Share

Bab 69

Author: Cancer Girl
last update Last Updated: 2025-05-31 22:20:00

Sejak pertemuan dengan pengacara kepercayaannya beberapa hari lalu, pikiran Loren tak pernah tenang. Ucapan yang dilontarkan sang pengacara begitu membekas di dalam hatinya. Ia tak bisa melupakan pernyataan yang seolah mencabut seluruh keyakinan yang selama ini ia pegang teguh: bahwa ia telah bertindak benar demi masa depan anaknya. Tapi kini ia mulai sadar, mungkin justru dialah yang selama ini menghambat kebahagiaan Taufik.

Setiap pagi Loren terbangun dengan wajah murung. Nafsu makannya menurun drastis. Bahkan teh hangat kesukaannya yang biasanya menemani pagi kini hanya disentuh sekilas, lalu dibiarkan dingin di meja. Para asisten rumah tangganya pun mulai cemas.

"Bu Loren nggak keluar kamar lagi ya, Mbak?" bisik salah satu pelayan pada rekan kerja di dapur.

"Iya, kayaknya lagi nggak enak badan. Tapi kemarin-kemarin masih duduk di taman. Sekarang nggak keluar sama sekali."

Di dalam kamar, Loren hanya terbaring diam di tempat tidur. Tatapannya kosong, menembus langit-langit kamar. T
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 71

    Malam itu, setelah membersihkan diri, Taufik duduk di ruang keluarga sambil menunggu Ernita yang masih membereskan dapur. Pikiran Taufik dipenuhi dengan wajah ibunya yang terlihat begitu rapuh sore tadi. Wajah itu tidak seperti biasanya, bukan lagi Loren yang tegas, yang tak pernah membiarkan air matanya jatuh di hadapan siapa pun. Tapi kali ini, Loren terlihat seperti seorang ibu yang benar-benar menyesal.Ernita keluar dari dapur sambil mengelap tangan dengan lap kering. Dia duduk di samping Taufik, menyandarkan kepala di bahu suaminya."Kamu kelihatan capek, Mas," ujar Ernita lembut.Taufik mengangguk pelan. "Capek pikiran, bukan badan."Ernita mengangkat kepalanya dan menatap wajah suaminya. "Kamu mikirin Ibu?"Taufik tidak langsung menjawab. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk. "Tadi Ibu minta kita datang ke rumah. Dia mau minta maaf sama kamu dan anak-anak."Ernita langsung memalingkan wajah. Ia terdiam cukup lama. Taufik bisa merasakan tubuh istrinya menjadi tegang."

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 70

    "Eh, iya, Hel. Besok aku pulang kerja ke rumah, Ibu dirawat di rumah sakit mana?" tanya Taufik dari seberang telepon malam itu."Ibu masih di rumah, Kak. Kata asisten yang jaga, beliau nggak mau dirawat inap. Maunya cuma dibelikan obat dari apotek saja," ucap Helen pelan.Taufik mendengus pelan. "Obat apotek mana manjur kalau memang udah lemah begitu? Ya udah, besok aku pulang. Aku mau lihat langsung kondisinya.""Oke, Kak. Hati-hati di jalan ya besok," sahut Helen.Panggilan pun berakhir. Taufik meletakkan ponsel pelan di meja, lalu menoleh pada Ernita yang duduk di sebelahnya sambil menidurkan Arkaf yang sedang merengek kecil."Kamu denger, kan, Nita? Besok aku harus pulang ke rumah Ibu. Katanya sakitnya cukup parah, tapi masih nggak mau dirawat," ujar Taufik.Ernita mengangguk pelan, membelai rambut Arkaf yang mulai terlelap. "Aku dengar, Mas. Nggak apa-apa. Mas Taufik temui Ibu dulu, aku jagain si kembar di rumah.""Kamu nggak ikut sekalian? Siapa tahu sekarang Ibu udah nggak seke

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 69

    Sejak pertemuan dengan pengacara kepercayaannya beberapa hari lalu, pikiran Loren tak pernah tenang. Ucapan yang dilontarkan sang pengacara begitu membekas di dalam hatinya. Ia tak bisa melupakan pernyataan yang seolah mencabut seluruh keyakinan yang selama ini ia pegang teguh: bahwa ia telah bertindak benar demi masa depan anaknya. Tapi kini ia mulai sadar, mungkin justru dialah yang selama ini menghambat kebahagiaan Taufik.Setiap pagi Loren terbangun dengan wajah murung. Nafsu makannya menurun drastis. Bahkan teh hangat kesukaannya yang biasanya menemani pagi kini hanya disentuh sekilas, lalu dibiarkan dingin di meja. Para asisten rumah tangganya pun mulai cemas."Bu Loren nggak keluar kamar lagi ya, Mbak?" bisik salah satu pelayan pada rekan kerja di dapur."Iya, kayaknya lagi nggak enak badan. Tapi kemarin-kemarin masih duduk di taman. Sekarang nggak keluar sama sekali."Di dalam kamar, Loren hanya terbaring diam di tempat tidur. Tatapannya kosong, menembus langit-langit kamar. T

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 68

    Malam itu suasana rumah terasa hangat dan tenang. Setelah anak kembar mereka, Arkaf dan Asrul, tertidur pulas di kamar, Ernita dan Taufik memutuskan untuk duduk santai di ruang tamu. Lampu gantung di atas kepala mereka memancarkan cahaya temaram yang menambah kesan intim dalam obrolan malam itu. Taufik duduk di samping Ernita, lalu meraih rambut istrinya dengan lembut dan membelainya penuh kasih."Kamu pulang jam berapa tadi, sayang?" tanya Taufik sambil tersenyum, matanya menatap wajah Ernita dengan penuh perhatian.Ernita menyandarkan kepalanya di bahu suaminya, lalu menjawab pelan, "Masih sore kok, Mas. Mbak Tia minta izin libur tiga hari, jadi aku nggak mau kelamaan di rumah dia. Takut malah ngerepotin."Taufik mengangguk pelan. "Nggak papa. Dia juga punya keluarga dan harus dijenguk juga, aku maklum kok. Lagian kamu juga butuh refreshing."Ernita tertawa kecil, lalu menatap wajah suaminya. "Refreshing sih iya, tapi bawa dua balita itu bukan refreshing, Mas. Capeknya dobel."Taufi

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 67

    Malam itu, suasana rumah Loren tampak tenang. Perempuan paruh baya itu tengah duduk di ruang tamu sambil membaca majalah ketika suara bel pintu membuyarkan konsentrasinya. Loren melangkah pelan ke pintu dan membukanya. Di hadapannya berdiri seorang wanita muda dengan senyum canggung."Nadya?""Selamat malam, Tante Loren," sapa Nadya dengan sopan."Silakan masuk. Tumben kamu malam-malam ke sini," ujar Loren sambil mempersilakan Nadya duduk di sofa ruang tamu.Nadya duduk perlahan, lalu menarik napas panjang. Wajahnya tampak menyimpan sesuatu."Tadi siang aku ketemu Ernita, Tante," ucapnya akhirnya.Loren langsung menatap tajam. "Kamu yakin itu Ernita?""Iya, Tante. Aku ketemu dia di sebuah kedai jus. Dia sendirian. Aku sempat bicara sebentar sama dia," jelas Nadya.Loren menyilangkan tangan, wajahnya berubah tegang. "Jadi, Ernita ada di kota ini?""Sepertinya begitu, Tante. Tapi aku nggak lihat Mas Taufik. Dia sendirian. Aku pikir dia mungkin sedang pulang kampung ke tempat saudaranya.

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 66

    Setelah perjalanan cukup jauh dari rumah Tia, Ernita merasa haus. Ia memutuskan berhenti sejenak di sebuah kedai sederhana di tepi jalan yang tampak cukup ramai. Kedai itu menyajikan berbagai macam minuman dingin dan jajanan ringan. Ernita memilih duduk di bangku sudut dekat jendela dan memesan segelas jus mangga yang segar.Sambil menunggu minumannya datang, Ernita menyandarkan punggung dan menarik napas panjang. Ia merasa cukup lelah setelah seharian bermain bersama Arkaf dan Asrul, lalu berjalan ke pasar dan membeli oleh-oleh. Saat ia hendak menyeruput jus yang baru saja dihidangkan, matanya menangkap sosok wanita berpenampilan modis yang baru masuk ke dalam kedai.Langkah Ernita terhenti. Ia mengenali wanita itu. Nadya.Wanita yang dulu hendak dijodohkan dengan Taufik oleh Loren, tapi rencana itu gagal karena kehadiran Ernita sendiri. Ernita berharap Nadya tidak mengenalinya atau setidaknya mengabaikannya. Namun harapan itu pupus begitu saja saat Nadya menoleh dan tersenyum sinis.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status