Share

Punggung yang familiar?

Ini menjadi guncangan hebat dalam hidup Liora. Gadis itu sudah menjaga kesuciannya selama 26 tahun, tapi sekarang dia justru hamil! Siapa... siapa yang melakukan itu padanya? Siapa pria bejad yang tega merenggut kehormatannya yang begitu dia jaga selama ini.

Bagaimana sekarang? apa yang harus ia katakan pada kedua orang tuanya? bagaimana saat pacarnya nanti tahu, Max....

Liora mengacak-ngacak rambutnya merasa pusing dengan semua ini. Sekelibat ingatan malam itu muncul di kepalanya, matanya yang sedikit terbuka dengan samar melihat lelaki yang mulai membuka bajunya sedang duduk menindihnya dan mulai mendekatkan wajahnya. Siapa lelaki itu? Jadi tanda yang ia temukan di tubuhnya, serta noda darah yang ia tinggalkan begitu saja karena berpikir itu mungkin darah dari tumitnya yang terluka, itu adalah darah keperawanannya?

Liora begitu hancur saat membayangkannya. Dia harus segera mencari lelaki itu. Tidak, jika ia sudah menemukannya, lantas apa yang akan dia lakukan... dia tidak ingin menikah dengan pria bajingan itu, tapi bagaimana dengan bayi di perutnya... semakin lama perutnya pasti akan semakin besar, dan semua orang akan mengetahuinya, terlebih lagi orang tuanya.

Liora menghela nafas sembari menggelengkan kepalanya saat pikiran tentang aborsi sekelibat muncul di otaknya. Itu adalah hal yang jahat, jika dia akan mengugurkan bayinya saat ini, belum tentu dia akan mendapat bayi lain di masa depan. Liora mengusap-ngusap perutnya merasakan kehadiran bayinya. Sudahlah, untuk sekarang dia akan menutupinya dan nanti akan memikirkan solusinya.

Liora bangkit dari kasur kemudian mengeluarkan kopernya pergi keluar dari kamar. Dia ada perjalanan bisnis dengan Jonathan hari ini, di luar kota. Dia berusaha bersikap profesional dan tidak ingin melibatkan masalah pribadinya kedalam urusan kantor.

"Ayah, ibu... aku akan pergi dinas beberapa hari." Liora keluar dari kamar menyapa orang tuanya yang sedang memasak di dapur. Selama ini, mereka melakukan bisnis katering rumahan untuk menyambung hidup, syukurlah, bisnis itu berjalan cukup lancar bahkan sampai bisa membiayai sekolah Liora sampai lulus kuliah.

"Kau tidak mau sarapan dulu?" Layla keluar dengan memegang spatula, dia sehabis menggoreng ayam untuk menu katering hari ini.

Liora terlihat buru-buru, dia harus mengejar waktu agar tidak terlambat pergi ke bandara. Dia melihat jam tangannya, dia hanya bisa tersenyum pada orang tuanya karena tidak bisa duduk untuk sarapan pagi ini.

"Tidak perlu, bu. Aku akan makan di bandara saja, nanti." Mendengar itu salim segera keluar dari dapur, dia memegang kotak makanan dan memberikannya pada Liora.

"Bawalah ini, makanan di luar tidak seenak makanan rumah!" Liora tersenyum menerimanya, dia kemudian memeluk ayah dan ibunya kemudian berpamitan untuk pergi.

"Terimakasih. Kalau begitu aku pergi dulu, sampai jumpa!" Liora melambaikan tangan sembari menyeret kopernya melewati pintu. Layla dan salim tersenyum sembari melambaikan tangan pada putrinya, gadis kecil kesayangan mereka itu kini sudah besar. Mereka sangat bangga melihat gadis itu yang tumbuh dengan baik dan sukses.

...

Liora berjalan menyeret koper di lantai bandara menghampiri seorang lelaki yang sedang menunggu di ruang tunggu sembari tertidur dengan memakai kaca mata hitam.

Gadis itu menaruh kopernya di samping kemudian duduk di sebelah pria itu memperhatikannya tidur. Tidurnya terlihat pulas, meski begitu, dia terlihat jauh lebih tampan saat tidur.

"Pak...."

Jonathan perlahan membuka matanya, entah mengapa dia tadi sempat mengantuk dan akhirnya tertidur. Lelaki itu perlahan melihat samar siluet wajah yang berada dekat dengan wajahnya sedang memperhatikannya tidur.

"Pak!" Jonathan terkejut dan membuka matanya saat Liora membangunkannya untuk yang kedua kalinya. Gadis itu tersenyum saat melihatnya, kemudian dia menunjuk papan pengumuman dan mengatakan bahwa pesawat mereka sebentar lagi akan berangkat.

...

"Ini menyebalkan!" Jonathan merengut sebal melirik ke arah Liora yang sedang duduk di kursi bisnis bersama dengannya, sembari memakai headphone melihat ke arah jendela.

Gadis itu terlihat seperti biasanya. Apa dia benar-benar tidak ingat? Malam itu... saat mereka menghabiskan malam bersama. Bahkan mata Jonathan sampai bengkak setelah menangis semalaman karena merasa bersalah.

Baginya... Liora adalah sesuatu yang hanya bisa di kagumi, bagaikan lukisan berharga yang tidak boleh sembarangan ia sentuh. Selama enam tahun... walaupun dia telah menggoda banyak wanita, tapi tak pernah terlintas di pikirannya untuk menggoda Liora... Karena dia berharga, dia yang memotivasinya sampai menjadi seperti sekarang.

Delapan tahun yang lalu.

Jonathan duduk di tangga sembari merenung memperhatikan sekitar. Mengapa orang-orang begitu mudah sekali, berbaur? Dari orang yang tidak saling kenal mereka menjadi dekat. Mereka pergi kuliah bersama, makan bersama, dan sepulang sekolah mereka berkumpul dan pergi karoke.

Pria berkacamata itu menghela nafas berat, meratapi nasibnya, Ternyata pintar saja tidak cukup untuk di sukai banyak orang.

"Permisi... Kau, kakak tingkat yang juara satu lomba kimia waktu itu, ya?" Lelaki itu menengok, mendongak melihat gadis yang sedang berdiri di sampingnya dan tersenyum. Saat itu aroma rambutnya semerbak tertiup angin membuat udara di sekitar menjadi harum, matanya bersinar saat tersenyum, itu seolah menjadi magnet yang membuat Jonathan merasa senang melihatnya.

"Ah, iya, benar!" Gadis itu terkejut dan kembali tersenyum.

"Hebat, ya! Kau pasti akan jadi orang sukses!" Setelah mengatakan itu dia melambaikan tangan mengucapkan selamat tinggal saat rombongan teman-temannya memanggil dan mereka pergi sembari mengobrol dengan ceria.

Jonathan masih berdiam dengan pipi yang memerah. Bibirnya berguman seperti merapalkan sesuatu dengan lirih, "Aku... hebat?"

...

"Saya minta maaf, sekali nona. Karena kesalahan sistem, yang terinput hanya satu kamar presiden suit. Kamar lainnya juga di hotel ini sudah penuh."

Resepsionis di meja depan terus-terusan meminta maaf atas kesalahan sistem di hotel mereka. Padahal mereka sudah pesan sejak seminggu yang lalu, jika pisah hotel... Liora takut tidak bisa menemukan hotel lagi yang dekat dengan tempat ini.

"Pak... bagaimana jika kita berbagi kamar?" Jonathan terkejut mendengarnya, Liora juga tidak punya pilihan. Tapi jadwal mereka sangat padat besok, jika harus bolak-balik hotel yang berbeda, ia takut itu akan memakan banyak waktu.

"Itu...." Jonathan melihat Liora yang menunduk, sepertinya dia pikir Jonathan akan menolaknya, sementara di dekat sini, dia tidak melihat ada hotel lain selain hotel ini. Lelaki itu berpikir sejenak, karena ini perjalanan bisnis penting, dia tidak mau jika nantinya terjadi banyak masalah.

"Baiklah, akan lebih efisien daripada mencari hotel baru." Liora tersenyum mendengarnya, kemudian dia meminta resepsionis untuk mengubah kamar mereka menjadi double bed, ini seharusnya tidak akan menjadi masalah karena mereka tidak harus tidur satu kasur.

"Baiklah, ini kuncinya. Untuk pengembalian dana akan kami kembalikan di aplikasi." Resepsionis itu tersenyum memberikan kunci pada mereka.

Mereka berjalan menuju kamar hotel dan membuka pintu segera masuk kedalamnya. Yah... kamar ini cukup nyaman, cukup untuk mereka berdua.

"Saya mandi dulu!" Jonathan melepas jasnya dan membuka dasinya beserta beberapa kancing teratas bajunya. Hari benar-benar melelahkan, mereka menghabiskan waktu sepanjang hari di dalam pesawat dan mobil.

Liora melihat Jonathan yang mulai masuk ke kamar mandi, kemudian dia menghela nafas panjang. Gadis itu menjatuhkan diri ke atas kasur kemudian menutup matanya, hari ini melelahkan, sekali. Perlahan rasa kantuk mulai menguasainya dan tak butuh waktu lama sampai dia jatuh tertidur.

"Hng?" Tetesan air jatuh di atas wajahnya membuat tidurnya terganggu. Gadis itu mulai membuka matanya dan kini dia melihat Jonathan yang sedang mengibaskan rambutnya yang basah di atas wajahnya dan tertawa.

"Kau ingin tertidur tanpa membersihkan diri?" Jonathan berhenti mengibaskan rambut dan tersenyum jahil saat melihat Liora yang sudah membuka matanya. Wajah kesal Liora sungguh membuatnya puas, dia berjalan menuju cermin kemudian mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer.

"Haa... saya akan mandi, sekarang!" Liora bangkit dari kasur dan bergegas masuk ke kamar mandi. Gadis itu kemudian berhenti di ambang pintu dan melihat ke belakang Jonathan yang sedang memakai baju. Punggung itu... padahal ia yakin ini baru pertama kali dia melihatnya, tapi kenapa terasa familiar, ya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status