"Cade, aku…." Pricilla ingin mengulur waktu.
Sudah seminggu mereka tak bertemu. Cade bahkan tidak pernah menelponnya. Adakah lelaki ini mulai bosan padanya? Padahal mereka baru menjalin hubungan sebulan ini. Pricilla merasa cemas. Dia tidak rela jika harus putus dengan cepat. Impiannya adalah impian para gadis Axton, menjadi nyonya Goldwin.Cade mengabaikan gadis itu. Dia melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Hingga kemudian karena pengabaiannya, dengan tak berdaya Pricilla pergi dari kantornya. Barulah setelah itu Cade melemparkan lembaran dokumen di tangannya ke atas meja.Baginya, Pricilla hanyalah alat. Dia menjadikan gadis itu sebagai kekasihnya agar nyonya besar Goldwin kesal. Pricilla bukan tipe menantu yang diinginkan ibunya, Cade tahu.Namun Cade mendadak pusing waktu sang ibu mendesaknya menikahi Pricilla.'Pricilla atau gadis yang lainnya. Ibu tidak peduli.' Begitu ultimatum dari wanita keras kepala yang sudah melahirkan Cade.***"Jangan bicara sembarangan!" ujar Fay setelah berhenti dari batuknya. Mukanya sampai merah. Merah karena batuk. Merah karena ide konyol si kembar yang menjodohkannya dengan Cade Goldwin.Cade adalah langit. Sedangkan Fay adalah bumi. Pada sisi yang mana mereka bisa dipertemukan? Namun masalahnya bukan itu. Fay benci siapa pun lelaki yang sudah membuat Audrey menderita. Meski itu seorang Goldwin sekalipun.Di depannya, Mike dan Mika menyusut wajah mereka dengan ujung lengan baju kiri kanan bergantian. Wajah mereka basah gara-gara tersembur air. Keduanya menekuk bibir."Mommy kami bilang kau boleh menggantikan dia. Jadi kami pikir hanya kau yang pantas menjadi ibu kami." Mike bersikeras dengan idenya setelah selesai mengelap wajah."Dan daddy kalian akan mengamuk kalau mendengarnya. Aku harap dia tidak berpikir kalau aku telah memanfaatkan kalian untuk menjadi nyonya Goldwin." Sebuah firasat buruk sekilas memasuki pikiran Fay.Bagaimana kalau dua bocah keras kepala ini nekat menjodohkannya? Cade Goldwin akan memiliki pandangan buruk terhadapnya. Tapi apa peduli Fay dengan pandangan lelaki bajingan itu? Dia berjanji akan pergi sejauh mungkin dari pandangan dua anak itu kalau ayah mereka memutuskan datang menjemput."Kami akan meyakinkan daddy kalau mommy yang terbaik."Kata-kata Mika langsung membuat Fay mau muntah. Anak ini sedang memujinya? Padahal selama ini jelas-jelas Fay tidak menyembunyikan perasaan tidak sukanya.Fay ingin mengatakan hal semacam, masih banyak gadis lain yang pantas menjadi mommy mereka kelak. Tapi kemudian dia merasa percuma saja berdebat dengan mereka. Tak akan ada habisnya."Baiklah. Pembicaraan tentang daddy selesai. Semoga yang kalian katakan benar. Jadi aku bisa kuliah dan bekerja dengan tenang tanpa perlu berpikir bahwa di rumahku sedang menunggu dua bocah untuk diberi makan." Fay berkata sambil diam-diam memperhatikan ekspresi kedua anak itu dan merasa heran karena justru menemukan keduanya sedang tersenyum-senyum menyebalkan.Kenapa kata-katanya tidak sanggup menyinggung perasaan dua anak ini? Apa hati mereka terbuat dari batu?"Mommy, kalau daddy menjemput kami, kau juga harus ikut tinggal bersama. Kami tidak akan membiarkan kau sendirian di sini. Kami tahu rasanya kesepian ditinggalkan." Mika berjalan ke arah Fay dan naik ke sofa lalu memeluknya.Fay rasanya ingin menangis. Tidak tahu harus terharu atau justru marah mendengar ocehan bocah cantik ini.Sejak dulu Fay juga tinggal sendiri. Sejak ayah, ibu dan adiknya kecelakaan lima tahun yang lalu. Kemudian tak seorang pun dari sanak kerabat yang mau mengulurkan tangan mereka memberi tempat bernaung. Justru Audrey seorang yang tidak Fay kenal yang menawarkan kehangatan seorang saudari. Lalu ketika Fay telah cukup kuat berdiri sendiri, dia pergi ke Axton untuk bekerja dan melanjutkan pendidikannya."Aku ingin mandi. Rasanya sangat gerah." Fay beralasan untuk menghindari pelukan Mika lebih lama. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu kamar.Hari ini telah sebulan lebih Mike dan Mika tinggal bersama Fay. Kemarin keduanya mendesak pergi ke mall.Jadi itu alasan mereka sangat ingin pergi, bertemu ayah mereka, pikir Fay masih sedikit tidak percaya. Bagaimana anak seusia itu bisa dengan pandainya menyimpan rahasia dan berselancar di internet untuk menyelidiki seorang Cade Goldwin?Sebenarnya Fay tidak terlalu heran. Meski belum bersekolah, keduanya sudah pandai membaca. Pemahaman mereka juga sangat bagus, melebihi anak-anak seumurannya. Kadang sikap mereka bisa menjadi sangat misterius. Dan kepandaiannya yang di atas rata-rata membuat imajinasi Fay kemana-mana.Dia baru merasa kalau kedua anak ini luar biasa. Walau belum ada bukti ke arah itu, tapi gerak-gerik mereka selama ini memang terlihat mencurigakan. Kemana kenakalan yang selama ini dilihatnya saat ibu mereka masih ada?Lalu sebuah ide konyol melintas di kepala gadis itu. Dia sudah sampai di pintu kamar, tapi kemudian berbalik menghadapi keduanya."Apa kalian semacam agen rahasia?"Sepasang anak kembar itu terdiam dan saling pandang, lalu terkikik bersamaan. Mereka tidak mengatakan apa-apa, tapi cukup sebagai jawaban bagi pertanyaan konyol Fay."Bukan?" Fay kecewa. Bukankah itu akan luar biasa kalau benar?"Atau CEO jenius di balik sebuah perusahaan komputer?" Fay pernah membaca di sebuah novel tentang bocah yang sebenarnya sangat kaya karena kejeniusannya. Bukankah ayah mereka Cade Goldwin? Itu akan terdengar masuk akal.Kali ini Mike dan Mika tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perut masing-masing. Fay yang melihatnya dibuat cemberut.Hari kelima bulan madu.Matahari telah mulai naik hingga seperempatnya. Di dalam kamar tidur yang luas dan mewah suasananya terasa hening. Suara hiasan gantung di balkon yang tertiup angin bergemerincing samar menjadi satu-satunya yang terdengar.Di lantai kamar, berserakan pakaian pria dan wanita. Pemandangannya sedikit kacau dan ambigu. Sementara di tempat tidur lebih berantakan lagi. Seakan sebuah badai pernah datang di kamar ini kemarin malam lalu pergi setelah puas memorak-porandakan semuanya.Kelopak mata Fay bergerak-gerak sebelum kemudian membuka. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah otot-otot dada yang terbuka. Dan aroma keintiman semalam segera memasuki indera penciumannya. Dia menjadi linglung sejenak.Setiap terbangun selama beberapa pagi, dia masih merasa asing dengan pemandangan ini. Lelaki yang memeluknya, bau tubuhnya, seisi ruangan, semua baru dan asing. Fay ingin menolak percaya bahwa ini nyata, tapi dia tidak berdaya. Dirinya telah menjadi milik Cade Goldwin, l
Pesta pernikahan Cade Goldwin dan Fay Willmer berlangsung tertutup untuk umum. Itu diadakan di sebuah pulau pribadi dengan hanya tidak lebih dari seratus orang undangan. Para wartawan dari berbagai media massa hanya bisa menunggu di sekitar garis pantai dan pelabuhan saat puluhan helikopter secara bergantian menjemput tamu. Keluarga Goldwin bahkan melarang peliputan langsung dan tidak memberikan ijin kepada satu pun media. Mereka hanya akan membuat sebuah berita di halaman website resmi Goldwin Group.Orang yang paling lega akan hal itu adalah Fay Willmer. Dia memang tidak peduli dengan status dan pandangan orang terhadapnya. Tapi nama Goldwin terlalu berat untuk dibawa. Dia merasa akan merepotkan jika harus kemana-mana dengan identitas istimewa itu. Dengan adanya pernikahan yang tertutup seperti ini, identitasnya hanya diketahui segelintir orang.Selain beberapa kerabat dan sahabat dekat, ada juga pejabat dari pemerintahan dan rekan bisnis serta beberapa keluarga kelas atas yang juml
Akhirnya cerita ini selesai juga. Terima kasih untuk semua pembaca yang setia mengikuti kisah Fay, Cade dan duo M hingga bab ini. Maaf, jika harus sering membuat semua menunggu. Sekali lagi, terima kasih atas semua dukungannya dengan memberi komentar, rate, ulasan, like dan gem. Karena dukungan kalian semua lah cerita ini beberapa kali mendapat promosi dari pihak platform. Terima kasih juga kalau ada yang sudah rekomendasiin cerita ini ke teman-teman. Ini ada ngga, ya? 🤔Tapi, eits tunggu dulu! Akan ada bab tambahan setelah ini ya....Akhirnya, seperti biasa, author doakan semoga semua pembaca selalu sehat, bahagia, dan lancar rejekinya. Aamiin.Salam
Callie memutar bola matanya. “Bodoh. Apa aku terlihat seperti calon pengantin?”Alis nyonya Goldwin berkerut. Apa Fay lupa kalau dirinya yang akan menikah? Semalam Cade memberitahu bahwa Fay telah setuju untuk menikah dengannya. Jadi, dia menyuruh keluarga Goldwin untuk datang menghadiri formalitas pernikahan. Sedangkan perayaannya sendiri akan diatur kemudian. Cade khawatir gadis ini akan berubah pikiran. Jadi dia berencana untuk mendapatkan buku nikah terlebih dahulu.Fay menggaruk kepalanya dengan ekspresi bingung. “Menurutku kau memang tampak seperti pengantin wanita—““Bicara omong kosong lagi? Bukankah hari ini kalian akan menikah? Jangan katakan kalau kau tidak ingat.” Callie sedikit kesal dengan kelambanan Fay dalam menggunakan otaknya.“Hah? A-aku—“ Fay melihat pada anak-anak meminta seseorang memberi penjelasan.“Mommy, daddy sudah selesai bersiap-siap. Tapi kau bahkan belum mandi. Cepatlah.” Mika juga terlihat tidak sabar.Fay seketika panik. “Siapa yang mengatakan aku akan
Alis Fay mengernyit. “Bicarakan nanti saja. Ayo, bangun. Aku bantu.” Cade menahan tangan Fay, dia memeganginya dengan erat. “Dengar dulu. Jika nanti hasil pemeriksaannya buruk, aku ingin kau berjanji padaku untuk menjaga anak-anak. Mungkin saja aku akan mati. Siapa tahu?”“Jangan bicara sembarangan!” Fay tiba-tiba merasa tenggorokannya tersekat. Itu mengingatkannya pada Audrey sebelum kematiannya. “Kau tidak akan mati.”“Semua orang akan mati.” Cade mengingatkan.“Setidaknya kau tidak akan mati secepat itu.” Fay merasa airmatanya akan jatuh. “Ayo bangun!”“Berjanjilah dulu—““Berjanji apa?” Suara Fay nyaris pecah. “Kau tidak akan mati. Jadi aku tidak perlu menjaga dua anak menjengkelkan itu.”Cade diam-diam melirik pada mata yang mulai berkabut. Astaga! Ini memang sedikit berlebihan. Dia cukup sadar bahwa Fay mungkin akan mengamuk jika tahu dirinya telah dikerjai.Tangan gemetar Fay diraihnya. “Berjanjilah untuk menikah denganku jika memang ini baik-baik saja.” Cade mengucapkan kali
Fay tidak ingin melihat Cade, tapi anak-anak merengek dan terus mendesak. Dia tidak tahan mendengar rengekan anak kecil. Dengan enggan dia pergi juga ke kamar lelaki itu dengan dua pasang tangan mungil menyeretnya.“Aku harap kalian tidak menipuku.” Fay memperingatkan.Tiba di kamar yang tidak asing lagi bagi Fay karena pernah semalaman terjebak di dalamnya, dia melihat Cade yang terbaring pucat di bawah selimut. Matanya terpejam rapat. “Badan daddy panas. Sepertinya demam. Mommy periksa saja.” Mika tahu kalau Fay curiga mereka telah berbohong.Tadi malam Mika dan Mike tidur di kamar ayahnya. Pagi sekali Mike terbangun karena merasakan kulit ayahnya yang seperti terbakar. Waktu Mike mencoba membangunkan dan menanyakan keadaan ayahnya, dia hanya mendapatkan jawaban berupa keluhan. Mata ayahnya sempat membuka sedikit, tapi lalu kembali terpejam dan tidak membuka lagi.Dengan enggan Fay menyentuh dahi lelaki itu. Hanya sebentar, dia langsung menarik tangannya lagi. Benar-benar panas. Bu