Home / Romansa / Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif / Bab 2. Dijebak jadi Mempelai Wanita

Share

Bab 2. Dijebak jadi Mempelai Wanita

Author: Angsa Kecil
last update Last Updated: 2025-05-30 14:25:46

Amber tetap berdiri anggun. Sorot matanya tetap tenang. Lalu, dia menoleh pelan sambil tersenyum manis. "Sudah selesai menilainya?"

Reyvan kini telah sampai di sisi Amber dan tatapannya mengintimidasi. "Kamu tahu siapa aku?"

"Reyvan Kalingga. Putra mahkota Kalingga Grup."

Reyvan tertawa pendek kaku. "Dan kamu? Anak tak diakui yang dipaksa berdiri di pelaminan, demi menambal aib orang kaya."

Amber menahan napas, dia tidak mau terprovokasi. Sejak dulu, memang belum ada yang memperlakukannya dengan baik. Dia telah terbiasa direndahkan.

"Terima kasih atas pujiannya, Reyvan"

Reyvan menyeringai. "Dengar baik-baik. Kamu bukan siapa-siapa. Kamu cuma alat. Dan hari ini bisa duduk di pelaminan bukan karena kamu pantas. Tapi karena kamu cukup tak berarti untuk diserahkan padaku."

Amber menarik napas dalam-dalam. "Setidaknya aku tahu diri. Dan aku bukan wanita munafik yang butuh status untuk jadi bernilai. Jadi, kamu tenang saja, Rey. Aku akan paham di mana aku seharusnya menempatkan diri, nantinya."

Rahang Reyvan mengeras. "Keluargamu sudah berani mempermainkanku. Dan mulai sekarang, kamu akan hidup dalam garis yang aku tentukan."

Amber mengangguk kecil. "Dan aku tidak akan mengemis perlakuan baik darimu, Rey. Lakukan saja apa yang mau kamu lakukan."

Reyvan menyipitkan mata. Ada sedikit keterkejutan, tapi tertahan oleh gengsi.

"Aku akan buat hidupmu cukup nyaman di neraka."

"Dan aku akan bertahan, sampai membuatmu frustasi." Amber menatap tajam Reyvan tanpa ragu. Dia bahkan masih mempertahankan senyum manisnya tanpa takut.

Lalu, Reyvan menatap lekat wajah Amber. Terbesit rasa penasaran dengan wanita yang sebentar lagi akan jadi istrinya ini. Dia sedikit memajukan wajahnya, hanya beberapa inci dari wajah Amber.

"Jangan berharap apa pun dariku. Bahkan nama yang ada di undangan itu pun tidak berarti apa-apa bagiku. Apalagi kamu!"

Amber membalas dengan senyuman manis. Hingga membuat sorot mata Reyvan menegang. "Aku paham. Dan sama sekali tidak mengharap apa pun darimu."

Pernikahan Reyvan dan Amber benar-benar digelar.

Bisik-bisik tamu undangan tidak berhenti sepanjang acara. Nama wanita yang tertera di undangan jelas Viona. Tapi yang berdiri di sisi Reyvan malah nanti bilang 'anak haram'.

Meski begitu, pesta tetap berlangsung megah. Saat janji suci terucap, sorak tepuk tangan tetap riuh.

Setelah rangkaian acara selesai, Reyvan langsung membawa Amber ke rumah pribadinya.

Kini, Amber berdiri di ujung tangga bawah, masih mengenakan gaun pengantinnya. Dia menatap Reyvan yang berdiri satu anak tangga di atasnya sambil melepas dasinya.

"Dengar, Amber. Jangan pernah mimpi bisa naik ke ranjangku."

Amber menarik sudut bibirnya pelan. "Terima kasih sudah mengingatkan. Tapi aku juga tidak tertarik dengan ranjangmu, Reyvan."

Wajah Reyvan menegang. Dia cepat menatap arah lain.

"Siska!" Reyvan memanggil salah satu pembantunya.

Seorang wanita muncul. "Ya, Tuan."

"Antar dia ke kamarnya!" Lalu, Reyvan cepat menaiki tangga.

Siska mengangguk, lalu menatap sengit Amber.

"Ikut saya, Nyonya."

Amber mengikuti langkah Siska menaiki tangga.

Mereka berhenti di ujung lantai dua, dan sebuah kamar dibuka. Ruangan itu amat pengap dan berantakan. Debu tebal menutupi lantai dan furniture di sana.

Dengan wajah sinisnya, Siska mendorong kasar koper Amber ke dalam ruangan. "Maaf, kami tidak punya waktu menyambut tamu tak diundang. Silahkan bersihkan sendiri, karena kami sangat sibuk." Lalu, dia pergi begitu saja.

Amber tersenyum miris tipis menatap punggung seorang pembantu yang bahkan tak punya hormat padanya.

"Huhh ….." Amber membuang napasnya. Dia menyapu sisi ruang. Keningnya mengernyit. Lalu, dia menarik napas dalam.

"Aku tidak akan kalah dengan permainan ini. Viona, di mana kamu sebenarnya?" gumamnya.

Lalu, dia membuka koper dan mengambil pakaian ganti. Setelah mengganti pakaiannya, dia mulai merapikan kamar.

Kamar itu tak terlalu besar, tapi cukup melelahkan untuk membersihkan sendiri.

Malam harinya pun, tak ada yang menyuruhnya turun untuk makan, Amber pun juga tak berniat untuk turun.

Selepas mandi, dia hanya duduk di sisi ranjang sambil menatap kosong memikirkan nasibnya saat ini. Jemarinya mencengkram kuat.

Pikirannya melayang ke pagi itu.

Jordi Dinata, ayah kandungnya yang selama ini tak peduli dengannya, tiba-tiba datang menemuinya di apartemen.

"Besok pagi kamu harus datang ke Hotel Magnella. Jangan lebih dari jam delapan pagi. Jangan banyak tanya. Kalau kamu menolak, ibumu keluar dari rumah hari itu juga."

Amber membeku. Entah sejak kapan ibunya gila harta. Dia bahkan lupa dengan kebahagiaan anaknya sendiri. Jika sampai diusir dari kediaman, maka akan menggila.

"Papa bahkan nggak pernah anggapku anak. Dan jika aku nggak datang ke pernikahan, bukannya malah bagus."

"Papa tidak peduli perasaanmu. Papa hanya butuh kamu berguna sekali ini saja. Dan soal pacarmu itu, ... Lupakan!"

"Baiklah, asal Papa bahagia saja." Amber menurut, tanpa curiga. Dia juga tidak berminat untuk menjelaskan kalau Viona selingkuh dengan Dion. Alasannya-malas, tidak lagi peduli dengan kehidupan Viona dan Dion.

Dan saat dia tiba di hotel, semua di luar dugaannya.

"Ma, apa maksudnya ini? Kenapa aku harus pakai gaun pengantin ini? Mana Viona?"

Diana, ibu kandung Amber menggenggam tangannya erat. Wajahnya tersenyum lebar, tapi matanya tajam.

"Viona hilang. Keluarga Kalingga nggak boleh dikecewakan. Kamu anak Dinata juga. Dan kamu tidak punya kesempatan untuk menolak."

Amber menggeleng cepat. "Aku bukan boneka, Ma. Dan aku nggak tertarik dengan pernikahan ini. Aku juga nggak tertarik dengan kekayaan keluarga Dinata ataupun Kalingga!"

Diana menarik napas dalam. Tangannya mencengkeram bahu Amber. "Justru Ini kesempatan emas agar kamu dapat pengakuan, Amber!"

Bahkan ibu kandungnya sendiri pun sanggup mengorbankan kebahagiaannya.

Lamunan Amber buyar saat pintu kamarnya dibuka kasar. Amber gegas berdiri.

Siska sudah berdiri dengan tangan menyilang dan alis terangkat tinggi.

"Nyonya Amber, ditunggu Tuan di ruang kerjanya, sekarang. Jangan lama-lama!" ketusnya dengan sorot mata tajam.

Tanpa menunggu reaksi Amber, Siska langsung membalikkan badan dan berjalan cepat keluar dengan langkah sewot.

Amber menatap punggung Siska dengan dahi mengernyit. Mendadak sesak itu datang lagi.

Dia menghela panjang. Dan meraih ikat rambut dari meja rias, lalu berjalan keluar sambil menguncir rambutnya ke atas.

"Mana ruang kerjanya?"

Amber bahkan belum tahu yang mana. Rumah itu terlalu besar. Dia hanya bisa menebak-nebak, menyusuri satu demi satu pintunya.

Hingga suara pintu berderit pelan membuatnya menoleh. Seorang pria keluar dari sebuah ruangan. Dia Prama.

"Prama," ucap Amber lirih, mengangguk kecil. "Reyvan di mana?"

Prama juga mengangguk sopan. "Pak Rey ada di dalam. Saya memang disuruh jemput."

Tanpa banyak bicara, Prama membuka pintu itu lagi. Lalu, Amber melangkah masuk, sambil menahan napas.

Begitu masuk, Amber mengedar sisi ruang.

Ruangan itu luas, modern, tapi begitu dingin seperti pemiliknya. Reyvan sedang duduk di sofa panjang, dengan laptop terbuka di hadapannya. Di sisi mejanya ada beberapa map dan lembaran-lembaran kertas.

Reyvan hanya melirik sekilas saat Amber masuk, lalu kembali ke layar laptop.

Prama menunjuk sofa di seberang. “Silakan duduk, Amber.”

Lalu, Amber duduk perlahan sambil terus menatap Reyvan. "Ada apa kamu memanggilku malam-malam?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 74. Calon Mantan Istri Orang!

    David berdiri ragu sejenak, lalu mendekat dan berkata lembut, "Aku lega kamu sudah membaik. Apa kamu belum mengingat sesuatu? Masih belum ingat aku?" Amber menggeleng perlahan. "Maaf… aku belum mengingatmu."Namun, senyum David tak luntur. Justru makin lembut. "Nggak masalah. Melihatmu seperti ini saja aku sudah senang. Yang penting kamu baik-baik saja, dan cepat sembuh." Tatapannya tulus, seolah ingin menyampaikan bahwa cintanya tak butuh balasan—cukup melihat Amber hidup bahagia, itu sudah cukup baginya.Amber menatapnya sendu. "Jangan ambil risiko seperti ini lagi hanya untukku. Reyvan pasti tidak akan melepaskanmu begitu saja. Kamu dokter dan pria terhormat, kenapa sampai melakukan hal seperti ini? Pakai seragam petugas kebersihan hanya untuk bisa masuk ke ruangan ini?"David tersenyum, tapi sorot matanya dalam. "Aku bisa melakukan lebih dari ini hanya untuk melihatmu, Amber. Aku pasti akan cari cara apa pun untuk membebaskanmu dari pria seperti Reyvan. Aku nggak bisa melihatmu m

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 73. SkakMat!

    "Pura-pura amnesia? Sungguh? Kamu berani menipu kami? Mau jual kesedihan atau main trik buat rencana jahatmu selanjutnya?" Tania melotot tajam pada Amber.Opa menarik napas dalam-dalam. Dia menyentak napasnya lirih. 'Kapan aku bisa tenang. Punya banyak uang, nggak bisa beli ketenangan. Anak cucu nggak banyak, tapi mereka buat masalah terus,' batinnya.Arsen memicingkan matanya pada Amber. Dia sedang bertanya pada dirinya sendiri apa sudah melewatkan sesuatu? Benarkah Amber cuma pura-pura amnesia?Reyvan memang sempat terkejut dan geram, tapi cepat tenang. Lalu, dia tersenyum sinis. "Tante Olla, apa buktinya kalau istriku pura-pura amnesia? Bagaimana kalau kita banding bukti dengan laporan medis? Kalau perlu aku akan panggilkan tim dokter yang menangani istriku? Mungkin bisa sedikit mencerahkan otak keruh Tante."Olla sontak mendelik dan menunjuk wajah Reyvan. "Begitu caramu bicara sama orang tua? Lancang! Otakmu yang kotor karena terkontaminasi sama anak haram!"Amber menggeram dalam

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 72. Drama Opa Hallu Cicit

    Tania mendekat. "Opa sudah bisa merespon? Wanita ini cukup berguna juga. Nggak sia-sia dia masih hidup." Dia berjalan angkuh.Olla tersenyum miring dengan tatapan tajam. "Papa, anak haram pembawa sial yang Papa inginkan sudah datang. Papa cepat bangun. Dan semoga dia tidak mengacau lagi."Arsen menghampiri Amber. "Amber, kamu sudah membaik? Maaf, aku belum sempat menjengukmu. Aku punya banyak pekerjaan yang nggak bisa ditinggal." Dia tersenyum tipis. Tapi, Amber tak merespon apapun. Dia tetap berperan seolah ada di tengah orang asing. Tatapannya datar dan terus mengarah pada Opa.Sedang Reyvan hanya menatap wajah Arsen dengan mencoba tetap tenang. Karena kalau tidak, saat ini tangannya sudah mengepal kuat dan siap melayang. Andai tak ingat kata Opa, dia sudah mau melempar Arsen sekarang juga.Lalu, Opa menatap Amber dan Reyvan. "Di mana cicitku? Kenapa nggak kalian bawa? Aku sudah merindukan mereka." Wajahnya bak kakek-kakek yang merana menahan rindu.Semua saling pandang. Bingung. K

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 71. Amber Keceplosan

    'Hilang ingatan? Cucu mantuku hilang ingatan. Berarti dia lupa padaku? Benarkah? Bukannya kemarin asistenku bilang Amber aman-aman saja? Akan kupastikan sendiri. Aku bukan anak ingusan yang tak tahu politik dan trik. Tapi jika Amber memang terlalu menderita dan sampai membuat keputusan kritis seperti itu, aku pasti akan melindunginya,' batin Opa.---Reyvan sendiri yang menjemput istrinya. Kini, dia mendorong Amber ke menuju ruangan Opa."Opa selalu menyebut namamu. Dulu kamu menantu kesayangan Opa. Dan kali ini Opa drop karena ada kekacauan perusahaan dan berita bohong soal perceraian kita. Jadi jangan mengecewakan Opa. Bilang kalau kita tidak akan bercerai dan akan secepatnya punya anak. Karena itu yang Opa nantikan di sisa hidupnya. Mungkin itu akan memberi pengaruh positif padanya." Reyvan tersenyum tipis sambil mendorong.Kali ini, Reyvan jadi sangat cerewet di depan Amber. Meski jauh dari style-nya yang biasanya dingin dan sarkas, tapi demi tuntutan skenario yang sedang dia main

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 70. Korban Suami Posesif-David

    "Reyvan?" David bersembunyi di balik tembok saat hampir berpapasan dengan Reyvan. Dia mengusap kasar wajahnya karena begitu letih mendapat banyak kerjaan. "Oh, ya Pram. Setelah bawa Amber ketemu Opa. Aku mau meeting sama dokter yang menangani istriku. Rasanya nggak tenang kalau tetap stay di rumah sakit. Apalagi di rumah sakit ini ada dokter gadungan yang sok pintar ini. Untung saja dia sudah aku buat nggak bisa bergerak. Memangnya siapa dia mau melawanku. Sekarang terima akibatnya kalau mau sok berlagak di depanku!" Reyvan tersenyum miring membayangkan David yang sedang sibuk sampai lemas."Berarti si bedebah gila itu yang membuatku seperti ini? Sial! Awas, kamu Reyvan! Pasti akan aku malas nanti!" David mendengkus lirih. Dia menajamkan sorot matanya, meski Reyvan tak melihatnya. "Dan Amber memang dipindah di rumah sakit ini? Akh! Amber pasti menderita selama ini bersama pria kejam itu!""Kalau bisa, mau aku segera bawa pulang saja. Dan bawa perawat ke rumah," ucap Reyvan didengar D

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 69. Skenario Reyvan

    Prama menatap lekat wajah atasannya dengan dahi berkerut cemas. "Pak, apa ada sesuatu lagi soal Amber? Apa yang Nyonya Tania lakukan tadi? Tapi ... kenapa Anda malah tersenyum?" Antara cemas dan bingung. Seketika itu juga, Reyvan sontak mengerutkan lengkungan bibirnya dan merubah ekspresi wajahnya jadi datar. Tatapannya langsung tajam, tajam sekali. "Ehem! Jangan ngelantur. Kita bahas soal kerjaan!" Langsung berubah dingin. Prama mengangguk, meski bibirnya terlihat menahan sesuatu. Matanya sempat melirik atasannya sekilas, lalu menatap lurus ke depan lagi. "Ehm, sepertinya Anda harus masuk kantor, Pak. Saya sudah tidak bisa menahan lagi. Pak Robin (ayah Reyvan) juga sudah marah-marah terus dan tidak peduli lagi jika Anda diserang yang lain." "Biarkan saja. Asal hasil kerjaku memuaskan, mereka hanya berani bicara di belakangku. Besok aku akan masuk kantor," jawab Reyvan santai. Ya, meski perusahaan kacau, dan Amber seperti itu. Tapi bukan berarti Reyvan lengah. Dia tahu kalau ada y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status