan mata Noah. Noah yang sedang menghisap susunya pun tersenyum kecil. "Habis mimik, mandi ya nak, sudah sore loh." Eliza mengusap pipi Noah d
"Nona Eliza, nona diminta tuan Nathan untuk ke ruangan kerjanya." Bibi Eli berkata ketika Eliza sudah menidurkan bayi Noah."Ruang kerja bi? "Eliza memandang wanita paruh baya tersebut. "Ya nona , mari diantar." Wanita paruh baya itu mempersilahkan Eliza dengan sangat sopan. "Noah gimana bi?" Eliza memandang bayi Noah yang sedang tertidur. Dia takut jika pergi bayi tampan itu akan terbangun."Tuan kecil akan dijaga oleh baby sister nya," jawab Bibi Eli "Oh kalau begitu baiklah." Eliza kemudian keluar dari kamar Noah dengan sangat berhati-hati. Eliza pergi ke lantai 3 dengan memakai lift. Dia baru mengetahui ternyata ruang kerja Nathan ada di lantai 3. Melihat rumah yang begitu sangat besar seperti ini membuat mulut Eliza gatal untuk bertanya mengenai ruangan di lantai 3. Namun rasanya tidak sopan, karena itu ia memilih untuk tidak bertanya.Eliza berdiri di depan ruangan milik Nathan. Ruangan itu pas berada di depan pintu lift. Terkadang Eliza heran melihat orang kaya, mengapa s
"Dia tidak marah sedikitpun meskipun aku sengaja menghindarinya. Melihat aku datang, dia langsung menunjukkan wajah bahagia. Dia meminta makan udang panggang besar di restoran favoritnya. Aku menurutnya. Aku menyuapi dia makan. Kami bercerita, tertawa, bercanda. Dia juga memberikan nasehat yang banyak untuk ku. Aku sangat pelupa, karena itu aku merekam semua perkataannya. Aku sudah berkata bahwa dia sudah sehat. Bahkan udang yang aku berikan dimakan hingga habis."Pria itu menangis hingga tubuhnya bergetar hebat. Momen terakhir bersama dengan istrinya tidak akan pernah ia lupakan."Kau harus kuat demi anak-anak mu." Nathan tidak sanggup menahan air matanya. Dengan cepat ia menghapus air mata yang sudah lebih dulu mengalir.Apa yang dikatakan Albert, terdengar jelas di telinga Eliza. Ia bahkan ikut menangis mendengar pria itu menceritakan seperti apa sosok istrinya.Eliza memandang kedalam peti mati. Dilihatnya sosok wanita cantik yang sudah di makeup dan memakai rambut palsu panjang
Eliza masih terdiam. Tatapan matanya masih tertuju ke arah Sherly. Sudah tahu istri Albert baru saja meninggal dunia, dengan bodohnya wanita itu menunjukkan didepan umum, bahwa dia selingkuhan Albert. Bukankah ini sungguh lucu?Eliza ingin tertawa ngakak melihat kebodohan Sherly. Bisa dibayangkan seperti apa malunya diperlakukan seperti ini depan umum. Namun ia juga kasihan melihat ekspresi wajah wanita saat ini. Walau bagaimanapun Sherly ibu kandung Noah. "Sweet heart." Nathan memanggil suaminya istrinya yang masih terus memandang Sherly. Nathan kemudian menarik tangan istrinya agar tidak hanya diam di sana. Eliza menoleh ke arah Nathan sambil mengikuti langkah kaki suaminya. "Kasihan ya." "Gak ada malunya," kata Nathan tanpa ekspresi. Kelakuan Sherly yang tidak tahu malu membuat ia merasa jijik. Nathan tidak mengira bahwa wanita yang dulunya angkuh, sombong, bermartabat dan terhormat, sekarang tak ubahnya seperti wanita murahan. Ketika menceraikan wanita itu, ia sudah memberik
Sherly sampai di kediaman Albert. Berhubung hari ini kematian nyonya rumah. Orang-orang bebas ngelayat di masion Albert. Para bodyguard yang berjaga hanya memeriksa setiap orang yang akan masuk kedalam rumah. Mereka hanya memastikan bahwa bahwa pelayat tidak ada yang membawa benda tajam ataupun senjata api. Hal ini yang membuat Sherly bisa masuk dengan mudah. Rasa percaya diri yang terlalu tinggi membuat wanita itu langsung berlari mengejar Albert. Tanpa rasa malu ia langsung memeluk pria itu dari belakang."Sayang, maaf aku baru datang." Sherly berkata sambil menahan suara Isak tangisnya.Sebagai artis profesional, menangis bukanlah hal yang sulit baginya. Bahkan Apa yang dilakukannya tampak begitu sangat natural. Tatapan mata anak-anak Albert langsung mengarah ke arah wanita yang dengan berani memeluk Daddy mereka. Wajah Albert merah padam begitu juga dengan matanya. Mata yang sejak tadi terus meneteskan air, kini seperti mata setan yang berwarna merah pekat. "Apa yang kau lakuk
Suara tertawa seorang wanita menggemah di dalam kamar. Wajah wanita itu tampak sangat bahagia. Bukan hanya sekedar tertawa saja, wanita itu sampai guling-guling di atas tempat tidur dan kemudian lompat-lompat kegirangan. Berita yang didengarnya sungguh sangat membuat ia bahagia."Hahaha, akhirnya aku bisa menjadi Nyonya Albert. Kuasai harta kemudian bunuh!" Seburuk apa Albert memperlakukannya selama ini, kembali terbayang di pelupuk matanya. Wanita itu sangat marah hingga wajahnya merah padam. Harga diri yang dulu sangat tinggi, sudah diinjak-injak oleh Albert. Hal ini yang membuat Sherly sangat marah dan benci. Bahkan pria itu sudah memasung kaki dan tangannya hingga tidak bisa pergi.Kematian Anna, merupakan keberuntungan untuknya. Padahal ia sudah pasrah di jadikan gundik selama oleh Albert. Gundik atau lebih sering di kenal dengan istilah istri siri, istri simpanan atau selir. Ternyata posisi ini lebih bermartabat dari pada posisinya. Karena, pada kenyataannya pria itu hanya menj
"Dokter tolong selamatkan istriku. Dokter tolong selamatkan istriku." Albert berteriak sambil menekan tombol yang ada di samping tempat tidur istrinya. Namun pria itu tampaknya tidak puas dia kemudian berlari keluar dari kamar dan berteriak memanggil dokter. Dari arah sebelah kiri beberapa orang dokter langsung berlari menuju ke ruang ICU tempat Anna dirawat "Ada apa?" tanda dokter tersebut."Dokter, Kenapa mulut istriku mengeluarkan darah yang sangat banyak." Albert berkata dengan kaki dan tangan gemetar.Dokter itu langsung masuk ke dalam ruang perawatan dilihatnya darah yang terus saja keluar dari mulut pasiennya. Albert tidak ingin lagi menunggu di luar dia juga ikut masuk ke dalam. Air mata yang tadi sudah sempat berhenti. Kini kembali menetes. Dokter itu memberikan suntik, hingga darah berhenti keluar dari mulut Anna. "Honny, kamu baik-baik saja?" Albert bertanya sambil memegang tangan istrinya. Wanita itu sudah tidak menjawab. Ia hanya diam ketika dokter kembali memasang
"Ya aku tahu, aku bisa mengatasinya. Kamu tenang saja. Tapi bagaimana caranya kamu bisa tahu tentang dia?""Tubuhku yang sakit, tapi otakku masih tetap berjalan dan juga bekerja. Apa kamu tahu aku ini istri dari Albert Aliando. Aku memiliki uang yang banyak. Tidak sulit bagiku Untuk mencari informasi. Termasuk wanita yang dekat denganmu." Anna menjawab pertanyaan suaminya dengan sangat jujur. "Ternyata kamu masih terus saja mencemaskanku." Bukannya marah, Albert justru senang ketika mengetahui Anna masih sangat peduli terhadapnya. "Aku sangat mencinta mu, kamu adalah cinta terakhirku. Aku ingin yang terbaik untukmu." Anna berkata dengan tulus. "Terimakasih honey," kata Albert."Perusahaan yang saat ini kamu pimpin, merupakan hasil kerja keras kita berdua. Kita mendirikannya dari mulai bisnis kecil hingga sampai memiliki perusahaan yang besar. Hanya saja setelah kita memiliki anak, kamu memintaku untuk fokus menjaga anak-anak. Sehingga aku tidak aktif lagi di perusahaan." Wanita i
Albert merasa sangat senang ketika melihat wajah Anna hari ini. Wajah istrinya tidak pucat seperti biasanya. Bahkan wanita itu bernapas tanpa mengunakan alat pernapasan."Honey, bisakah kamu ambilkan rambut palsuku di sana?" Wanita itu tersenyum sambil menunjuk ke arah nakas. "Tentu bisa baby." Nathan mengambilkan rambut palsu milik istrinya. "Mengapa ingin memakai rambut palsu?" Albert memasangkan rambut itu di kepala sang istri. Wanita itu tersenyum sambil merapikan rambut yang sudah dipasangkan oleh suaminya. "Aku ingin terlihat cantik. ""Di mataku kau yang paling cantik." Albert berkata sambil menatap wajah istrinya. "Albert, kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Kamu adalah cinta pertama dan terakhir ku. Apa kamu ingin kapan kita berjumpa?" Albert tersenyum dan mencium punggung tangan istrinya. Kenangan ketika pertama melihat Anna kini kembali melintas dalam pandangannya. Penilaian pertama ketika melihat istrinya itu sudah pasti cantik. Selain cantik, Anna sosok gadis pol
Wajah wanita cantik itu tampak cemberut sambil memandang suaminya. Berbeda dengan Nathan. Pria itu memandang Eliza dengan penuh kemenangan."Kenapa liatin seperti itu?" Nathan berkata tanpa rasa bersalah."Liza sudah bilang kalau Liza mau tidur." Eliza berkata dengan wajah kesal. Keputusan Eliza untuk tidur di dalam kamar ternyata salah. Karena nyatanya dia tidak tidur sama sekali setelah makan siang. Hal ini disebabkan suaminya yang selalu saja mengganggunya. Pada akhirnya Nathan baru berhenti menganggu setelah mereka menuntaskan kewajiban suami istri."Iya Hubby tahu, sini tidur biar dipeluk," kata Nathan dengan tersenyum."Nggak mau." Dengan cepat Eliza menolak. "Loh kenapa tidak mau, bukannya kamu senang dipeluk?" Tanya Nathan."Tangan hubby nggak bisa dipercaya." Dengan waspada Eliza menutup bagian dada dan juga aset bawahnya. Setelah itu ia menarik selimut dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Setelah olahraga ranjang, dijamin tidur semakin enak." Nathan berkata sambil menga
Rizky bangun dan melihat jam yang menempel di dinding. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Kondisi kamar juga dalam keadaan kosong. Setelah tidur cukup lama tubuh pria itu terasa lebih segar. Ia menjangkau handphone yang ada di nakas. Yang pertama kali diperiksanya adalah panggilan telepon. Dilihatnya panggilan masuk dari dokter Teddy. Dengan cepat pria itu langsung menghubungi temannya tersebut. "Halo Dokter Rizky," sahut dokter Teddy dari seberang sana. "Ya Dokter Teddy, apa tadi kamu menghubungiku?""Yang menghubungi anda adalah nyonya Rini."DegJantung Rizki berdetak ketika mendengar jawaban dari sang dokter. Jika Rini yang menghubungi itu artinya Kiara mengetahui apa yang terjadi terhadap adiknya. "Yang menerima telepon istri, anda. Ibu Rini langsung berbicara dengan istri anda.""Apa yang dikatakan Kiara dengan mama mertua saya?" Tanya Rizky.Rizky menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Ia harus bisa tenang menghadapi masalah