Home / Romansa / Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif / Bab 106. Ketika Sang Posesif Marah

Share

Bab 106. Ketika Sang Posesif Marah

Author: Angsa Kecil
last update Last Updated: 2025-08-25 23:37:18

“Jangan sampai dia masuk dan bertemu istriku!” bentak Reyvan. Wajahnya maju pada ponsel dengan tatapan nyalang.

Prama sampai menelan ludah, refleks menggeleng kecil, meski yang dibentak bukan dia.

“Baik, Tuan.” Suara penjaga rumah terdengar lewat sambungan, gugup. “Hanya saja … sedikit susah diusir.”

Rahangnya mengeras, Reyvan mendesis. “Terserah bagaimana caranya. Jangan sampai dia masuk! Dan pastikan orang rumah mengamankan istriku.”

Panggilan segera diakhiri. Reyvan masih duduk tegap, matanya menatap tajam Prama.

Sementara Prama langsung mengirim pesan cepat pada salah satu orang kepercayaannya, untuk mencari tahu apa tujuan Diana—ibunya Amber datang ke rumah.

Prama melirik hati-hati. “Kita bisa lanjut meeting lagi, Pak?”

Reyvan mendengkus kasar. “Kenapa wanita itu bisa terus menganggu istriku? Apa dia tidak takut padaku sama sekali? Kemarin sudah aku peringatkan keras, apa dia lupa?!”

Ya, yang datang ke rumah adalah Diana dengan riasan mencolok. Dia berteriak ingin bertemu anaknya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rina Damayanti
kumpulan ular lg atur strategi....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 107. Mertua Pun Tak Ada Ampun

    "Mama? Dia buat ulah apalagi?" Dada Amber bergemuruh hebat. Dia yang rencana mau duduk di balkon jadi gelisah. Meski dari balkon dia tidak bisa melihat jelas, siapa wanita yang berdiri di depan gerbang, tapi suaranya dia yakin itu Mamanya.Tadi, dia habis dari kamar itu. Sedikit lama dan tidak tahu sudah sejak kamar kegaduhan itu terjadi.Amber buru-buru memanggil pembantu minta ditemani keluar."Nyonya dilarang keluar kamar. Lagi ada kerusuhan warga di depan." Pembantu menatap ragu dan takut."I-iya, ada kerusuhan di depan. Di kamar saja."Amber menatap tajam dua pembantu yang ada di depannya. "Kalau kalian tidak mau membantuku, aku bisa tulis sendiri."Sebenarnya di rumah Reyvan ada lift di sisi rumah. Tapi Reyvan lebih suka naik tangga, alasan melatih otot kaki. Dan Amber sudah menggerakkan joystick kursi rodanya ke arah lift.Dua pembantu saling pandang dan mereka terpaksa membawa Amber ke lantai bawah."Amber! Amber! Dasar anak durhaka! Lupa sama wanita yang sudah melahirkan! Ib

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 106. Ketika Sang Posesif Marah

    “Jangan sampai dia masuk dan bertemu istriku!” bentak Reyvan. Wajahnya maju pada ponsel dengan tatapan nyalang.Prama sampai menelan ludah, refleks menggeleng kecil, meski yang dibentak bukan dia.“Baik, Tuan.” Suara penjaga rumah terdengar lewat sambungan, gugup. “Hanya saja … sedikit susah diusir.”Rahangnya mengeras, Reyvan mendesis. “Terserah bagaimana caranya. Jangan sampai dia masuk! Dan pastikan orang rumah mengamankan istriku.”Panggilan segera diakhiri. Reyvan masih duduk tegap, matanya menatap tajam Prama.Sementara Prama langsung mengirim pesan cepat pada salah satu orang kepercayaannya, untuk mencari tahu apa tujuan Diana—ibunya Amber datang ke rumah.Prama melirik hati-hati. “Kita bisa lanjut meeting lagi, Pak?”Reyvan mendengkus kasar. “Kenapa wanita itu bisa terus menganggu istriku? Apa dia tidak takut padaku sama sekali? Kemarin sudah aku peringatkan keras, apa dia lupa?!”Ya, yang datang ke rumah adalah Diana dengan riasan mencolok. Dia berteriak ingin bertemu anaknya

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 105. Pasangan yang Belum Berpasangan

    Pembantu itu cepat mengangkat kedua tangannya. “Ta-tapi, Nyonya Amber langsung bisa mengatasinya, Tuan. Pas Nyonya Tania tanya siapa Nyonya Amber bagi Tuan. Nyonya Amber bilang kalau dia wanita yang selalu Tuan peluk dan disayang-sayang. Dia bicara banyak, sampai Nyonya Tania marah dan pergi.”Pelan, dua sudut bibir Reyvan mengembang tipis. Tatapannya kembali ke nasi goreng. Ada rasa bangga, lega, dan hangat yang tak bisa dia sembunyikan.Mata Prama menegang. Tak percaya Amber bisa mengatakan hal seperti itu. Hanya provokasi atau benar-benar jujur.“Kamu boleh pergi. Dan bilang pada kepala pengurus rumah, apapun yang terjadi, lain kali harus langsung menghubungiku. Apalagi kalau ada kejadian seperti itu,” ucap Reyvan pada pembantu itu.Pembantu itu mengangguk dalam-dalam, lalu segera pamit keluar ruangan."Bagaimana rasanya sarapan nasi goreng, Pak? Kalau nggak kuat, jangan memaksakan diri. Takut perut Anda shock," ucap Prama disela makannya.Reyvan menatap tajam. "Cepat habiskan! Set

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 104. Itu Nasi Goreng Istriku!

    “Bawa apa?” Prama menatap pembantu dan tas hitam yang dipegangnya. Pembantu itu mengangguk, suaranya lirih, sedikit takut. “Nasi goreng untuk Tuan Reyvan, Pak.” Reyvan yang sedari tadi fokus menatap layar ponselnya, seketika langsung mendongak. Tatapannya tajam pada si pembantu. Dahinya mengernyit. Kapan ada menu sarapan seperti itu? Dadanya bergemuruh, rasa kesal menekan dadanya. Prama cepat meraih tas itu, seolah tahu bosnya akan meledak. Dengan cekatan, dia mengeluarkan kotak-kotak makanan dari dalam. Ada empat kotak. Dua berisi nasi goreng tidak pedas. Dua kotak salad segar. Dan satu tumbler elegan berisi susu almond hangat. Prama melebarkan matanya, senyumnya merekah lebar. “Wah, mantab. Pas sekali, kami belum sarapan.” Pembantu itu sedikit tersenyum lega. Dalam pikirannya, setidaknya masih ada yang menyambut baik. Prama tak menunggu lama, dia cepat membuka kotak berisi nasi goreng spesial itu. Aroma harum rempah dan wangi telur langsung menyeruak. Dia melirik sekilas

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 103. Curhatan Prama pada Nyonya Bos

    “Aku istirahat sebentar, kamu juga boleh tidur. Pasang alarm satu jam ke depan. Besok semua tumpukan map itu harus selesai,” ucap Reyvan pelan, matanya sudah berat, tubuhnya seolah dipaksa berdiri tegak padahal sudah terlalu lelah. Dia duduk di sofa dengan kepala bersandar lemas. Padahal ada ruang istirahat khusus. Yang penting sekarang adalah memejamkan mata, sebentar saja. Prama yang sudah terbiasa melihat bosnya keras kepala, hanya bisa menuruti. Dia memasang alarm dengan hati-hati, takut kalau mereka kebablasan tidur sampai pagi. Pekerjaan masih menumpuk, sementara tenaga mereka sudah habis terkuras. Baru saja Prama hendak memejamkan mata di kursi seberang, tubuhnya tiba-tiba tegap. Matanya membelalak menatap bosnya. Dahinya berkerut. "Ha?" Mulutnya ternganga. Ternyata baru sebentar memejamkan mata, Reyvan sudah mengigau. “Amber … Amber … Amber …,” lirihnya, sambil tersenyum samar, kedua tangannya seolah memeluk seseorang. Prama menggeleng kecil, hatinya jadi terenyuh. “Dasar b

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 102. Pesan Masuk

    Reyvan duduk bersama Prama di depan Deandra. Dia tidak melirik sedikit pun ke makanan mewah yang tersaji. “Katakan, memangnya apa masalahku? Apa aku punya masalah?”Deandra tersenyum tipis. “Tidak sulit menebak, Rey. Jadwalmu kacau, beberapa meeting diwakilkan, dan aku tahu kamu mengundur jatuh tempo pengiriman pesanan. Rey, aku bukan direktur amatir. Jadi jangan mengelak. Kamu mau terima bantuanku, atau menikmati kekalahanmu dari orang-orang yang ingin melihatmu turun dari kursi CEO?”'Dia masih tak mau ngaku. Biarlah. Dia tidak mengaku pun, aku sudah tahu siapa pelakunya. Hanya memastikan saja apa wanita ini punya hubungan khusus dengan Arsen saja,' batin Reyvan.Reyvan menghela napas berat. Sikap Deandra malam ini memang berbeda jauh dengan sebelumnya. Tidak ada sorot mata menjijikkan. Malam ini dia tampak elegan, profesional. Entah kenapa, bisa berubah seketika. Namun, dia malah makin waspada."Katakan saja dari mana kamu tahu soal situasiku? Cuma menebak? Omong kosong!" Reyvan te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status