"Kamu tahu kenapa aku menyelamatkanmu?" sentak David dengan tatapan tajamnya.Reyvan memegang cengkraman tangan David dengan tangannya yang terbalut perban. "Aku tidak peduli dengan alasanmu menyelamatkanku, yang pasti aku akan membalas budimu. Tapi, tidak dengan memberi kesempatan padamu mendekati istriku."David mendorong kuat Reyvan. Lalu, menunjuk Amber yang terbaring. "Karena dia! Karena aku tidak kuat melihat tangisannya. Karena dia pasti akan sedih, akan terpuruk, akan frustasi, kalau aku tidak bisa menarikmu ke atas."Reyvan terdiam dengan menahan emosi. Kalau bukan karena berhutang nyawa, dia sudah sangat ingin menghantam pria di depannya itu. Sungguh dia tidak rela mendengar rangkaian kata-kata itu keluar dari mulut pria lain yang mencintai istri. Itu kata-kata yang keluar dari seorang pecinta sejati. Dan harusnya semua kata-kata itu, hanya dia yang mengucapkannya. David tertawa kesal. "Kamu tahu, otak pria yang tulus mencintai wanitanya akan menjadi gila. Dia akan kehilang
"Hamil?" Arsen tersenyum miring dengan tatapan tajam. Tangannya memainkan dagu dengan banyak ide gila yang berputar di pikirannya.Lalu Arsen menaikkan dua alisnya."Tidak punya suami, tapi hamil. Akan ada dua kemungkinan yang akan dilakukan Deandra. Wanita itu akan menggugurkannya atau mencari pria untuk menjadi ayah anak itu. Entah dengan cara menjebaknya, atau membayarnya. Dan aku, tidak akan membiarkan wanita itu menggugurkannya untuk saat ini.""Maksud Anda, kehamilan itu akan kita buat untuk menjebak Pak Reyvan dan dia yang harus tanggung jawab?"Arsen tertawa sinis. "Menjebaknya? Kamu kira dia sebodoh itu? Kapan Reyvan dan Deandra melewati malam bersama? Dan jika kita membuat rencana penjebakan, dia akan tes DNA yang dikawal ketat atau membuat perhitungan kehamilan lewat dokter yang dia percaya. Resiko gagal terlalu tinggi. Justru serangan baliknya bisa lebih besar.""Lantas?" bingung bawahan itu.Sorot mata Arsen menajam. Dia menegakkan tubuhnya. "Opa sama sekali tidak mengaku
Serangan tak diduga. Tendangan itu begitu cepat hingga Reyvan terdorong kuat melewati pembatas jembatan."Akhhh!" Reyvan membeliak saat dirinya terlempar. Panik, tapi otaknya tetap bekerja. Meski terlempar, Reyvan tetap berusaha mengayunkan tubuhnya ke sisi dan akhirnya ... satu tangannya bisa menangkap pembatas jembatan. Dia bergelantungan."Reyvan!" teriak Amber panik ketakutan. Dia lantas berjongkok dan memegang tangan Reyvan sekuat tenaga. "Jangan lepaskan!""Arggghh!" Dadanya mendesir ngeri. Jantungnya berdetak cepat, napasnya pendek-pendek. Lalu, dia menatap air mata ketakutan istrinya. "A-aku, ti-tidak ap-pa-apa ... Hah hah hah hah ...."Prama dan Boy sudah langsung berlari."Pak!" teriak Prama."Arggghh!" Reyvan tersenyum tipis pada istrinya. Otot-ototnya menyembul tegang karena tempatnya berpegangan sedikit licin. Satu pria muncul dari balik batu besar dan langsung berlari ingin mendorong Amber juga, tapi Prama dan Boy tiba.Duk! Tendangan Prama melempar pria itu. Sayang se
Mengintimidasi, menekan mental, dan membuka pola pikir, dalam sekali serangan.Amber terpojok, tak ada kata yang keluar. Toh semua yang dikatakan Reyvan itu benar. Ya, seorang Reyvan mana mungkin menyelamatkan dengan nyawa jika bukan karena benar-benar cinta. Reyvan bisa saja mengatakan dirinya kecelakaan dan mati pada Opa. Lalu, selesai."Ehmmm, a-aku .... Bukan itu maksudku." Pikiran Amber jadi sulit dikendalikan.Yang ingin Amber katakan adalah, dia percaya pada Reyvan. Percaya pada ketulusan suaminya. Dan dia tidak akan marah lagi soal sabun mandi itu. Dia percaya kalau suaminya tidak bermain wanita lain. Namun, semua itu tercekat dalam tenggorokan.Reyvan masih mengikis jarak, sedang Amber terus mundur ke arah ranjang."Ok, kalau kamu masih ragu. Sekarang juga aku akan menghubungi Opa dan bilang kalau tidak butuh pengesahan pewaris utama, kalau harus ditukar olehmu. Bagaimana? Kamu siap kan jadi istri pria yang nantinya bisa terancam kehilangan posisi? Tapi tenang saja, semiskin
"Amber, jangan percaya padanya. Reyvan itu licik dan cuma mau memanfaatkanmu saja. Dia cuma butuh anakmu saja untuk jadi pewaris utama sah!" David terus menggedor-gedor pintunya. Tadi dia tahu rencana Reyvan kalau ingin membohongi Amber, membuat alasan palsu saat mengambil sabun cair. Dia sangat gelisah, dan tak terima dengan kebohongan yang akan dibuat Reyvan itu.'Melawan setan gila, aku tidak harus jadi iblis. Setan seperti David harus langsung kulempar ke neraka penderitaan. Hish, awas nanti dia!' jerit batin Reyvan. Dia mengatup matanya dengan geraman tertahan. Lalu, menarik nafas dalam-dalam agar aura tenang dan cool-nya tetap terjaga. Bahkan dia malah tersenyum, seperti sedang menegaskan kalau teriakan di luar bukan untuknya.Mata Amber menegang dengan deguban jantung cepat. Dua tangannya meremas kuat, tapi pikirannya tetap mencoba tenang. Lalu, ragu-ragu dia menatap sorot mata suaminya "Kenapa David bisa ada di sini juga? Dan kenapa dia bisa bicara seperti itu? Benarkah yang
Bunyi katrol yang sangat cepat membuat Deandra merinding ketakutan. Merasa kalau dirinya benar-benar akan mati. "Pa, aku nggak mau mati ...." Saat sampai di ujung atas. Kotak kayu itu langsung meluncur tajam ke bawah. BRAKKK BRAKKK BRAKKKK "Akhh!" Deandra terpental ke banyak sisi. Wanita itu seperti tak punya tenaga lagi untuk bertahan. Hingga kotak kayu itu malah berhenti di tengah-tengah. BRAKKK SRAKKKK. Deandra sudah tergeletak lemas. Samar-samar dia masih mendengar suara katrol yang membuat jantungnya hampir melompat itu. "Cek kondisinya dan bawa ke bawah. Siapkan dokter. Jangan sampai dia mati. Kalau sudah stabil, taruh saja di pesisir pantai." Satu lagi perintah masuk untuk bawahan Reyvan. Ya, Reyvan tidak punya niat untuk membunuh. Semuanya diatur sedemikian rupa agar tidak sampai menghilangkan nyawa. Kini bawahannya keluar untuk mengeksekusi Deandra. Akan tetapi, "Pak, tawanan tidak ada." Hanya jeda tak ada 10 menit, tapi Deandra sudah tidak ada di atas sana.