Dania tampak ragu-ragu saat mengangkat panggilan dari nomor yang tidak dikenalnya, tetapi karena terus berulang akhirnya Dania pun menjawabnya. "Halo!" sapa Dania dengan suara lirih dan ragu-ragu. "Dengan Bu Dania Adityawarman?" Terdengar suara seorang pria dari ponsel Dania. "Ya, saya sendiri."
Lima tahun telah berlalu, kini Pillar dan Pijar sudah sekolah, dan tentunya menambah kesibukan baru bagi Dania. Keinginannya untuk kembali ke perusahaan warisan kedua orang tuanya tampaknya memang harus dia urungkan demi menjaga tumbuh kembang anak-anaknya. “Kakak Pillar jagain adik, ya!” ucap Dani
Dania memejamkan mata sambil mendesis menahan rasa nyeri di sekujur tubuhnya. Jaket hoodie yang dia gunakan memang mampu melindungi kulit mulusnya dari gesekan dengan aspal, tetapi benturan yang diakibatkan tetap menyisakan sakit di tulang-tulang. “Kau sudah lebih baik?” Dania mengalihkan pandanga
Di dalam mobil Sangga, Dania menumpahkan semua rasa sakitnya dalam tangis. Sangga hanya bisa diam, seolah memberi kesempatan kepada Dania untuk melepaskan semua beban. “Menangislah!” Sangga mengangsurkan sapu tangan kepada Dania. Bukannya menerima, Dania justru menatap curiga ke arah Sangga. Banya
Saat hari masih pagi, seorang kurir dari jasa paket sudah tiba di rumah Ari. Sebuah paket yang ditujukan untuk Dania telah tiba dan diterima dengan baik. “Apa itu? Dari siapa?” Reisa yang tidak bisa menutupi rasa penasarannya melontarkan pertanyaan bertubi-tubi. Tidak langsung menjawab, Dania yang
“Aku belum menikah,” jawab Sangga dengan datar. Dania dan Singgih terkejut dengan jawaban dari Sangga. Pria yang terlihat tampan dan juga sudah mapan itu ternyata belum menikah di usianya yang sudah tidak muda lagi. “Seingatku kau sepantaran dengan Rania. Bukankah waktu itu kalian wisuda bersama?”
Sangga terlihat sedang sibuk di depan laptopnya. Sebenarnya pria berusia kepala empat itu sedang terdiam dengan pikiran yang melanglang buana. Tangan kirinya mengusap lembut pipi yang mendapat kecupan dari Dania, sedangkan tangan kanannya memegang selembar foto lawas. Foto sepasang remaja berseragam
Dengan langkah tegap penuh wibawa Sangga mendekat ke tempat Dania berada. Tepat di hadapan Dion, tanpa rasa sungkan Sangga mendaratkan ciuman di pelipis Dania, seolah memamerkan keromantisan mereka. Dania memejamkan mata, tangannya memegang erat tepian jas Sangga. Maksud hati untuk menutupi rasa gu