Share

Bab 59

Author: Cancer Girl
last update Last Updated: 2025-05-20 18:28:44

Satu bulan berlalu, hari itu Helen menerima gaji. Dan hari itu juga Helen dibuat kesal oleh Gudel. Karyawan lain menerima gaji dengan gampang, sedangkan Helen harus ke ruangan Gudel terlebih dahulu untuk mengambil gajinya.

"Maunya apa sih itu orang, benar-benar bikin naik darah," gerutu Helen.

Dia pun berjalan ke arah ruangan Gudel dan mengetuk pintu.

"Masuk." Terdengar suara dari dalam.

Helen pun membuka pintu yang tidak dikunci. Dan melangkah masuk. Gudel tersenyum penuh kemenangan.

"Duduklah." Gudel mempersilahkan Helen untuk duduk.

"Maaf, Pak, perut saya mendadak sakit, bisakah Bapak langsung kasih uang gaji saya, setelah ini saya ingin berobat." Helen pun terpaksa beralasan.

"Kamu sakit?" Gudel mengerutkan keningnya. Dan hanya dijawab dengan anggukan kepala Helen.

"Sial, nggak seru juga mengerjai orang sakit," gerutu Gudel dalam hati.

Dengan terpaksa, Gudel langsung menyerahkan amplop berwarna coklat kepada Helen.

Helen pun langsung melangkah keluar setelah mengucapkan terimakasi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 63

    Malam itu udara terasa sejuk, angin malam bertiup lembut melalui jendela kamar yang sedikit terbuka. Taufik tengah duduk bersandar di sandaran tempat tidur dengan tumpukan dokumen di pangkuannya. Ernita yang baru selesai menyusui si kembar, duduk di sisinya sambil membetulkan selimut Arkaf dan Asrul yang terlelap di boks bayi. Mereka tampak damai, tidur dengan posisi saling berdekatan.Ernita menoleh ke arah suaminya, lalu bersandar di bahunya. "Capek ya, Mas? Hari ini kayaknya padat banget." Suaranya lembut dan penuh perhatian.Taufik mengangguk pelan, meletakkan dokumen ke atas nakas. "Lumayan. Tapi ada hal yang bikin Mas kepikiran."Ernita langsung menangkap nada serius dari suaminya. Ia menegakkan tubuhnya. "Memangnya, ada apa, Mas? Masalah kerja yang tadi?"Taufik menarik napas dalam-dalam. Ia menatap wajah istrinya sejenak sebelum membuka suara. "Tadi siang aku ke kantor yang akan kerja sama dengan kita, dan aku sempat melihat Helen."Mata Ernita membulat. "Helen? Di kantor Gude

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 62

    Pagi itu, udara masih terasa sejuk saat Helen memarkirkan sepeda motornya di halaman kantor. Ia turun dengan hati-hati, merapikan kemeja putih dan rok sepan hitamnya, serta menenteng tas kerjanya dengan langkah mantap. Meski dalam hati masih ada keraguan, Helen mencoba menegakkan kepala. Hari ini, ia bertekad untuk tetap profesional meski hatinya tidak tenang.Namun semua ketenangan itu runtuh dalam sekejap. Baru saja ia melangkah menuju pintu masuk kantor, Helen berpapasan langsung dengan seseorang yang tak pernah ia duga akan bertemu di tempat ini. Sosok lelaki dengan jas biru dongker dan wajah serius itu menatapnya dengan sorot mata yang mengenal."Helen?" suara itu terdengar familiar namun juga penuh tanda tanya.Helen tersentak. Jantungnya berdegup kencang. Ia mencoba tetap tenang meski wajahnya terasa panas. "Eh, em, Kak Taufik?" jawabnya kaku sambil menatap bingung ke arah pintu.Taufik menatapnya dalam, seolah sedang membaca pikirannya. "Kamu ngapain di sini?" tanyanya penuh s

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 61

    Malam itu angin bertiup pelan, menyapu lembut dedaunan di halaman depan. Di teras rumah yang sederhana namun bersih, Loren duduk berhadapan dengan Helen. Di atas meja kecil, dua cangkir kopi hitam mengepulkan aroma yang menenangkan. Lampu temaram menggantung di atas kepala mereka, menciptakan suasana hening yang seolah menyimpan rahasia.Helen menggenggam cangkirnya erat-erat. Uap panas dari kopi menyentuh wajahnya yang terlihat lebih murung dari biasanya. Loren menatap anaknya lama. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya sejak pertemuan tak terduga dengan Gudel di restoran siang itu. Pria itu, dengan senyum sinisnya, menyimpan nada menyindir yang sulit Loren lupakan."Hel, ibu kok jadi kepikiran sama ucapan si Gudel waktu di restoran tadi siang," kata Loren perlahan, mencoba membuka percakapan. Suaranya datar namun dalam. "Dia seperti tahu banyak soal kamu. Bahkan soal kerjaan kamu."Helen menahan napas. Cangkir di tangannya sedikit bergetar. Ia tidak menyangka ibunya akan mengangkat

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 60

    Pagi itu, sinar matahari menembus celah tirai jendela kantor Taufik yang mungil namun rapi. Jam baru menunjukkan pukul delapan lewat lima menit, namun Taufik sudah duduk di balik mejanya. Setelan kemeja biru langit dan dasi abu-abunya tampak kontras dengan suasana ruang kerja yang masih lengang. Ia menatap layar laptopnya sambil sesekali mencatat sesuatu di buku catatannya. Pandangannya tampak fokus, namun senyum kecil tak bisa ia sembunyikan.Kantor kecil yang dulu sempat sepi kini mulai menunjukkan geliatnya. Dua karyawan baru yang ia rekrut sebulan lalu mulai menunjukkan performa yang menjanjikan. Proyek-proyek kecil yang dulu sulit ia dapatkan kini datang silih berganti, terutama setelah kerja sama strategis dengan beberapa mitra baru mulai membuahkan hasil."Syukurlah," gumamnya lirih. Tangannya terulur mengambil cangkir kopi hangat di sudut meja. Ia menyeruput perlahan, lalu berdiri dan berjalan ke jendela besar yang menghadap ke jalan kecil di depan kantornya.Dari balik jendel

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 59

    Satu bulan berlalu, hari itu Helen menerima gaji. Dan hari itu juga Helen dibuat kesal oleh Gudel. Karyawan lain menerima gaji dengan gampang, sedangkan Helen harus ke ruangan Gudel terlebih dahulu untuk mengambil gajinya."Maunya apa sih itu orang, benar-benar bikin naik darah," gerutu Helen.Dia pun berjalan ke arah ruangan Gudel dan mengetuk pintu."Masuk." Terdengar suara dari dalam.Helen pun membuka pintu yang tidak dikunci. Dan melangkah masuk. Gudel tersenyum penuh kemenangan."Duduklah." Gudel mempersilahkan Helen untuk duduk."Maaf, Pak, perut saya mendadak sakit, bisakah Bapak langsung kasih uang gaji saya, setelah ini saya ingin berobat." Helen pun terpaksa beralasan."Kamu sakit?" Gudel mengerutkan keningnya. Dan hanya dijawab dengan anggukan kepala Helen."Sial, nggak seru juga mengerjai orang sakit," gerutu Gudel dalam hati.Dengan terpaksa, Gudel langsung menyerahkan amplop berwarna coklat kepada Helen.Helen pun langsung melangkah keluar setelah mengucapkan terimakasi

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 58

    Setelah kenyang menyantap makan siang di sebuah rumah makan sederhana di Jalan Kenari, Helen melirik jam tangannya. Waktu istirahat masih tersisa dua puluh menit. Ia memutuskan untuk tidak berlama-lama karena tidak ingin menjadi bahan omelan Gudel. Dengan langkah cepat, ia keluar dari rumah makan dan kembali memesan ojek daring. Tidak butuh waktu lama, motornya tiba dan Helen pun segera naik.Di perjalanan kembali ke kantor, Helen tak henti menghela napas. Hari ini baru hari kedua, tapi Gudel sudah membuatnya jengah. Pria itu benar-benar seperti lintah yang lengket, selalu mencoba mencari celah untuk mendekat atau ikut campur dalam urusannya.Setibanya di kantor, Helen melangkah masuk dengan hati-hati. Dia baru saja akan duduk di mejanya ketika suara sarkastik Gudel menyambutnya."Kamu ke mana malah pergi?" tanyanya ketus sambil bersandar di pintu ruangannya.Helen menoleh pelan, menahan diri untuk tidak melemparkan tatapan tajam."Lho, ini kan jam istirahat, Pak. Jadi saya keluar car

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 57

    Setelah pertemuannya dengan Taufik di ruang tamu kantor, Gudel kembali ke ruangannya dengan wajah masam. Ia tak bisa menyembunyikan kekesalannya, meskipun di luar ia berusaha terlihat tenang. Pikirannya masih berputar-putar memikirkan kehadiran Taufik di kantor itu. Ia tidak menyangka pria itu akan muncul di tempatnya bekerja, apalagi membawa dokumen kerja sama dari sebuah perusahaan yang cukup dikenal.Langkah kaki Gudel terdengar berat saat melewati lorong menuju ruangannya. Dan seperti biasanya, sebelum masuk ke ruang pribadinya, ia menyempatkan diri mampir ke meja Helen. Kali ini tanpa mengetuk atau memberi aba-aba, Gudel langsung berdiri di depan meja Helen dan bertanya dengan nada datar."Laporan kamu sudah selesai?"Helen yang sedang mengetik dengan penuh konsentrasi sontak menahan napas sejenak. Ia mengangguk pelan tanpa menoleh. "Sudah saya kirim ke email divisi administrasi, dan sudah dicetak dua rangkap."Gudel mengangkat alis, seolah tak percaya dengan kecepatan kerja Hele

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 56

    Pagi itu suasana kantor Taufik terlihat lebih sibuk dari biasanya. Para staf berlalu lalang membawa berkas-berkas penting, ruangan rapat utama juga sudah dipersiapkan sejak pagi. Taufik, dengan kemeja putih dan dasi abu-abu yang rapi, duduk di ujung meja rapat. Di hadapannya, beberapa rekan kerjanya sudah menyiapkan presentasi.Hari ini adalah hari penting bagi perusahaan yang ia kelola. Setelah beberapa bulan melakukan pendekatan dan pembicaraan informal, akhirnya ada peluang kerja sama dengan sebuah perusahaan swasta yang sedang berkembang cukup pesat di bidang distribusi dan pengelolaan hasil pertanian modern.Seorang pria setengah baya dari divisi pemasaran memberikan berkas kepada Taufik. "Ini dokumen saham yang akan diserahkan, Pak. Perusahaan ini membuka kesempatan kerjasama dan penanaman modal dalam bentuk kemitraan jangka panjang."Taufik membaca dokumen itu dengan seksama, kemudian matanya berhenti pada bagian alamat perusahaan yang akan ia datangi."Jl. Wijaya Kusuma No.17,

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 55

    Hari pertama Helen bekerja tiba. Matahari belum tinggi saat ia melangkah keluar rumah, mengenakan kemeja biru muda dan celana bahan hitam. Rambutnya diikat ekor kuda rapi, dengan wajah yang dibalut bedak tipis dan bibir yang dipoles sedikit lipstik nude. Ia membawa tas kerja hitam berisi map, pulpen, dan selembar CV yang sudah tak lagi dibutuhkan tapi tetap ia simpan sebagai pengingat perjuangannya."Hati-hati, Helen," ucap Loren, ibunya, dari balik pintu.Helen tersenyum, menoleh sebentar dan melambaikan tangan. "Iya, Bu. Doain Helen ya."Setelah menumpang ojek online, ia tiba di gedung kantor yang terdiri dari lima lantai. Gedung itu tampak modern dengan kaca bening menghiasi setiap jendelanya. Sebuah papan nama perusahaan "PT. Garuda Mitra Global" berdiri tegak di depan lobi. Helen menarik napas panjang sebelum melangkah masuk.Di meja resepsionis, ia disambut seorang wanita muda bernama Rani. "Selamat pagi. Bisa saya bantu?""Pagi, saya Helen. Hari ini saya mulai kerja sebagai sta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status