Home / Romansa / Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif / Bab 1. Suara di Kamar Calon Suami

Share

Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif
Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif
Author: Angsa Kecil

Bab 1. Suara di Kamar Calon Suami

Author: Angsa Kecil
last update Last Updated: 2025-05-30 14:24:30

Seorang wanita mematung dan membeliak kaget saat mendengar suara menjijikan di kamar calon suaminya. Suara dua insan yang sedang--

'Akkhh ....' Dadanya berdenyut nyeri bak tersayat duri.

"Dion, kamu sudah melamar anak haram itu, serius mau menikahinya?"

Wanita itu menajamkan rungunya. Ya, mereka sedang membicarakannya.

"Aku menikahinya? Buat apa? Aku bertahan sama dia selama ini cuma buat kamu, Vio. Bukannya kamu mau lihat dia hancur? Aku buat dia jatuh cinta sampai gila, lalu aku lamar, dan setelah itu aku buang."

Tawa remeh mereka membuat dada wanita itu semakin sesak.

Amber-wanita 26 tahun itu kini telah berdiri mematung di dalam apartemen kekasihnya.

"Dion? Viona?" Amber tajamkan rungunya, berharap suara-suara itu hanya ilusi, tapi ternyata ... nyata.

Amber membawa satu kotak cake kecil yang dia hias sendiri. Dua tahun bersama dan malam ini, sebenarnya dia ingin memberi kejutan kecil untuk kekasih yang juga bisa dibilang calon suaminya.

Akan tetapi, yang menyambut bukan pelukan hangat, melainkan suara menjijikan.

Langkah Amber pelan, berusaha tanpa suara. Dia mendekat ke pintu kamar yang tidak ditutup rapat. Suara dua insan jadi semakin jelas dan membuatnya merinding. Dua tangannya terkepal kuat.

"Dion, apa kamu pernah menikmati tubuh Amber?"

"Jangan bercanda. Aku mana bisa bergairah sama wanita seperti Amber."

Amber terdiam di balik tembok sebelah pintu. Napasnya tertahan. Tangannya mencengkram kuat kotak cake.

'Bukannya Viona hampir menikah? Apa calon suaminya tahu soal apa yang saat ini Viona lakukan?' batin Amber.

Viona adalah kakak tirinya. Wanita yang selalu menatapnya seperti duri, kalau berbicara padanya selalu tajam. Dan bila tersenyum, seperti racun.

Lalu, Amber mendorong kuat pintu kamar itu, membuat daun pintu membentur tembok. "Bagus! Luar biasa! Kalian memang pasangan brengsek!"

Dion sontak melotot kaget. "Amber! Bagaimana kamu bisa ada di sini?!"

Dion cepat melepaskan diri dari Viona, memungut celana yang tergeletak di lantai lalu mengenakannya tergesa.

Amber menyipitkan mata, terkekeh sinis. "Jangan buru-buru, Dion. Nikmati saja hasil kebusukan kalian."

Viona menggeram keras sambil menarik selimut menutupi tubuhnya. "Dasar wanita nggak tahu malu! Ganggu kesenangan orang saja!"

Lalu, Dion mendekat cepat. "Sejak kapan kamu datang, Amber?"

Amber tersenyum miring, sorot matanya tajam. "Sejak aku sadar kalau kamu adalah pria terbrengsek di dunia ini yang tidur dengan calon ipar."

Dion melotot diam.

"Ini buat waktu dan ketulusanku yang terbuang sia-sia selama ini!" Tangan Amber langsung terangkat. Satu tamparan keras mendarat di pipi Dion hingga meninggalkan bekas merah menyala.

"Amber!" Dion meraung geram, memegang pipinya.

Dada Amber naik turun menatap tajam. "Apa?"

Saat tangan Dion terangkat ingin membalas, tapi Amber cepat mengambil box cake yang tadi dia bawa. Dengan cepat cake itu dilemparkan tepat ke wajah Dion.

"Dan ini aku bawa spesial buat kamu!"

Wajah Dion seketika berlumur cream.

Viona menjerit. "Amber! Kurang ajar kamu!"

Amber tersenyum getir, matanya menatap Viona yang hendak bangkit, tapi urung karena tubuhnya masih tak berbalut kain. Dia memungut sisa cake yang tercecer, lalu melemparkan ke arah Viona.

"Ini juga spesial buat wanita tak tahu diri sepertimu!"

Viona menjerit makin kesal. "Amber! Aku pasti akan membalasmu nanti!" Dia menggeram mengusap cream di wajahnya.

Amber menatap dingin. "Silakan. Aku justru menunggu kapan kamu berani keluar dari sarang tikusmu!"

Lalu, Amber cepat berbalik. "Silahkan lanjutkan permainan kalian!" Dia melangkah pergi.

Dion mencoba menahan tangan Amber saat dia hendak pergi. "Amber, tunggu dulu!"

Amber menghempaskan tangan Dion kasar. "Lepas! Mulai sekarang, kita nggak ada hubungan apa pun lagi. Nggak akan ada juga pernikahan!"

Wanita itu melanjutkan langkahnya menuju pintu. Sesaat sebelum melangkah keluar, dia menoleh sedikit.

"Vio, ambil sampah itu. Aku nggak butuh pecundang seperti dia!"

Setelah keluar dari apartemen, Amber cepat masuk lift. Beruntung hanya ada dia seorang.

Dia lekas mengangkat dagunya agar hatinya lebih kuat. Sorot matanya kosong. Dia berdiri mematung. Punggungnya pelan bersabar lemas, lalu perlahan merosot.

"Dion ... Viona ... Akhhh. Kalian benar-benar tak tahu malu." Dia memukul-mukul dadanya sendiri.

"Aku benar-benar bodoh! Bodoh sampai nggak paham dengan gelagat kalian berdua!"

Napasnya pendek-pendek, bak tercekik di tenggorokan. Jantungnya berdetak terlalu keras, dadanya terasa makin sesak.

"Anak haram?" Amber tertawa miris ditengah derai air matanya.

Amber adalah anak dari istri siri ayahnya. Dan masuk keluar itu dengan status anak angkat. Miris bukan, tapi demi ibunya, dia diam menahan penghinaan selama ini.

Yang lebih menyesakkan. Dion--pria yang dia pikir akan jadi pelabuhan terakhirnya. Pria yang dia percaya, dia pertahankan, bahkan saat semua orang bilang Dion hanya numpang hidup di hati dan dompetnya. Kini malah menertawakannya dari balik selimut bersama Viona.

------

Seorang pria tampan berbadan tegap berdiri di depan cermin tinggi. Setelan jas pengantin hitam arang membingkai tubuhnya yang sempurna. Tangannya merapikan jasnya. Sorot matanya tajam pada pantulan dirinya.

Sang asisten masuk mendekat dan berbisik, "Pak Rey, pengantin wanitanya kabur."

Tangan Reyvan, pria 30 tahun itu berhenti di dua sisi jas. Tatapannya tidak bergeser dan makin tajam. Atmosfer mendadak menegang.

"Ulangi!" Suaranya rendah menekan.

"Tuan besar memutuskan pernikahan tetap berjalan, tapi mempelai wanita akan diganti."

Mata Reyvan melirik tajam. "Siapa?"

"Anak angkat keluarga Dinata."

Senyum sinis tipis muncul di bibir Reyvan. "Anak haram itu?"

Prama mengangguk. "Bukan anak haram, tapi hasil pernikahan siri Tuan Dinata yang tak diakui."

Reyvan menahan napasnya tiga detik. Lalu mendesis pelan. "Jadi mereka pikir aku ini boneka keluarga Dinata yang bisa seenaknya saja mereka permainkan? Heh! Mengganti mempelai?"

"Tuan besar ingin menjaga kehormatan keluarga, Pak."

Reyvan membalikkan tubuhnya. Tanpa kata lagi, dia keluar kamar dan berjalan menuju kamar mempelai wanita.

Dan tanpa mengetuk, dia membuka pintu.

Seorang wanita kaget dan sontak menatap arah pintu. Matanya menatapku lekat pria tampan yang kini juga menatapnya intens tajam.

Amber tahu dia siapa. Reyvan Kalingga--CEO di perusahaan tempat dia bekerja. Amber memang dilarang bekerja di perusahaan keluarganya sendiri karena Viona. Dia dianggap akan merebut harta kekayaan keluarga Dinata.

Sorot mata tajam Reyvan langsung memindai sisi ruang. Lalu, dia tersenyum tipis.

"Kenapa kalian masih di sini?" Tuan muda Reyvan menatap tajam pada mua di sana, dan tak butuh waktu lama mereka keluar tergesa.

Hanya tersisa wanita dengan wajah datar dan tatapan kosong.

Amber kini berdiri anggun dengan balutan gaun pengantin warna putih menjuntai anggun. Dia diam menatap pantulan wajahnya. Dari cermin itu, dia dapat melihat sosok Reyvan yang pelan mendekatinya.

"Bagus. Jadi ini yang katanya pengganti pengganti?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nona Lampir
bagus lanjut lagi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   DV-57

    Victor tidak terima dengan status level yang diberikan David. "Apa kamu bilang? Level menengah? Hey, jangan sembarangan bicara. Aku juga CEO. Tapi masih CEO. Sedang kamu? Mantan CEO. Ya, memang masuk dokter. Tapi hartaku nggak akan habis untuk membeli rumah sakitmu. "Vid! Vic! Kalian-" Irish jadi serba salah. Dia ingin membela David karena gengsi, tapi juga ingin memarahi David karena datang datang langsung buat ulah. Dia ingin Victor pergi, tapi juga ingin tahu, David marah karena cemburu atau karena gengsinya. "David!" Sorot matanya Irish menajam sambil mengangguk kecil, berharap suaminya itu paham. Jangan buat situasi makin rumit. David menatap sorot mata yang malah tampak menggemaskan itu. Apalagi rahang Irish yang ditekan malah membuat dua pipi wanita itu menggembung. "Kamu sedang merayuku? Kebiasaan. Lihat, masih ada orang. Nanti saja kalau kita di kamar berdua." Langsung saja, wajah Irish jadi lemas. Percuma! Pokoknya percuma membuat bahasa mimik muka dengan suaminya itu. D

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   DV-56

    "Aku tidak memintamu menjawabku hari ini. Cuma ingin kamu tahu. Aku tidak akan pernah menyerah pada keinginan hatiku. Dan aku akan selalu menunggumu di pelabuhan cinta kita. Tolong kamu simpan cincin ini, Irish." Lalu, Victor meletakkan cincin itu tepat di dekat Irish. Irish menatap kotak itu, hatinya mencelos. Dia sangat menyesalkan momen ini. Dia sangat menyukai Victor, tapi sebagai sahabat. Lalu, Irish mendorong kotak cincin itu. "Aku sungguh minta maaf, Victor. Aku nggak bisa. Cincin ini lebih pantas dipakai oleh wanita lain yang bisa memberimu seluruh hatinya. Bukan aku." Victor menatapnya lekat. "Irish, entah kenapa aku sangat meragukan pernikahanmu dengan David. Aku melihat foto-foto pertunangannya di media sosial. Dia tidak terlihat mencintaimu, Irish. Apa kamu yakin dia peduli padamu?" Irish terdiam. Rasanya sakit mendengar keraguan Victor, karena dia sendiri meragukannya. Tapi tiba-tiba, dia teringat sesuatu. Dia mengambil ponselnya, membuka pesan terakhir dari David, da

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   DV-55

    'Hah?' batinnya. Mata Irish melebar tegang. Tak ada hujan tak ada badai, tapi tiba-tiba saja mendapat pesan yang isinya emoji LOVE besar. Seketika dia malah merinding. 'Apa maksudnya? Dia nggak salah pencet, kan? Atau lagi salah makan obat? Atau udah sadar? Menakutkan,' batin Irish lagi.Saat menerima pesan itu, Irish juga sudah duduk bersama Victor.Lalu, pria yang duduk di depannya itu mengetuk-ngetuk meja. "Irish? Hay, Irish? Kamu baik-baik saja?" Dia mengerutkan dahi karena sedari tadi bicara panjang lebar tapi wanita di depannya itu malah tersenyum-senyum sendiri menata ponsel. "Hah?" Mulut Irish terbuka melongo dan buru-buru out dari aplikasi obrolan hijau itu."O-oh, maaf, Victor. Tadi, apa yang kamu katakan?" Irish mengusap lehernya dengan ringisan kaku.Victor tersenyum lebar kaku. Lalu, mereka kembali berbincang.Hingga, sekian saat. Tanpa Irish tahu di depan sana sudah ada mobil suaminya.Irish duduk gelisah dan Victor menatap ragu Irish. "Jadi, sekarang kamu sudah tahu,

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   DV-54

    "Katakan dengan jelas siapa saja yang menyuruhmu, atau kupatahkan semua rusukmu di hadapan mereka?" sentak David. Supir itu tidak tahan lagi. Rasa takut pada David jauh lebih besar daripada kesetiaan pada bosnya. "Ampun. Bos saya ... dia yang menyuruh. Dan karena pesanan dari pria itu!" Mata supir itu melirik pada sekretaris Henry. Henry menatap sekretarisnya heran. Dia memang membenci istrinya David, tapi dia sungguh belum menyuruh sejauh penculikan itu. Hanya sedang terlintas dalam benaknya. Semua anggota keluarga terbengong ngeri, menatap David yang kini dianggap benar-benar kejam dan tak berperasaan. David kembali menatap semua orang, dan tatapannya berhenti pada Sekretaris itu. "Sekarang kalian dengar baik-baik. Kalau kakinya tidak Papa berikan padaku, maka aku akan pulang, hanya membawa kepalanya." Deg! Ancaman itu meresap sampai tulang sektretaris itu. Ancaman David terasa menakutkan. Semua orang tersentak. "Kamu memang monster, David. Kamu benar-benar nggak punya hati!

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   DV-53

    David menunjuk ke arah sekretaris Henry, dengan sorot mata merah tajam. "Berikan aku kakinya!"Deg!Ruangan hening seketika. Semua tercengang, tatapan mereka bergerak lambat dari David yang tampak seperti malaikat pencabut nyawa, dan beralih pada sekretaris Henry. Lalu, pandangan mereka bergulir ngeri menatap mantan supir yang terkapar berlumur darah di lantai.'Akh, sial! Kenapa semua jadi begini? Semua gara-gara Irish, wanita rendahan itu malah masih hidup! Tapi, bagaimana dia bisa selamat? Bahkan ketua gangster itu saja tapi bisa aku hubungi lagi,' batinnya. Sekretaris Henry berkeringat dingin, tangan kanannya refleks mengusap lehernya. Jantungnya berdetak kencang seperti genderang perang. Dia juga berusaha menyembunyikan getaran di kakinya."Kenapa masih diam saja? Heran, kenapa aku bisa menangkap kaki tanganmu?" David tertawa sinis."Maaf, Tuan. Saya sungguh tidak paham dengan ucapan Tuan David." Sekretaris itu pura-pura tidak memahami maksud dari kata-kata David.Henry mendecih

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   DV-52

    "Tidak ada kamus pria sejati menangis karena terjatuh. Yang ada, kamu langsung bangun dan kejar siapa yang jahat padamu. Lampaui mereka!" -- Mungkin secara tak langsung, David sedang menasehati dirinya sendiri. Anak itu hanya terdiam. David mengambil antiseptik dan kassa. Tangan yang beberapa menit lalu digunakan untuk mematahkan sendi lawan, kini dia gunakan untuk membersihkan luka dengan sangat hati-hati. Sebuah bukti bahwa David memang punya sisi jiwa dokter yang kental. "Auww! Sakit, Om." "Sakit itu, kalau kamu tidak bisa membalas mereka dengan prestasimu. Paham?" Selesai mengobati, David berdiri, lalu mengulurkan tangannya pada anak itu. "Ingat! Pria sejati tidak boleh menangis hanya karena jatuh atau ditinggal temannya!" Anak itu mengangguk pelan, matanya masih berkaca-kaca menatap David. Lalu, David mengambil permen dan memberikannya pada anak itu. "Janji!" David mengepalkan tangan kanannya dan mengangkatnya. "Janji, Om!" Anak itu ikut mengepalkan tangannya dan mengang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status